Kembali

1.5K 172 32
                                    





Votenya jangan lupa























---------- Nakamoto Yuta ----------

Aku menunduk melihat kotak dalam genggaman tanganku lalu tersenyum getir, memejamkan mata dan menarik nafas dalam. Dengan perlahan aku kembali memasuki kamar lalu mengunci pintu.

Duduk pada pinggiran ranjang, membuka kotak kecil itu dan mengambil hasil usg tadi. Sisa dalam boxnya aku buang dalam tempat sampah kecil yang berada didalam kamar.

"Maaf" monologku sambil memandangi hasil usg itu, air mataku sudah tidak tertahankan lagi.

Dalam sehari perasaanku mudah sekali diubahnya, pagi diberikan kebahagiaan namun sore hari sudah langsung dipatahkan.

Kenapa pria itu harus kembali disaat hidupku sudah mulai sempurna? Kenapa Yuta dengan mudahnya menerimanya lagi?

Sungguh aku ingin menarik perkataanku yang berkata merindukan lelaki itu, bahkan sekarang aku tidak ingin ia kembali.

Aku membenamkan wajah pada bantal agar suara tangisanku tidak terdengar sampai keluar kamar, sungguh hatiku sangat sakit sampai membuat nafasku amat berat.

Apa jatuh cinta pada seseorang itu amat menyakitkan?

Aku baru mengalaminya dan sungguh amat sakit, atau semua laki-laki menyakiti pasangannya? Atau hanya Yuta yang seperti itu?

Terdengar suara knop pintu yang berusaha terbuka namun tidak lama langsung terdengar ketukan pintu, pasti itu Yuta yang hendak masuk kamar.

"Sayang kamu didalem kan?" suaranya mulai terdengar. "Ayo makan"

Semakin mendengar suaranya, semakin sakit hatiku.

"M-ma kan" ohh tuhan kenapa suaraku jadi terbata-bata.

Aku mengambil nafas banyak lalu menghembuskan perlahan, memegangi dadaku yang terasa sakit. "Makan aja, aku udah kenyang"

Aku bangkit dari ranjang menginjakkan kaki pada lantai yang dingin lalu berjalan menuju sebuah pintu yang terletak pada sisi kanan kamar ini.

Memasuki kamar mandi dan berdiri didepan kaca besar disana, sudah berapa lama aku menangis hingga penampilanku kini begitu berantakan. Hidung yang merah dengan mata yang sudah sembab dan rambut yang berantakan.

Aku mengambil pengikat rambut dan langsung mencemol rambutku, setelah itu membasuh wajahku dengan air lalu meraih sabun cuci muka dan kutuangkan sedikit pada telapak tanganku.

Tidak buruk, cuci muka sedikit membuat wajahku terlihat fresh walaupun mata sembab masih sangat terlihat. Toh siapa yang peduli denganku sekarang?

Melangkahkan kaki menuju pintu balkon lalu membuka penguncinya dan menggeser secara perlahan. Aku yang hanya menggunakan hotpants dan juga kaos oversize jadi merasakan hembusan angin malam yang menerpa kulitku.

Tanganku berpegang pada pagar balkon lalu wajahku menadah menatap bulan, bintang malam ini begitu bersinar, tidak ada awan gelap yang menutupi mereka karena awan gelap itu sudah berpindah didalam hatiku.

Kenapa hanya dengan memandang bulan dan bintang saja mampu membuat air mataku kembali turun dengan deras?

Aku memukul-mukul dadaku yang terasa sakit, sungguh aku ingin berhenti dari siksaan ini. "Hiks.. tolong... berhenti"

"Mau hiks pulang"

Saking sakitnya aku sampai merosotkan diriku kebawah dengan sebelah tanganku yang tetap memegang pagar balkon.

"Nyonya, nyonya gapapa?"

Ohh sial aku lupa jika dibawah ada penjaga rumah, aku hanya mengisyaratkan dengan tanganku bahwa aku gapapa dan langsung kembali berdiri dan masuk kedalam kamar.

