27. Puncak

37.2K 6K 289
                                    

Hai hai! Ada yang kangen author note aku? Gak ada kan ya. Soalnya aku paling males nulis author note🤪

Ketika bus berhenti, mereka semua turun dengan enggan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika bus berhenti, mereka semua turun dengan enggan. Karena jalan yang tidak beraspal dan kecil, bus tidak bisa melaju lebih jauh dan harus membiarkan mereka semua berjalan kaki menuju villa yang telah direncanakan.

Nyatanya, bus kelas XII-IPS 1 yang datang terlebih dahulu. Mereka duduk di pinggir jalan dan berteduh di pohon sambil menunggu dua bus lainnya datang.

Liora meremas telapak tangannya gugup sambil melihat arah jalan kedatangan bus. Dia tidak menyangka bahwa Archeron juga ikut dalam liburan kali ini terlebih kelasnya adalah partner liburan mereka.

Tidak lama kemudian dua bus secara berurutan berhenti. Semuanya keluar dengan tas-tas mereka. Liora berjinjit mencari sosok Archeron. Melihatnya di belakang kerumunan kelasnya, senyum gadis itu mengembang dan segera mengangkat tangan melambai untuk memberitahu Archeron lokasinya.

“Kok lo gak ngasih tau kalo kelas lo ke puncak juga?” tanya Liora begitu Archeron mendekatinya. Mereka semua yang bertotal 52 orang mulai menuju lokasi villa.

Archeron menatap penampilan Liora. Gadis itu mengenakan knit hat berwarna peach, jaket tebal berwarna navy serta celana jeans. Mata cerahnya menatap Archeron semangat membuat laki-laki itu merasa sedikit puas.

“Lupa.” Archeron menoleh dengan kepala menunduk, menatap Liora yang tingginya hanya mencapai pundaknya. Dia mengeluarkan Airpods, memakainya satu dan memberikan satunya pada Liora.

Thanks.” Liora menerimanya dan memasang ke telinganya. Musik klasik mengalun indah di rungunya, membuat hati Liora menjadi lebih rileks.

“Lo suka jenis musik gini?”

“Lumayan.”

Liora merengut. Archeron memang raja pembunuh topik. Apapun topik yang dia angkat, saat laki-laki itu mengeluarkan satu kata maka terputuslah pembicaraan mereka.

Archeron mengernyit samar melihat Liora bersusah payah menggendong tas gunungnya di punggung. “Gue bantu bawa tas lo.”

Dengan cepat Liora menghindari tangan Archeron yang hendak mengambil tasnya. “Gak perlu. Gue bisa.”

Padahal napas gadis itu sudah terengah-engah dan wajahnya memerah dengan peluh tipis di pelipisnya, tapi dia bersikukuh ingin membawa barangnya sendiri.

Selama Liora mengalami kesulitan dalam perjalanan mendaki, Archeron dengan sigap mengulurkan tangan membantu gadis itu. Liora semakin bersyukur ada Archeron di sisinya.

Di belakang mereka, sepasang mata menatap tajam. Belakangan ini Rezi terus teringat perubahan Liora. Apa benar hanya karena amnesianya dia bisa berubah seperti ini?

Yang Rezi dengar Liora hanya mengalami amnesia retrograde. Jadi dalam pikiran gadis itu, dia masih menjadi sahabat terdekatnya seperti dahulu. Rezi sangat ingat bahwa dulu Liora sangat lengket padanya, tidak akan pergi ke mana pun tanpa dirinya. Selalu bergantung padanya seperti benalu.

Namun dia tidak mempermasalahkannya sampai dirinya dekat dengan Zia. Dia mulai merasa risih dengan sikap sahabat ceweknya itu. Apa lagi saat Liora terus mengganggu gadis yang dia sayangi. Dia sangat muak dan bahkan berharap Liora menghilang saja.

Tapi sekarang melihat kedekatan Liora dan Archeron, Rezi merasa tidak terima. Awalnya dia berpikir ini hanya salah satu taktik Liora, tapi dua bulan ini dia melihat bahwa keduanya semakin dekat. Bahkan saat ada dirinya pun Liora tidak memberi pandangan sedikit pun padanya.

Tangan Rezi mengepal. Ada kemarahan yang tidak bisa dijelaskan di dadanya. Dalam pikirannya terus meronta-ronta. Dia harus berbicara dengan Liora secara pribadi.

“Ah!”

Rezi menoleh kaget. Melihat Zia hampir tersandung jatuh, refleks dia menopangnya. Matanya melembut melihat gadisnya yang sangat kelelahan.

“Mau aku gendong?”

Mata Zia terbelalak dan segera menggeleng malu-malu. Dia memukul pelan dada Rezi. “Jangan gitu, diliat temen-temen.”

Rezi terhibur melihat tingkah menggemaskan sang pacar dan seketika melupakan masalah yang berkecimbuk dalam benaknya sebelumnya.

Sambil berjalan dengan tangan Rezi yang menopangnya, Zia menunduk. Sejak awal perjalanan mereka, mata Rezi terus menatap Liora yang bersama Archeron. Zia semakin merasa krisis melihat Archeron dengan Liora, tapi dia tidak bisa menerima Rezi juga mulai memerhatikan gadis itu.

Semua hal ini miliknya. Tidak ada yang bisa merebut meskipun Liora sekalipun.

Untuk mencapai villa, mereka harus melewati jembatan gantung dengan pemandangan asri. Setengah jam kemudian akhirnya mereka sampai di villa.

Semua orang berpencar mencari sofa dan sebagain lagi terkapar di lantai. Perjalanan ini sangat melelahkan untuk mereka terlebih yang jarang berolahraga.

“Kamar di lantai dua buat cewek, sedangkan cowok di lantai satu.” Sebagai penanggungjawab liburan ini, Rino mulai membagi tempat. “Terserah kalian mau berbagi kamar dengan berapa orang. Jelas?”

Semua mengiyakan. Mereka masih seperti tidak bernyawa.

Sherin yang daya tubuhnya kuat langsung menyeret Devia dan Liora menuju lantai dua agar bisa memilih kamar lebih dahulu. Kemudian beberapa gadis segera mengikuti.

Ketika hanya tersisa laki-laki, Rino mengedarkan padangan pada teman-temannya. “Selama liburan lo pada jangan aneh-aneh. Awas aja gue dapet laporan dari ciwi-ciwi tentang kelakuan kalian.”

“Aelah pak bos, jadi orang monoton banget.”

Have fun lah di sini. Kapan lagi.”

“Jangan ngadi-ngadi lo semua.” Vinero ikut bersuara membantu Rino.

Melihat tidak ada yang melawan lagi walau mereka terlihat enggan, Rino menoleh ke Archeron yang berdiri tenang sambil mengotak-atik ponselnya. Aura laki-laki itu seolah menolak semua orang mendekatinya.

Bahkan walau kejadian dia hampir dijotos Archeron sudah cukup lama, dia masih mengingat sensasi menyeramkan itu. Dia segera membuang pikiran buruk itu dan berdeham.

“Archeron, lo bisa milih kamar duluan.”

Archeron mendongak menatap Rino dua detik. “Oke.”

Melihat Archeron melangkah menuju kamar paling pojok, akhirnya semua bereaksi dan mulai mencari kamar masing-masing. Yang jelas tidak ada yang mau sekamar dengan Archeron.

TBC

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang