34

13.2K 2.5K 209
                                    

"Maaf."

Jaemin menoleh begitu mendengar lirihan Chaesa. Cewek itu menunduk dalam, tatapannya tertuju lurus ke arah lantai keramik di bawah sana.

"Kenapa tiba-tiba minta maaf?" Jaemin menatap intens ke arah cewek yang duduk di sampingnya. Tapi bukannya jawaban yang didapatinya, justru Chaesa malah diam.

Cewek Jo itu menggeleng pelam ga lama kemudian, mengambil napas dalam-dalam dan mendongak menatap gorden biru yang membatasi brankar UKS yang ditempatinya dengan brankar yang lain. "Maaf karena aku nangis di bahu kamu. Seragam kamu jadi basah gitu."

Secara refleks, kedua sudut bibir Jaemin langsung mengulir senyuman manis. Dia merasa lucu aja begitu Chaesa dengan jujurnya malah ngomong kayak gitu. Padahal dia gak merasa keberatan sama sekali, justru menawarkan diri buat jadi sandaran Chaesa. "Ga usah minta maaf kali." Jaemin mengulum bibir, mempertimbangkan sesuatu di dalam otaknya sekarang. Ga lama, cowok Na itu agak mencondongkan badan ke arah Chaesa yang lagi-lagi menunduk, kepalanya menunduk buat melihat muka memerah Chaesa dengan jelas. "Abis ini, kalo kamu mau nangis lagi. Kamu bisa ke aku lagi, aku bakalan minjemin kamu bahu, sebagai sandaran."

Chaesa mendengus pelan, matanya melirik sekilas ke arah Jaemin yang masih mempertahankan senyuman di bibir. Cowok Na itu keliatan tulus, tapi Chaesa jelas gamau menerima tawaran itu begitu aja. Siapa juga sih yang mau membuat hatinya tersiksa dengan terus-terusan berdekatan sama mantan? Maksudnya... Chaesa bahkan belum sepenuhnya menghapus Jaemin dari hatinya, bakalan rumit kalo dia terbawa perasaan lagi nantinya.

"Ga usah. Ga perlu." Sahut Chaesa akhirnya, kembali berfokus ke gorden di hadapannya.

Jaemin mengembuskan napas pelan, bahunya seketika merosot lemas begitu aja begitu mendengar sahutan Chaesa itu. "Kenapa?"

Chaesa cuman menggeleng, gamau merespons lebih lanjut.

"Kalo gitu kamu ga boleh juga bersandar ke cowok lain."

Secara refleks, Chaesa menoleh ke Jaemin, dengan jidat berkerut dan ekspresi heran. "Kamu ga berhak melarang aku, Na Jaemin."

"Aku--"

"Cukup ingat batasan kamu. Oke? Kita cuman mantan. Kamu bukan pacar aku lagi yang berhak ngatur ini-itu." Mood Chaesa keliatan memburuk setelahnya. "Udahlah, mending kamu balik sana. Aku mau istirahat." Cewek Jo itu mendorong pelan bahu Jaemin, mengusirnya dari brankar yang ditempatinya.

Mereka sekarang emang lagi duduk bersisihan di pinggir brankar. Setelah Chaesa tenang tadi, nyatanya Jaemin ga langsung pergi, cowok itu malah terdiam menunggu Chaesa benar-benar tenang dan bisa diajak ngomong.

"Tapi aku--"

"Pergi, Na Jaemin." Tegas Chaesa, sama sekali gamau dibantah.

Jaemin akhirnya bangkit, membiarkan Chaesa mengubah posisi jadi tidur memunggunginya. Bahkan cewek itu langsung menarik selimut sampai batas leher dan menutup matanya gitu aja.

Bukannya langsung pergi, cowok Na itu malah terdiam menatap punggung Chaesa. Ada banyak hal yang berkecamuk di dalam pikirannya sekarang, terutama tentang alasan kenapa Chaesa bisa menangis pilu kayak tadi, seolah benar-benar ketakutan dan kesakitan. Jaemin mau bertanya tentang itu, tapi... kayaknya dia bakalan melewati batas ya kalo benar-benar bertanya?

Akhirnya Jaemin melangkah keluar dari bilik UKS yang ditempati Chaesa. Tangannya bergerak menutup pelan gorden dan kakinya melangkah ke arah sofa yang ada di dalam ruangan.

"Lo masih belum pergi?"

Baru aja duduk di sofa, suara itu langsung menyentak Jaemin, sukses membuat dia kaget dan langsung menoleh. Matanya langsung bersitatap sama mata coklat Joanna. Cewek itu, gatau dari kapan, udah duduk di kursi yang biasa ditempati dokter jaga, dengan bertopang dagu dan mata menatap Jaemin datar.

Ex: The Daisy || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang