50

6.1K 1.2K 96
                                    

Hellooow!

Tandai typo yaa!











































Bus yang Chaesa tumpangi berhenti di halte sekolah tepat 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. Begitu kakinya menapaki lantai halte, beberapa pasang mata yang ada di sana langsung tertuju ke arahnya. Chaesa sama sekali ga tau arti tatapan itu apa, dia pun memilih buat ga peduli dan langsung melangkahkan kaki ke arah gerbang sekolah.

Beberapa murid yang juga melangkah ke arah gerbang kelihatan melirik Chaesa beberapa kali. Dari yang dia dengar sekilas, mereka ngomongin tentang insiden kamar mandi beberapa hari lalu.

Napas Chaesa terembus berat begitu merasakan lebih banyak pasang mata tertuju ke arahnya begitu memasuki area sekolah. Rasanya risih, tapi dia sama sekali ga bisa protes.

Tiga hari ga masuk, ternyata lumayan banyak yang berubah di sekolah. Chaesa bisa melihat banyaknya poster yang menyuarakan kampanye anti-bullying di sepanjang koridor.

Bibirnya mengulas senyuman tipis begitu melihat poster-poster itu.

"Jochae!!" Mendengar seruan ini, langkah Chaesa terhenti dan badannya langsung berbalik.

Chaesa bisa melihat Haechan yang ada di ujung koridor di depan sana, baru aja datang. Cowok itu melambai semangat dengan senyuman lebar terulas di bibir. Kedua sudut bibir Chaesa refleks terangkat begitu melihat senyuman Haechan.

Rasanya cukup haru begitu tau ada yang menyambutnya di hari pertama dia sekolah lagi setelah beberapa hari libur.

"Pagi, Chan."

Masih dengan senyuman lebarnya, Haechan menghentikan langkah di hadapan Chaesa. Tatapannya tertuju lurus ke cewek itu, seolah merasa bangga karena Chaesa udah bisa melewati semuanya. "You did well, Jochae. Makasih udah bertahan." Tangannua bergerak menepuk-nepuk puncak kepala Chaesa, membuat kekehan kecil terdengar dari cewek itu.

"Makasih apresiasinya."

Haechan menyengir dengan lucu, langsung merangkul bahu Chaesa dengan ramah dan menuntun cewek itu buat melanjutkan langkah ke arah anak tangga. "Maaf gue gak jengukin lo. Pas nanya Jaemin, dia malah gak mau jawab. Gue nyoba buat nelepon lo tapi nomor lo malah gak aktif."

"Ah, sorry. Hp gue emang sengaja dimatiin selama libur. Lagi mau menjauh dari kehidupan sosial."

Haechan mengangguk beberapa kali, melepas rangkulannya begitu mereka sampai di lorong kelas 12. Kedua tangannya sekarang bergerak ke dalam saku celana, bersembunyi di sana.

"Hai, Jo!" Sapaan ini terdengar dari Haechan begitu mereka hampir melewati Joanna yang lagi berdiri di depan kelasnya.

Joanna menoleh, refleks tersenyum begitu melihat Chaesa. Dia bahkan gak mempedulikan sapaan Haechan sampai cowok itu mendengus dan mencibir dalam diamnya.

"Hai, Chaesa." Sapa Joanna ramah, senyuman hangat terulas di bibir tipisnya.

"Cih, kan gue yang nyapa." Sungut Haechan yang cuman dibalas cibiran Joanna.

Cewek bermarga Seo itu menoleh ke Chaesa. "Udah mendingan? Sorry gak bisa berbuat apa-apa buat nolongin lo."

Chaesa menggeleng pelan. Hatinya menghangat lagi begitu mendengar kepedulian dari sosok lain yang gak pernah disangkanya. "Gak apa-apa. Semuanya udah lewat, gak perlu diungkit lagi."

Haechan menoleh begitu mendengar omongan Chaesa, ditatapnya cewek di sampingnya itu dalam diam. Kadang Haechan merasa heran, menurutnya, Chaesa terlalu baik untuk ukuran seseorang yang udah diperlakukan dengan begitu kejamnya oleh orang lain. Kalo Haechan ada di posisi Chaesa, mungkin dia memilih buat menuntut orang-orang yang udah menjahatinya.

Ex: The Daisy || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang