Dengan kepala pusing Liora membolak-balik buku di hadapannya. Sekarang sedang jam istirahat, tetapi dia memutuskan duduk tenang di kelas untuk belajar pelajaran yang baru saja usai. Dia cemberut, menatap rumus dan angka yang memenuhi buku dengan tidak mengerti.
Dia mencari informasi di internet namun semua website itu mengatakan bahwa amnesia tidak mengganggu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Nah, berarti yang bermasalah adalah dirinya sendiri yang tidak belajar dengan benar selama ini.
Gadis itu menidurkan kepala di atas buku. Matanya mengarah pada langit biru di luar jendela. Menghela napas, Liora mulai memikirkan kehidupannya belakangan ini. Dia terlalu fokus belajar, belajar, dan belajar untuk mengejar ketertinggalannya. Baik itu di sekolah maupun di rumah.
Bahkan dia tidak lagi mempunyai keberuntungan bertemu dengan dewa ta— sebentar.
Punggung Liora menegak dan segera mengeluarkan ponselnya. Dia menatap roomchat WA yang bersih tanpa chat. Waktu laki-laki itu menyimpan nomornya, dia hanya menulis huruf 'A'. Sampai sekarang Liora sendiri belum tahu siapa nama dewa tampannya. Liora menggigit bibirnya ragu, apakah dewa tampan sedang makan?
Liora segera menepis keraguannya dan mengetik kalimat 'Dewakuuu sayaaangggg, kamu di manaaa???'
Segera gadis itu menghapus. Tidak, tidak. Terlalu murahan. Liora harus mengetik kalimat yang menunjukkan bahwa dia mahal.
'Hai. Ini Liora, masih inget kan?'
Lagi-lagi dia menghapusnya. Bodoh, seperti tidak ada kalimat yang lebih berbobot saja. Liora harus memikirkan chat pertama yang akan meninggalkan kesan terdalam di hati dewa tampannya!
'Aaaaa gue pusing! Gak ngerti!!! Kenapa ekonomi harus ada hitungan juga??! Jelas-jelas gue gak suka itungan. Hiksrottt.'
Tidak! Kenapa jadi mengeluh? Liora mencibir diri sendiri. Saat hendak menekan tanda x, dia tidak sengaja menekan send.
Mata Liora terbelalak. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Chat tersebut langsung centang dua. Dengan tergesah-gesah Liora berusaha menarik pesan itu namun gerakan tangannya terhenti tatkala centang dua tersebut berubah warna menjadi biru.
“D-dewa tampan read chat gue?” tanya gadis itu pada dirinya sendiri dengan tidak percaya.
Nyatanya dewa tampannya tidak mengecewakan. Selang lima detik ada balasan darinya.
A : Mau gue ajarin?
Jantung Liora yang berdetak keras terasa berhenti sejenak. Dia termenung membaca tiga kata dari dewa tampannya kemudian matanya berbinar.
Liora : MAUUUU!!!!
Selama dua menit belum ada jawaban. Liora terus menatap roomchat tersebut. Melirik nama kontak, dia berdecak tidak puas lalu memutuskan mengubah namanya dari 'A' menjadi 'Dewa Tampan is Mine!'
Dalam lubuk hati Liora terasa manis. Dia mengelus nama kontak tersebut sambil tersenyum tidak jelas.
Dewa tampan hanya miliknya! Berani ada yang mencoba merebutnya, lawan Liora dulu sini! Batin gadis itu dengan sombong.
Dewa Tampan is Mine : XII-IPA 1. Datang ke sini.
Liora sontak berdiri dari kursinya dengan mata melotot begitu melihat balasannya. Tunggu, apakah dewa tampan ingin bertemu dengannya sekarang?
“XII-IPA 1? Jadi ini kelas dewa tampan?”
Segera Liora menggeleng kepala. Ini bukan waktunya melamun. Segera dia membereskan buku ekonomi dan tidak lupa memerhatikan penampilannya.
“Seragam, oke rapi. Rambut, sip indah. Muka, oke gue emang cakep. Badan...” Liora sedikit mengangkat tangannya lalu menunduk dan mengendus pelan. “Hm, masih harum. Saatnya berangkat!”
Dengan riang Liora menyusuri koridor. Orang yang berpapasan dengannya melirik heran. Selama setahun ini, Liora memiliki image yang rusak. Tidak pernah tersenyum, sombong dan angkuh, suka membully Zia, pamer, selalu cemberut di manapun dia berada.
Tentu saja mereka heran ketika melihat Liora yang berjalan di koridor dengan langkah kalem sambil menyunggingkan senyuman tipis yang manis.
Berdiri di depan kelas XII-IPA 1, Liora sedikit merapikan rambutnya dan berdeham. Lalu dia menyembulkan kepala melewati pintu untuk melirik di mana tempat duduk dewa tampannya.
Di saat yang bersamaan, beberapa laki-laki duduk dibaris ke tiga dan deret pojok dekat jendela, sedang berkumpul. Salah satunya tiba-tiba menangkap objek yang baginya menarik lalu menyikut teman di sampingnya.
“Rez, Rez, calon bini lo dateng lagi tuh.”
Rezi yang sedang menunduk memainkan game dengan kedua kaki terangkat di atas meja langsung mendongak. Begitu melihat siapa itu, wajahnya berubah dingin. “Gak guna.”
Teman-temannya terus mengolok Rezi, sedangkan di sisi lain mata Liora terpaku pada bangku terakhir deret ke tiga. Matanya berbinar melihat laki-laki tampan berjaket hitam yang sedang menunduk membaca buku dengan kedua telinga tersumpal AirPods. Senyumnya mengembang lalu segera mengambil langkah memasuki kelas tersebut.
“Shuttt, dia dateng.” Teman Rezi segera memberi kode sambil melirik Rezi penuh arti.
Begitu Liora berjalan mendekati mereka, segera teman Rezi itu berkata, “Neng Liora mau apelin babang Rezi, ya? Kebetulan babang Re—” ucapannya terhenti begitu gadis yang ia goda berjalan melewati mereka.
Sontak mereka bertiga menoleh ke belakang. Melihat Liora sekarang duduk di kursi depan laki-laki yang sangat mereka kenali, mereka tidak bisa menahan keterkejutan.
“Rez, Rez! Liat belakang!”
“Ck, apaan.” Rezi menoleh lalu tertegun sejenak melihat pemandangan aneh sekaligus tidak biasa itu.
Teman yang duduk di sebelah Rezi tidak dapat menahan gumamannya yang juga kalimat tersebut seperti mewakili perasaan Rezi.
“Liora dateng ke sini bukan nyari Rezi tapi ... Archeron?”
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHERON ✓
Teen Fiction[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] Shaquilla Lioraca Naraya mengalami amnesia retrograde yang menyebabkannya melupakan 2 tahun belakangan. Dia tidak mengerti mengapa sahabatnya Rezi membencinya, mengapa nilainya anjlok di bangku SMA, dan mengapa dia sebe...