---------- Nakamoto Yuta ----------
Jika kalian berfikir kita akan berangkat ke Jepang satu atau dua hari setelah Yuta memberikan surprisenya, kalian salah.
Nyatanya kita baru berangkat satu bulan setelahnya karena suamiku itu yang harus mengurus peluncuran produk barunya.
Kita baru saja turun dari mobil yang mengantarkan sampai kebandara, sebelah tangan Yuta menggeret koper berisi pakaian dan sebelah tangannya lagi dibuat untuk menggenggam tanganku.
Selesai melakukan check in kita segera menuju gate yang tertulis pada boarding pass kita agar nanti jalannya tidak semakin jauh. Namun baru setengah perjalanan aku langsung memegang lengan Yuta saat merasakan pusing dikepalaku yang tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Yuta yang langsung terlihat panik.
"Pusing"
Mata Yuta melirik sekitar lalu kembali lagi berfokus padaku, "Kita sarapan dulu disana" tunjuknya pada salah satu restoran.
Memang kita berdua belum sempat sarapan pagi ini karena takut tidak terburu dan berfikir kalau jalanan macet, dan ternyata jalanan lenggang-lenggang saja.
Yuta mereservasi meja untuk kita berdua dan langsung diantarkan oleh pelayan untuk duduk disana. Padahal biasanya aku biasa aja walaupun ga sarapan, tapi kenapa sekarang tiba-tiba pusing?
Setelah aku duduk pada salah satu bangku disana, Yuta meninggalkanku untuk mengambil makanan karena restoran yang dipilih Yuta adalah all you can eat. Dirinya kembali dengan membawa beberapa piring makanan ditangannya.
"Makan dulu" suruhnya. Aku meraih peralatan makan yang berada disisi kananku lalu menyuapkan sepotong buah kedalam mulutku, tapi kenapa rasanya hambar?
Aku beralih pada salad sayur yang juga diambilkan olehnya, ternyata sama saja hambarnya. Lidahku yang bermasalah, aku meletakkan kembali alat makanku dan meraih teh hangat yang tersaji.
Yuta pun juga meletakkan sendok garpunya dan menatapku. "Kok ga dihabisin?"
Aku menggeleng "Ngga nafsu"
"Mau aku nafsuin?"
Ingin sekali aku menguncir mulutnya, bisa-bisanya berucap seperti itu ditempat umum, untung saja restoran ini tengah sepi hanya ada kita berdua. Aku lantas menampar pelan bibirnya dengan telapak tanganku.
"Bisa-bisanya ya" desisku. Ia tersenyum lalu meraih lagi alat makannya menghabiskan makanan yang tersisa, aku sendiri hanya menopang dagu melihat Yuta yang lahap.
Selama tiga tahun aku hidup dengannya ga pernah sekalipun melihatnya menyisakan masakan yang telah aku masakin, semua dilahap habis.
Ia mengusap bibirnya dengan tisu saat selesai makan lalu melihat jam yang melingkar ditangan kirinya setelah itu menganggukkan kepalanya padaku kode untuk meninggalkan tempat ini.
Jadwal penerbangan sudah hampir sampai, cukup untuk perjalanan menuju gate dan tanpa menunggu. Untung saja Yuta mengambil first class jadi aku disana nanti bisa sedikit nyaman beristirahat menghilangkan rasa pusing ini.
🌹
Benar saja sampai didalam pesawat dan take-off aku langsung memakai waktu dua jam itu untuk tidur, tidak sekali menikmati pemandangan dari atas.
"Masih pusing?" tanya Yuta saat kita berhasil landing dibandara Tokyo, aku menggeleng sebagai jawabannya. Untung saja pusingku sudah sedikit hilang, kalau engga jelas aku tidak bisa menikmati liburan ini.
Keluar dari bandara kita berdua sudah ditunggu oleh seorang supir yang katanya bekerja dirumah neneknya Yuta. Kita datang kesini pada saat yang tepat, bulan ini bulannya bunga sakura bermekaran, sepanjang jalan penuh dengan keindahan yang diberikan oleh pohon itu.
Jarak antara bandara dan rumah nenek Yuta sangat jauh hingga memakan waktu satu jam lamanya. Rumahnya terletak pada pedesaan namun rumah ini benar-benar paling besar disini.
"Terima kasih pak" ucapku saat turun dari mobil.
Yuta menggenggam tanganku lalu berjalan bersama menuju pintu utama rumah ini, baru menapakkan kaki didepan pintu tapi pintu itu langsung terbuka dari dalam. Heol para maidnya lebih banyak dari rumahku.
"Itu nenek" ucap Yuta memberitahu seseorang yang tengah duduk pada sebuah sofa. Aku tersenyum lalu berjalan kearah wanita itu dan memeluk tubuhnya.
"Akhirnya kamu diajak kesini juga" katanya dalam sesi pelukan kita. Memang ini kali pertamaku menginjakkan kaki ke Jepang dan juga kali pertama aku bertemu dengan neneknya Yuta, kemarin waktu pernikahan beliau tidak bisa datang karena sakit.
"Maaf nek kita berdua ga sempet karena sibuk" saut Yuta dari belakang, aku melepaskan pelukan dan membiarkan Yuta kali ini yang melepas rindu dengan sang nenek.
Nenek terlihat sangat sehat walaupun jalannya sudah dibantu dengan sebuah tongkat.
"Kekamar dulu sana istirahat" suruhnya pada kita berdua, "Kita pamit dulu, emang dari berangkat istri aku ngeluh pusing mulu"
Nenek malah tersenyum yang aku gatau artinya apa untuk senyuman itu. Kita menuju lantai tiga rumah ini dengan menggunakan lift yang ada, betapa capeknya membersihkan rumah sebesar ini.
"Kamu tau aku dulu pernah kejebak dilift ini waktu kecil"
"Ha? Kok bisa?"
"Iya, aku bolak-balik main sama anak tetangga dan ngeluarin semua mainan aku, tapi males pakai tangga jadi pakai lift, ehh waktu aku naik terakhir lift ini macet"
Antara mau ketawa sama kasihan beda tipis, lagian kenapa dirinya tidak meminta tolong maidnya untuk membantu membawakan. Akhirnya aku tidak kuat menahan gejolak tawa itu.
"Ihh ini bisa diceritain ke anak kita nanti tau kalau papanya pernah nangis kejer"
Aku sampai memukul lengannya "Pokoknya jangan sampai kamu bangun lift juga dirumah, kan ga lucu kalau kejadian lagi"
Cerita masa kecil yang absurd sekali ditelingaku.
Kita sampai dilantai tiga dan langsung berbelok kearah kanan, kamar Yuta terletak dipojok sendiri dekat dengan pintu balkon.
Kamar dengan nuansa ala anak cowok sangat melekat, dengan personal komputer dipojok dan skateboard yang menempel di dinding.
"Ayo tidur" ajakku tiba-tiba, entah kenapa melihat kamar kantuk ku jadi datang seperti ini. "Ayoo" rengekku dengan menggoyangkan lengan Yuta.
"Bentar aku lepas jas dulu"
Ia melepaskan jasnya lalu tiba-tiba menggendongku dan naik keatas ranjangnya, huh untung saja aku tidak terkena serangan jantung karena pergerakannya.
Aku tidur diatas badannya alias tidur dengan tengkurap dengan kepalaku yang berada didadanya.
"Lagi manja ya" godanya.
Wajahku mengadah keatas sambil mengerucutkan bibirku, tak suka dengan julukan manja itu.
Chup
"Sleep well Na Jenni"
TBC
Konflik sebentar lagi
Entar ya nunggu aku selesai sama proposalku wkwk
Jangan lupa juga votenya biar aku tau kalau kalian menikmati work ini
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ My Husband is Gay | Yuta
Fanfiction[15+]"Inget perjanjian kita Yut!" Bagaimana Jenni menjalani rumah tangganya dengan suaminya yang berstatus seorang Gay? [YUWIN] 🎖1 #yutanct 010621 🎖1 #nctyuta 070721 🎖2 #jenni 260821 🎖5 #ffnct 280821 🎖1 #jenni 020921 🎖1 #ffnct 231021 🎖1 #one...