Tandai typo ya!
Jangan lupa jiga ramein hehe
Bacanya pelan-pelan aja, enjoy!!
Mata Jinyoung menelisik ke arah Chaesa yang lagi tertidur dengan tenang. Binar matanya kelihatan sedih begitu menangkap luka yang ada di sudut bibir Chaesa, juga luka lebam yang ada di pipi cewek itu. Jari-jarinya bergerak pelan, mengelus rambut Chaesa yang terpotong pendek dengan asal. Ada banyak hal yang berkecamuk di dalam benaknya dari kemarin, rasanya hatinya masih sakit melihat keadaan Chaesa. Walaupun orang-orang yang membuat kondisi Chaesa kayak gini udah diberi hukuman, tapi tetap aja Jinyoung merasa gak terima begitu mengingat lagi kondisi cewek di hadapannya ini begitu ditemukan di kamar mandi kemarin.
Helaan napas berat keluar dari bibirnya begitu dia memutuskan buat menarik lagi tangannya dari helaian hitam rambut Chaesa.
Suara pintu yang terbuka kemudian mengusik perhatian Jinyoung. Dia menoleh, mendapati sosok Na Jaemin yang berdiri di ambang pintu, menatap lurus ke arahnya dengan tatapan sukar diartikan.
Jaemin melangkah masuk, menutup lagi pintu ruangan dan jalan ke arah Jinyoung, berhenti tepat di samping cowok itu.
"Masih belom bangun?"
Jinyoung menggeleng. "Dari setengah jam yang lalu, belom." Satu senyuman hambar terukir di bibirnya. "Lo udah bilang mamanya?"
Jaemin melirik sekilas ke arah Jinyoung dan mengangguk. Tangannya bergerak buat merapikan selimut Chaesa. "Udah."
"Gimana?" Jinyoung menatap Jaemin lurus. "Gimana cara lo ngasih tau mama Chaesa? Lo bisa bahasa isyarat?"
Berkat pertanyaan itu, Jaemin menoleh dengan cepat. Jidatnya berkerut dalam, merasa bingung sekaligus heran dengan pertanyaan yang baru aja dia dengar itu. "Lo tau kalo mama Chaesa istimewa?"
Jinyoung mengalihkan lagi tatapannya ke Chaesa. Kepalanya bergerak pelan. "Tau." Senyuman kecut hadir di bibirnya. "Chaesa yang cerita sendiri ke gue."
"Sedeket itu?" Jaemin bertanya, nadanya terdengar sedikit sarkas.
Jinyoung menyeringai, meledek. "Sepenasaran itu lo sama hubungan gue dan Chaesa?" Kemudian ditatapnya Jaemin dengan dagu yang sedikit terangkat naik. "Tebak aja sendiri. Lo sering ngeliat gue sama dia, kan?" Setelahnya Jinyoung melangkah ke arah sofa ruangan dengan langkah ringan, ga peduli sama Jaemin yang mulai merasa kesal. "Ah iya, jagain dia sampai mamanya dateng." Diraihnya tas yang tergeletak di atas sofa. "Lo bisa mastiin sopir keluarga lo bakalan nganter mama Chaesa dengan selamat sampe sini kan, Na Jaemin?"
Jaemin mendengus pelan. "Menurut lo?"
Sebelah sudut bibir Jinyoung terangkat naik. "Ya-ya, gue percaya sama sopir keluarga lo." Ditatapnya Chaesa sekali lagi. "Kalo gitu gue balik duluan."
"Kenapa lo gak nungguin mama Chaesa sampai? Kenapa lo gak ngejelasin sendiri ke mama Chaesa kalo lo yang udah nolongin anak satu-satunya?"
Jinyoung tertunduk selama beberapa saat, menatap keramik rumah sakit yang sekarang dipijaknya. "Ah... jadi Chaesa anak satu-satunya?"
Jidat Jaemin berkerut dalam, begitu sadar kalo tatapan dan senyuman yang hadir di bibir cowok Bae itu terlihat penuh misteri, ga bisa ditebak sama sekali.
"Lo aja yang jelasin. Bilang aja ke mamanya kalo lo yang bawa dia ke rumah sakit, lo juga udah nolongin Chaesa." Senyuman yang ga sampai ke mata itu hadir di bibir Jinyoung. "Gue masih ada urusan lain. Kalo gitu gue duluan." Tanpa menunggu respons Jaemin, Jinyoung langsung melangkah keluar ruangan, meninggalkan Jaemin dengan keheningan di dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex: The Daisy || Na Jaemin
FanfictionPoin penting dalam hidup adalah menghargai sesuatu yang telah kamu punya. Tapi sayangnya, Jaemin terlambat menyadarinya.