Pintu balkon hanya kutup tanpa kembali ku kunci, aku langsung merebahkan diri pada ranjang dan menyelimuti seluruh tubuhku dengan selimut, kembali menangis.

"Sayang buka pintunya, kamu ngapain sih didalem?"

"Diem Yuta!"

Sepertinya dia mendengar dengan jelas bentakanku karena dirinya langsung mengetuk pintu dengan sangat berutal.

"Buka dulu pintunya"

"Jenni buka"

Sungguh aku menulikan pendengaranku dan berusaha cepat terlelap agar tidak lagi mendengar suaranya.

🌹

Pagi hari datang begitu cepat, mataku terasa sangat berat namun aku harus bergegas untuk masuk kedalam kamar mandi. Tidak terlalu ingi menghabiskan banyak waktu didalam kamar mandi kini aku sudah siap dengan celana training dan hoodie oversize.

Memasukkan ponsel pada tas kecil milikku dan meraih kunci mobil yang tergeletak pada nakas.

Ceklek

Betapa terkejutnya aku bahwa ada Yuta yang duduk selonjor disamping pintu dengan bersandar pada tembok. Apa semalam dirinya tidur disitu? Aku tidak peduli.

Aku berjalan keluar melewati dirinya dan kearah anak tangga.

"Jenni"

Sepertinya ia terbangun saat aku membuka kunci pintu tadi. "Ehh Win, udah balik" sapaku basa basi saat pria itu baru saja keluar dari kamar milik Yuta dahulu.

"Mau kemana Jen? Pagi banget"

Aku tersenyum manis kearahnya "Pulang Win, kangen mama" alibiku. "Baik-baik disini ya"

Aku menepuk sekilas pundaknya lalu menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Dibawa sana para maid yang tengah bekerja langsung menunduk hormta saat melihatku, aku berhenti sejenak untuk menatap mereka semua.

"Tolong urus semua keperluan tuan dan juga Winwin, saya pergi dulu"

Aku membuka pengunci pintu mobil dari remotenya agar sampai digarasi langsung masuk, saat kakiku menginjakkan kaki digarasi dan hendak membuka pintu mobil namun tangaku langsung diraih oleh Yuta.

"Mau kemana kamu?" tanyanya. "Pulang"

"Kan ini udah dirumah"

"Aku mau pulang Yuta! Bisa ga sih kamu diem aja"

Aku melepaskan genggaman tangan Yuta ssebelum air mataku kembali keluar, aku tidak mau harus menangis didepannya dan memohon seperti orang bodoh.

"Urusin aja sana pacar kamu"

Aku sedikit menutup dengan keras pintu mobil, menghidupkan mesin lalu menjalankannya keluar dari area rumah.

Saat sudah jauh dari rumah aku melirik spion mobil dan ternyata tidak ada mobil Yuta yag mengejarku, sepertinya memang benar Yuta masih mencintai pria itu.

Aku menepikan mobil pada sebuah supermarket yang terletak didekat rumah orang tuaku, membeli susu hamil untuk persediaan disana, aku masih waras untuk tetap mengurus anakku.

🌹

Yuta menuruni tangga dengan terburu dan sudah berpakaian rapi dengan setelan jas berwarna hitam. Menghampiri sang mantan kekasih yang tengah menyantap sarapannya.

"Kamu disini apa ikut aku kekantor?"

Winwin dengan terburu-buru meraih gelasnya dan meminum cairan didalamya. "Ikut kamu"

Penampilan pria itu terlihat berubah dari apa yang Yuta lihat terakhir dulu saat dirumah sakit. Kini Winwin nampak lebih kurus, mungkin stress dengan pikirannya karena Lucas yang ketahuan menghamili seorang wanita.

Lelaki itu sedikit berlari lalu melingkarkan tangannya pada lengan atas Yuta dan berjalan bersama keluar dari rumah.

"Kita bisa kembali ga?"



TBC


Napa sih, aku yang nyiptain konflik

Aku sendiri yang bingung, huh









✔ My Husband is Gay | YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang