40. Give me a reason

36.3K 6.1K 184
                                    

Sepulang sekolah Liora memutuskan pergi ke kelas Archeron untuk melihatnya sebab laki-laki itu tidak datang ke kelasnya sewaktu istirahat seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang sekolah Liora memutuskan pergi ke kelas Archeron untuk melihatnya sebab laki-laki itu tidak datang ke kelasnya sewaktu istirahat seperti biasanya.

Surat ancaman yang Liora baca sebelumnya langsung dihancurkannya sehingga tidak meninggalkan jejak. Dia takut jika Archeron menemukannya, laki-laki itu akan menjauh sepenuhnya.

Sesampainya di kelas Archeron, dia mendapati hanya laki-laki itu yang berdiri menghadap jendela sambil menempelkan ponsel ke telinganya.

Memandang punggung Archeron dalam diam, Liora mendesah dalam hati. Bagaimana dia bisa menjauh dari orang seperti ini?

Apa lagi Liora adalah pecinta cogan. Dari mata dulu baru turun ke hati. Tetapi nampaknya Archeron sedikit berbeda. Buktinya, pertama kali melihat laki-laki itu selain mata Liora yang jatuh cinta, hatinya pun langsung jatuh cinta.

Liora harus memikirkan cara cepat untuk membuat Archeron menjadi miliknya. Dan ketika teringat sesuatu, sudut bibirnya terangkat.

Tatkala Liora sibuk tenggelam dalam haluannya, Archeron telah mengakhiri panggilannya dan berbalik. Begitu melihat gadis yang sangat dikenalinya itu sedang bersandar diambang pintu sambil senyam-senyum tanpa sebab, kerutan di dahinya perlahan menghilang.

Dia meraih tasnya dan melangkah mendekat. Bahkan ketika dia berada di hadapannya pun gadis itu tidak menyadarinya.

Jadi Archeron mendekatkan wajahnya dan bertanya, “Mikirin apa?”

“Ah? Gue mikirin Ar—” Mata Liora melebar begitu melihat wajah Archeron tepat di depannya.

Refleks Liora memundurkan kepalanya dengan terkejut. “Archeron!”

Laki-laki itu terkekeh. Dia menegakkan punggung lalu menggenggam tangan Liora tanpa beban. “Kenapa gak lanjut?”

Liora mengikuti langkah Archeron dengan tatapan tertuju pada tangannya yang digenggam. Wajahnya dengan cepat memerah. Walaupun kadang-kadang tangan mereka bergandengan, tapi itu di waktu yang tidak menyenangkan.

“Hm?” tanya Archeron lagi.

Liora sedikit menunduk, menutupi semu di wajahnya. Menggigit bibir bawahnya, dia memilih untuk jujur.

“Gue mikirin cara buat lo jadi pacar gue!”

Archeron menoleh menatapnya, sedikit terkejut mendengar jawabannya yang sangat jujur dan menurutnya polos itu.

Sambil menaikkan satu alisnya, Archeron menanggapi, “Tapi lo belum tiga kali.”

“Tiga kali?” Nyatanya Liora melupakan hal itu. Teringat apa yang dijanjikan Archeron dulu, dia seketika semangat. “Oh iya, lo janji bakal jadi pacar gue kalo gue selametin lo tiga kali!”

Sangat menggemaskan, Archeron tidak tahan untuk mengacak rambutnya secara ganas. “Gue penasaran sama apa aja yang disimpen dalam otak lo.”

“Kenapa? Mau liat?”

Alis Archeron terangkat. “Boleh kalo lo izinin kepala lo dibedah.”

“Dih, psycho!” Seketika Liora bergeser menjauh namun karena tangan mereka yang terjalin, dengan mudah laki-laki itu menariknya kembali mendekat.

“Emang ada psikopat kayak gue?”

Liora mengangguk tegas. “Biasanya psycho itu mengelabuhi mangsanya dengan penampilan keren kayak lo. Apa lagi cewek cantik seperti gue, yang hatinya lemah lembut dan cepat terjerat. Sekali tangkap langsung dapet!”

Archeron merasa lucu dengan kata-katanya. “Bener?”

Lagi-lagi Liora mengangguk. “Bahkan orang-orang sekarang malah bangga bilang dirinya psikopat.”

“Psikopat itu gangguan jiwa.” Archeron berbicara dengan santai. “Gue sih gak mau jadi bagian dari mereka.”

“Woah,” Liora mengacungkan satu jempol untuk Archeron. “Tapi Ar, kalo diitung-itung, gue udah nyelametin lo dua kali loh...”

Perubahan topik yang sangat cepat ini membuat Archeron tersenyum tanpa sadar. Gadis ini benar-benar random.

“Jadi sisa sekali. Setelah itu lo harus jadi pacar gue. Gak ada perlawanan!”

Liora mencoba menjadi sosok yang dominan, tapi tingkahnya itu jatuh di mata Archeron malah jadi menggemaskan. Terlebih ketika sepasang mata bulat gadis itu menatapnya serius dengan pipi mengembung karena bibirnya yang dirapatkan.

“Kasih gue alasan.”

“Hah?” Liora mengerjap memandang Archeron dengan bodoh.

“Kenapa mau pacaran sama gue?”

“Karena lo ganteng.”

Bego! Rutuk Liora dalam hati sambil menggigit bibirnya karena keceplosan.

Tanpa diduga Archeron terhibur mendengarnya. Dia benar-benar menyukai Liora yang ceplas-ceplos seperti ini.

“Berarti gue harus bilang makasih sama orang tua gue karena menghasilkan bibit yang baik untuk gue.”

Segera Liora tertawa lepas mendengarnya. “Hum, hum. Sisa sekali lagi.” gumamnya riang sambil berjalan menuju mobil Archeron.

Sudut bibir Archeron terangkat. Sebenarnya dia bisa langsung menjadikan Liora pacarnya. Namun melihat betapa semangatnya gadis itu, dia mengurungkan niat.

Ya, itu pasti tidak akan lama lagi.

TBC

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang