Kalo ada typo tandain yaaa!
Enjoy!!!
Bunyi pintu yang dibuka keras membuat Jeno dan Haechan serempak menoleh ke arah Jaemin yang baru aja membuka pintu dengan kasar itu. Mereka mengerjap, merasa bingung ada apa gerangan dengan seorang Na Jaemin di malam ini.
Cowok Na itu bahkan ga merasa harus buat melepas sepatunya di dekat ambang pintu, dia langsung melangkah dengan tergesa dan raut muka dingin ke arah anak tangga dan menaikinya satu persatu. Suara langkahnya terdengar keras, seolah menyuarakan kekesalan hatinya.
Sebelah alis Jeno terangkat naik begitu melihat kejadian yang terjadi cuman beberapa detik itu.
"Dia kenapa lagi sih?" Gumaman Haechan ini membuat Jeno menoleh.
"Gatau. Tanya sana, kan temen lo."
"Temen lo juga, please." Haechan memutar bola mata malas, berfokus lagi ke tv di depan sana tanpa mempedulikan lagi Na Jaemin yang kayaknya lagi badmood.
Sedangkan Jaemin sendiri udah menghempas kasar badannya ke atas kasur, dengusan kasar menahan kesal keluar dari hidungnya, seiring dengan sebelah tangannya yang bergerak menutupi kedua mata.
Rahangnya keliatan mengeras, dengan sebelah tangan lagi mengepal erat di atas perut.
Sial. Rasanya Jaemin mau memukul orang kalo kayak gini caranya.
Bangkit dari kasur, Jaemin memilih buat jalan ke lemari yang ada di kamarnya. Untungnya, Jaemin menyimpan beberapa baju di lemari basecamp, jadi dia ga usah susah-susah membeli baju yang lebih santai ke bawah.
Setelah mengganti bajunya dengan kaus hitam tanpa lengan dan celana pendek longgar, Jaemin langsung meraih sarung tinjunya dari laci terbawah nakas dan melangkah lagi ke bawah.
Eksistensi Jaemin jelas membuat perhatian Haechan langsung teralih. Sebelah alisnya terangkat begitu Jaemin masuk ke satu ruangan yang berisi alat-alat olahraga. Sarung tinju yang ada di tangan cowok Na itu jelas ga luput dari penglihatan Haechan.
Ga peduli dengan tatapan sahabatnya, Jaemin membanting pintu ruangan supaya tertutup. Desisan panjang keluar dari bibirnya begitu melihat samsak yang tergantung di tengah ruangan sana.
Kakinya melangkah dengan mantap dan tegas, seiring dengan tangannya yang bergerak cekatan memakai kedua sarung tinju. Setelahnya, pukulan demi pukulan dilayangkannya dengan keras ke samsak di hadapannya. Bahkan dia ga peduli kalo nantinya lengan dan bahunya bisa sakit atau pegal-pegal. Yang jelas sekarang, Jaemin mau melampiaskan rasa kesalnya dulu.
"Bae Jinyoung sialan." Desisnya marah, memperkuat pukulannya ke samsak.
Rahangnya keliatan mengatup keras, dengan jidat berkerut dan tatapan tajam.
Dia lagi membayangkan samsak di hadapannya ini adalah Bae Jinyoung yang dengan sembarangannya memeluk Chaesa tadi. Dan sialnya Jaemin ga bisa berbuat apa-apa karena ketika dia mau menghampiri kedua manusia itu, bis yang mengarah ke rumah Chaesa datang dan membuat cewek itu langsung naik. Jinyoung juga langsung memberhentikan taksi dan pergi gitu aja. Padahal Jaemin udah berniat buat menarik cowok Bae itu menjauh dan melayangkan tinjuan keras ke arahnya.
"Sialan!!!"
"Na Jae- sialan!!!" Mata Haechan melebar panik begitu Jaemin dengan ga terduga berbalik dan melayangkan pukulan ke arahnya. Untungnya dia dengan cekatan menghindar, jadi pukulan keras Jaemin berakhir di udara.
Haechan berniat baik, mau mengantar banana smoothie yang baru aja dibuatnya. Tapi sialnya Jaemin malah membuatnya jantungan kayak gini.
Jaemin berdecak, tatapan tajamnya tertuju ke Haechan sekarang. "Ngapain?"
![](https://img.wattpad.com/cover/222467641-288-k720057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex: The Daisy || Na Jaemin
أدب الهواةPoin penting dalam hidup adalah menghargai sesuatu yang telah kamu punya. Tapi sayangnya, Jaemin terlambat menyadarinya.