45

9.8K 2K 423
                                    

Isi chapter ini : 🎢🎢

Btw jangan lupa di vote dan komen ya guys, feedback yang kalian kasih ngebuat gue makin semangat buat lanjut ngetik soalnya hehe.

Ayo yang siders ditekan aja vote nya gapapa kok

Tandai kalo ada typo ya.

Enjoy!!!














Cuaca malam ini bisa dibilang cukup bersahabat di penghujung musim dingin. Suhunya bisa dibilang cukup hangat, ya walaupun kalo bertahan terlalu lama di luar bisa membuat menggigil kedinginan juga.

Embusan napasnya terdengar panjang, seiring dengan tangannya yang bergerak masuk ke dalam saku hoodie-nya. Matanya menelisik lurus ke depan, menatap seseorang yang terduduk di ayunan yang ada di taman depan sana.

Senyuman di bibirnya terukir begitu melihat sosok cantik itu lagi tertunduk menatap kaki yang menggores abstrak di atas tanah. Kedua tangan cewek menggenggam erat besi-besi penyangga ayunan, sebagian rambutnya terurai menutupi sisi mukanya.

Haechan. Dia terdiam menatap sosok di depan sana.

Bukannya melanjutkan langkah, Haechan justru berhenti dengan jarak yang lumayan jauh dari taman bermain. Matanya menatap lurus ke depan, tatapannya terkesan sukar diartikan, walau bagaimana pun menelisik jauh ke dalam netra coklat gelapnya, ga bakal ada satu pun orang yang tau tentang arti tatapannya. Dia terlalu pintar menyembunyikan perasaan yang terpancar dari binar matanya.

Malam ini seharusnya Haechan bisa belajar aja, membahas soal-soal dari buku persiapan ujian akhir yang sekitar 2 bulan lagi bakalan dilaksanakan, tapi sekarang dia memilih keluar begitu ada chat singkat masuk dari cewek di depan sana, meminta Haechan menemaninya barang sebentar di taman perumahan yang ga terlalu besar ini.

Tersenyum singkat, Haechan memilih kembali melangkah. Senyuman di bibirnya otomatis merekah begitu sosok itu menoleh dan menangkap presensinya. Senyuman itu terlihat lebar, dengan banyak makna tersembunyi di baliknya.

"Lama banget." Gerutuan ini adalah yang pertama kali Haechan dengar begitu dia mendudukkan diri di ayunan yang udah ga baru lagi itu, tepat di samping sosok cantik yang sedari tadi dijadikannya pusat perhatian.

"Ya maaf, tadi adek gue ribet, mana pake drama ga mau ditinggal lagi."

Si lawan bicara terkekeh. "Si bungsu?"

"Eung." Haechan mengayun pelan ayunan yang ditempatinya. "Lagian tumbenan banget ngajakin ketemuan malam-malam gini. Biasanya juga lo belajar, kan anak ambis."

Senyuman kecut didapati Haechan dari lawan bicaranya.

"Suasana di rumah lagi ga enak. Sorry deh kalo tiba-tiba minta ketemuan gini."

"E-- eh. Bukan gitu." Haechan panik seketika, menghentikan laju ayunan dan menoleh dengan muka khawatir ke samping. "Lo ga apa-apa kan? Joanna, lo ga apa-apa kan? Ayah lo ga ngapa-ngapain lo kan?"

Joanna mendongak, menatap Haechan dengan binar yang penuh rahasia itu. "Ga ah. Tadi gue langsung kabur begitu mama pergi ke rumah nenek."

"Lo ga diajak?"

Sekali lagi, senyuman kecut menjadi jawaban bagi Haechan. "Engga. Dia mana pernah inget gue." Katanya pelan diakhiri embusan napan berat yang panjang. Kakinya bergerak pelan, mengayun ayunan yang ditempatinya.

"Kenapa ga call Jeno aja?"

"Gue gamau dia tau."

"Ah... oke." Haechan mengangguk beberapa kali, memahami pikiran Joanna. Cewek itu cuman ga mau Jeno melihat dia dalam kondisi kacaunya kayak sekarang. Apalagi mengingat fakta Jeno yang gatau apa-apa tentang kondisi di rumah Joanna setiap kali ayahnya yang 'super hebat' itu pulang.

Ex: The Daisy || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang