Baby

2K 176 18
                                    





Ayo vote komennya

























---------- Nakamoto Yuta ----------

Yuta mendatangiku setelah memastikan dasinya telah terpasang dengan benar, ia mengecup lama keningku lalu tersenyum.

"Cepet sembuh ya"

Ya aku tengah terbaring diranjang, setelah pulang dari Jepang kemarin rasa pusingku kembali lagi. Sebenarnya semasa disana juga masih merasakan pusing hanya saja aku tahan karena tidak mau membuat Yuta khawatir apalagi kita tengah liburan.

"Kalau udah ga mual lagi dimakan ya buburnya, aku berangkat dulu"

Aku hanya mengangguk dengan lemah "Maaf ya ga bisa nyiapin kamu apa-apa"

"Gapapa sayang, masih ada maid"

Chup

Sekali lagi ia mengecup keningku lalu beranjak dari kamar dan tubuhnya menghilang seraya pintu itu tertutup kembali.

Badanku sangat terasa lemas, pagi ini saja aku sudah memuntahkan isi perutku sebanyak empat kali walaupun yang keluar hanya lendir putih.

Aku mendudukkan diriku lalu bersandar pada punggung ranjang, meraih gelas yang berisi teh hijau hasil buatan Yuta tadi, mungkin degan meminum teh bisa mengurangi rasa mual serta pusingnya.

Ponselku tiba-tiba berdering, aku menggeser tombol berwarna hijau disana karena sudah tau siapa yang menelfon.

"Gue didepan"

"Langsung masuk aja trus kekamar gue"

Aku menyuruh Eri untuk datang kesini sebagai teman mengobrol karena sungguh hanya dirumah saja sepanjang hari membuat bosan. Yang sebenarnya jam segini bergelut dengan berkas yang menumpuk malah sekarang aku berakhir hanya dirumah saja.

Pintu kamar terbuka dengan perlahan dan memunculkan kepala Eri yang tengah mengintip memastikan bahwa benar kamarku.

"Masuk, ngapain ngintip-ngintip" suruhku.

Eri langsung membuka pintu itu dengan lebar dan menampilkan senyum cengegesannya. Ia berlari dan langsung melompat keatas ranjang, huh sepertinya ide buruk mengajaknya untuk kesini.

"Tumben lo bisa sakit?"

Langsung seketika kepalanya mendapatkan sebuah toyoran dariku. "Emang gue bukan manusia apa ga bisa sakit"

"Lo ga sakit ini anjir"

Apa ia tidak bisa melihat bahwa aku sedang lemas seperti ini?

"Lo hamil Jen!"

Aku diam mematung, aku tidak tau karena memang belum pernah hamil dan tidak mengetahui bagaimana gejala orang hamil.

"Ayo gue anterin periksa" ajaknya dengan memegang tanganku untuk diajak beranjak dari ranjang.

Aku menggelengkan kepala sambil menunduk. "Gue takut Er, takut kalau misal gue ga hamil dan malah bikin Yuta kecewa"

Terdengar sebuah decakan dari bibir wanita itu "Yuta ga akan kecewa Jen, percaya sama gue"

Aku akhirnya mengangguk, dengan bujukan dari Eri dan tekat untuk mengetahui yang sebenarnya aku mau untuk pergi periksa. Kalaupun memang nanti aku belum hamil mungkin bukan rezeki kita.

Aku meraih tas kecilku lalu berjalan bersama keluar dari kamar dan menuju lantai satu. Astaga diluar ternyata sudah sangat penas, itu artinya Yuta tadi pergi kekantor sedikit terlambat karena harus mengurusku.

✔ My Husband is Gay | YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang