“Lalu panti itu bagaimana sekarang?”
Kakek Michio mendengus sinis. “Mereka melakukan sesuatu yang ilegal. Tentu saja Kakek tidak akan membiarkan mereka. Sekarang panti itu sudah tidak ada.”
Liora tidak bisa menahan diri untuk bertanya lagi. “Selain itu, kehidupan Archeron di sana seperti apa?”
Kakek Michio mengerutkan kening. “Kakek tidak tau. Archeron menutup diri sejak kembali dan menolak menceritakannya.”
Jadi Kakek Michio juga tidak tahu insiden kucing Archeron yang mati? Jika demikian, berarti masih banyak rahasia yang tidak Archeron beberkan.
Kakek Michio menggenggam tangan Liora erat. “Rara, Kakek mohon tetap berteman dengan Archeron meski sikapnya sangat dingin. Anak itu tidak pernah mau bergaul dengan orang lain membuat Kakek sangat khawatir. Jika kamu kesulitan di masa depan, percayalah Kakek akan berusaha membantumu.”
“Kakek, jangan khawatir lagi. Rara bakal selalu bersama Archeron bahkan kalo dia usir Rara pun gak bakal Rara gubris.”
Suasana hati Kakek Michio perlahan membaik. Dia menepuk kepala gadis itu dan tidak bisa menahan tawa.
“Bagus. Kakek serahkan dia sama kamu.”
Diam-diam Liora tersenyum. Archeron miliknya. Jadi tentu saja dia tidak akan melepaskannya dengan mudah.
***
Waktu memang cepat berlalu. Tidak terasa mereka akan melaksanakan ujian akhir semester. Saat ini, Liora dengan penuh perhatian menghibur Devia di kelas.
Devia memeluk Liora dengan sedih. “Huhuhu, Rara gue diancem Mami gue kalo kali ini nilai gue pada banyak merahnya entar duit jajan gue dipotong.”
Liora menggeleng-geleng. “Ya makanya belajar. Masih ada entar malem buat belajar ngebut.”
Sepertinya Devia tidak setuju dengan ucapannya karena setelah mendengar itu, dia segera menyahut, “Belajar pun gak bakal masuk ke otak gue, Ra. Percuma.”
“Tapi gerakan cheerleader lancar banget ya hapalnya.” Sindir Sherin di sebelah.
Devia menoleh. “Itu mah beda cerita, She. Belajar cheerleader lebih menyenangkan dibanding pengetahuan.”
“Udah, udah. Ribut mulu lo pada.” Liora segera menengahi. Dia melirik jam tangannya lalu berusaha melepaskan diri dari jeratan Devia. “Udah jam 4. Ayo pulang.”
Keluar dari kelas, Devia mencubit-cubit pipinya dengan lesu. “Kayaknya gue harus konsul ke dokter kecantikan habis ujian ini.”
Liora dan Sherin saling berpandangan lalu menghela dalam hati. Devia memang rada sableng.
“Ra,”
“What the—” Liora segera membekap mulutnya ketika hampir keceplosan. Jantungnya berdetak cepat karena seseorang tiba-tiba memegang tangannya tanpa pemberitahuan.
Dia menatap seseorang yang tak lain adalah Archeron dan segera menghela napas lega. “Ada apa Ar?”
Archeron menatap Liora dengan intens, membuat Liora sedikit merasa aneh. Tidak seperti biasanya laki-laki itu seperti ini. Melirik Devia dan Sherin, dia mengulas senyuman maaf. “Gue pulang sama Archeron. Besok-besok deh baru jalan-jalannya.”
“Yaudah. Bye, Ra.” Sherin menarik Devia yang masih terbenam dalam kesedihannya pergi dari sana.
Setelah melihat dua sosok sahabatnya menghilang, Liora kembali menghadap Archeron dengan bingung. “Ar, ada yang salah?”
“Belakangan ini lo ngerasa ada yang mengikuti lo?”
Pertanyaan tiba-tiba ini membuat hati Liora menegang. Dengan hati-hati dia menatap mata Archeron yang serius kemudian dia tertawa renyah. “Enggak, kok. Diikuti gimana maksud lo?”
Mata Archeron seketika rumit menatap senyuman Liora. Ketika gadis itu hendak berjalan, dia kembali menahannya. “Beneran?”
Liora menggenggam tangan Archeron dengan menyakinkan. “Apa sih, Ar? Gue setiap hari ngerasa biasa aja. Ayo cepet pulang.”
Setelah diyakinkan olehnya, Archeron akhirnya mau beranjak dari tempatnya membuat Liora diam-diam merasa lega.
Sebenarnya dia memang merasa janggal sejak tiga minggu lalu sewaktu di mall di mana seseorang menguntitnya. Sejak saat itu, Liora benar-benar merasa ada yang selalu mengawasinya tatkala dia pergi jalan-jalan baik sendiri atau bersama sahabat-sahabatnya. Anehnya, ketika bersama Archeron, orang tersebut menghilang.
Bukannya dia tidak ingin memberitahu Archeron, tetapi karena dia berpikir laki-laki itu sudah sibuk dengan banyak masalah sehingga dia tidak ingin menambah bebannya lagi.
Selama penguntit itu hanya diam mengamati, setidaknya Liora masih aman bukan?
Memilih melupakan masalah itu, Liora mengaitkan tangannya pada lengan Archeron dan tersenyum riang. “Liburan nanti lo mau ke mana, Ar?”
Archeron menaikkan satu alisnya. Dia sedikit tidak terbiasa digandeng, jadi dia langsung menangkap tangan Liora dan menempatkan kelima jarinya di antara ruas jemari Liora kemudian menggenggamnya erat.
“Gak ke mana-mana.”
Mata Liora melotot. “Di apartemen lo doang berarti?”
“Hm.”
Liora mengerucutkan bibirnya. “Ugh, gak asik banget hidup lo. Kalo gue, rencananya pengin ke Bali sama Kak Davin. Mau oleh-oleh gak?”
Menghadapi mata Liora yang berbinar-binar, Archeron terkekeh rendah. “Hm.”
“Oke.” Gadis itu menyengir. “Berarti Archeron keep satu. Apa aja kecuali ciwi bule.”
“Cewek bule?” Gumam Archeron seakan memikirkannya.
Liora langsung menatapnya. Melihat Archeron terdiam dan berpikir, ekspresinya berubah lalu menarik tangan Archeron yang digenggamnya untuk menyadarkan laki-laki itu.
“Gak boleh! Buat apa lo mikir?!” tukas Liora tajam.
Melihat mata Liora yang semakin lebar dengan pipi tembamnya, Archeron tersenyum geli. Dia menyentil kening gadis itu gemas. “Overthinking banget.”
“Habisnya lo gitu sih.” Liora mencuatkan bibirnya kesal sembari mengusap keningnya.
Dalam perjalanan menuju rumah Liora, gadia itu terus membocorkan rencana liburannya kepada Archeron. Bahkan saat menceritakannya, matanya berbinar-binar.
Dengan suasana hati bahagia Liora keluar dari mobil dan memasuki rumahnya. Ekspresi Archeron seketika berubah dingin begitu sosok Liora telah memasuki rumahnya.
Dia menunduk, menatap ponselnya yang menampilkan roomchat dari nomor yang tidak dikenali. Jika di scroll dari atas, ada beberapa gambar dan satu kalimat yang melengkapi. Namun fokus Archeron kembali pada chat yang baru masuk siang tadi.
Unknown
Send a pict
Dia sungguh menggemaskan.Archeron menggenggam teleponnya erat. Dia sudah menerima chat seperti ini beberapa kali, dan fotonya selalu sosok gadis yang tak lain adalah Liora. Namun setiap kali dia di sisi Liora, dia tidak bisa menemukan sosok yang mencurigakan.
Jika mereka berani melukai Liora... terlihat urat-urat di tangan Archeron yang meremas ponselnya. Dia bersumpah tidak akan melepaskan mereka.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHERON ✓
Teen Fiction[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] Shaquilla Lioraca Naraya mengalami amnesia retrograde yang menyebabkannya melupakan 2 tahun belakangan. Dia tidak mengerti mengapa sahabatnya Rezi membencinya, mengapa nilainya anjlok di bangku SMA, dan mengapa dia sebe...