---------- Nakamoto Yuta ----------
Aku tengah duduk pada kursi kantorku sambil mataku yang terfokus pada laporan yang tersaji pada e-mail yang dikirimkan oleh para devisi dari perusahaan ini.
Mengeceki semua hasil pekerjaan yang dilakukan dari tiap devisi perusahaan milik ayah Johnny adalah pekerjaanku sehari-hari. "Kurang satu" gumamku.
Aku meraih gagang telfon yang berada disudut meja lalu memencet nomor suatu ruangan. "Laporannya tinggal devisi kalian, cepat kirim akan saya tunggu"
Terkadang juga masih ada devisi yang terlambat memberikan laporan, hal ini juga yang sedikit menghambat pekerjaanku.
Pintu ruanganku terbuka dengan keras yang langsung membuatku menatap orang itu dengan tajam. "Mentang-mentang yang punya kantor"
"Hehe sorry" ucapnya, pria itu lalu berjalan santai masuk kedalam dan duduk pada kursi yang berada didepan mejaku. "Ayo ikut gue" ajaknya.
Aku mengernyitkan dahi, kemana lagi Johnny akan mengajakku kali ini. "Meeting sama klien direstoran"
Damn it, selalu saja Johnny mengajakku padahal dia sendiri mempunyai seorang asisten yang menurutku bisa diandalkan.
"Kenapa sih selalu ngajak gue? Kerjaan gue masih banyak John, bisa-bisa dimarahin papa lo kalau belum selesai"
Johnny menggelengkan kepalanya "Gue udah izinin kok, lo tenang aja. Kalau dimarahin gue yang jadi tameng lo"
"Fine, kapan?" Johnny melirik sebuah jam yang melingkar pada tangan kirinya. "Setelah jam makan siang gue kesini lagi"
Setelah itu pria bertubuh jangkuk itu melenggak pergi keluar dari ruanganku tanpa menutup pintunya. Sebuah keadaan yang membuat kesal.
Aku memundurkan kursiku lalu berdiri dan melangkahkan kaki untuk menutup pintu ruanganku. Aku berjalan pada meja kecil yang berada disudut ruangan ini, meraih gelas dan menuangkan sesachet kopi. Sedikit menikmati kopi disela bekerja mungkin bisa merilexskan pikiran.
Setelah kopi itu jadi aku berdiri pada jendela ruangan ini, memandangi pemandangan yang berada diluar kantor. Jalanan yang terkesan macet walaupun sudah mau siang hari, orang-orang yang tengah berdiri menunggu busnya menjadi cerita setiap harinya dikota besar ini.
Tring
Suara dari notifikasi email bebarengan dengan nada dering dari ponselku, aku lebih memilih meraih ponselku karena ada sebuah panggilan telfon disana.
"Halo"
"Kamu selesai jam berapa?"
"Ahh kayaknya kamu gausah jemput, aku ada meeting diluar"
"Jam berapapun selesainya tetep telfon aku biar suamimu ini menjemput"
"Iyadeh"
Hmm ternyata Yuta yang menelfon, kenapa pria itu jadi sangat posesif setelah memutuskan untuk keluar dari dunia kelamnya. Apa dulu Winwin juga menerima perlakuan seperti ini?
Aku kembali duduk pada kursiku dan menaruh gelas itu pada meja, kembali berfokus pada laptop disana agar pekerjaanku semakin cepat selesai.
Waktu telah menunjukkan jam makan siang, aku menutup laptop itu, mengambil dompet didalam tas lalu keluar dari ruanganku. Kali ini tujuanku adalah kantin perusahaan, walaupun setelah ini bakal pergi kesebuah restoran aku yakin disana tidak akan makan karena berfokus pada meeting saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ My Husband is Gay | Yuta
Fanfiction[15+]"Inget perjanjian kita Yut!" Bagaimana Jenni menjalani rumah tangganya dengan suaminya yang berstatus seorang Gay? [YUWIN] 🎖1 #yutanct 010621 🎖1 #nctyuta 070721 🎖2 #jenni 260821 🎖5 #ffnct 280821 🎖1 #jenni 020921 🎖1 #ffnct 231021 🎖1 #one...