16. Gosip

42.5K 6.3K 174
                                    

Ditatap dalam diam oleh Devia dan Sherin, Liora merasa risih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditatap dalam diam oleh Devia dan Sherin, Liora merasa risih. Dia baru saja datang ke kelas dengan kantung mata hitam karena kekurangan tidur akibat overthinking semalam. Menghadapi kedua sahabatnya yang tiba-tiba menjadi aneh, dia tidak bisa menahan pening.

“Lo pada kenapa sih?”

Devia bersedekap dada. Matanya penuh selidik. “Ada gosip lo nyari Archeron di kelasnya dan dianter pulang kemaren. Sejak kapan lo deket sama Archeron?”

“Pantesan aja minggu lalu lo nanya soal Archeron. Ternyata tertarik sama dia? Atau dia yang deketin lo?” sambung Sherin langsung.

Liora mendengkus dan duduk di kursinya dengan malas. “Gak deket.”

“Jan boong. Semua orang di sekolah tau lo deket sama Archeron.”

Kening Liora mengerut. “Kenapa harus ada gosip? Dia cuma bantuin gue belajar aja. Dan kemaren, gue bukan dianter pulang tapi kakeknya dia kenalan orangtua gue. Jadi Archeron anterin gue ke rumah kakeknya.”

Devia dan Sherin terdiam sambil melirik satu sama lain. Kemudian senyuman keduanya mengembang dan menatap Liora dengan antusias.

“Gue tebak, Archeron suka lo!”

“Gak, gak. Archeron itu dewa es sekolah kita. Sejauh ini pasti dia cuman tertarik sama lo.”

Devia melirik Sherin. “Tapi bukannya dia sama Zia?”

Sherin memutar bola matanya. “Gue sih gak pernah percaya soal Archeron sama Zia. Zia dapetin Rezi mah bisa dimaklumin. Soalnya kan Rezi cowok gampangan. Tapi dapetin Archeron? Gue berani bertaruh itu gak mungkin.”

“Iya sih.” Devia berpikir. Menoleh ke Liora, dia menunjuknya dengan ragu. “Gimana dong sama Rara?”

“Devia, Devia...” Sherin menggeleng tak berdaya. Dia memegang pipi Liora dalam satu tangan hingga membuat bibir Liora monyong dan menghadapkannya ke Devia. “Liat baik-baik. Bagian mana dari Rara yang jelek? Gak ada kan? Beda sama Zia. Munafik.”

Liora melepaskan tangan Sherin yang memegang rahangnya dengan paksa. “Ih, lo berdua apaan sih? Main nebak sembarangan. Kan gue udah bilang— eh, tapi kalo kalian tetep kukuh ship-in gue sama Archeron juga gak papa kok sebenernya.” katanya diakhir dengan malu-malu.

Sherin menjentikkan jarinya puas. “Nah, doyan kan lo sama orang cakep!”

Melihat Liora dengan hati-hati, Devia mengangguk-angguk. “Lo cocok kok sama Archeron. Rezi mah kalah jauh kalo dibandingin sama Archeron.”

Dari awal Liora agak penasaran kenapa kedua sahabatnya ini sangat membenci Zia. “Tapi kenapa lo berdua bisa gak suka sama Zia?”

“Zia munafik ah, gak like.”

“Sok lemah, pen gue geprek.”

Kata Devia dan Sherin secara bersamaan. Ekspresi kedua gadis itu sangat buruk sehingga Liora tidak mampu menahan tawa. “Udah, udah. Berhenti ngegosip.”

“Tapi beneran deh Ra, gue dan Sherin dukung lo sama Archeron.” ucap Devia sungguh-sungguh.

Liora tersenyum tapi tidak mengatakan apa-apa.

***

Berjam-jam di kelas sangat menyiksa. Dan bagi Liora yang ingin mengejar materi, dia sangat fokus belajar. Ujian tengah semester tersisa sebulan lagi, jadi dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk berleha-leha. Dia selalu masuk peringkat tiga besar di kelas sewaktu SMP, jadi dia ingin sekarang pun demikian.

“Ke kantin yok.”

Liora memijat-mijat pundaknya yang pegal. Mendengar ajakan Sherin, dia dan Devia segera menyetujuinya. Baru saja keluar dari kelas, Sherin menghentikan langkah melihat sosok yang bersandar tidak jauh dari mereka.

“Archeron?!” pekik Sherin refleks. Di sampingnya, Devia menyenggol Sherin sambil memelototinya untuk diam.

“Hah?” Liora yang mendengarnya langsung mengedarkan pandangan. Melihat Archeron benar-benar di sini, dia tertegun.

Sepertinya hanya Devia yang tidak begitu terpengaruh dengan kehadiran Archeron. Dia segera mendorong Liora pelan dengan senyuman menggoda. “Nyari dia?”

Archeron menegakkan punggung. Melihat Liora yang termangu, dia mengangguk ke arah Devia. “Lo gak masalah kan gue bawa dia?”

Segera Devia mengibaskan tangan. Dia benar-benar menyukai perasaan menjadi mak comblang. “Gak papa. Bawa aja dia tapi gak boleh aneh-aneh, masih polos soalnya. Kalo lo mau bawa ke kantin, jangan biarin Rara naruh sambel kebanyakan. Perutnya lemah.”

“Gile, lo macam emaknya Rara aja ngatur-ngatur.” bisik Sherin di sebelah.

Sedangkan Liora memelototi Devia. “Devia, jangan ngaco lo.”

Devia yang dikomentari kedua sahabatnya cengengesan. “Udah, pergi sana. Jangan biarin dewa es nunggu kelamaan. Nanti tambah beku.” bisiknya sambil menyikut Liora.

“Iya, iya.” Liora tanpa sadar memutar bola matanya karena kelakuan sahabatnya. Dia mendekati Archeron dan mengajaknya pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang masih sibuk menatap punggung mereka dengan tatapan penuh arti.

Sherin yang tidak bisa menahan gemas menabok punggung Devia. “Udah gue bilang, mereka itu cocok banget!”

“Monyet tenaga lo macam gajah. Jangan main kekerasan.” Sindir Devia yang berusaha mengusap punggungnya.

“Utututu, kesian banget putri kelas. Sini, sini gue tiupin biar mendingan.”

Devia meringis jijik sambil menjauh. “Najis. Sono makan sendiri di kantin. Gue mau makan sama gebetan baru gue!”

Melihat Devia pergi, Sherin segera menyusul sambil memanggil gelisah. “Jangan ngambek dong Dev. Lo semua makan sama pasangan, terus gue sama siapa?!”

TBC

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang