24. Ujian praktik

39.4K 6.4K 232
                                    

Priiitttttt—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Priiitttttt

“SEMUANYA BARIS SESUAI ABSEN!” Ketua kelas yang berdiri di depan memekik keras dengan tangan memegang peluit.

Semua siswi segera mengeluh kepanasan. Sebagian dari mereka memegang kipas untuk menyejukkan diri karena berjemur di bawah sinar mentari.

Hari ini mereka harus mengikuti ujian praktik PJOK. Ujian yang akan mereka lalui terkesan sederhana, yaitu mendrible bola basket dan memasukkannya ke ring.

“Masa percobaan masukin bola ke ring cuma tiga kali. Kalo gagal, lo tetep di lapangan sampe nomor absen terakhir dan ngulang lagi hingga masuk.”

Mendengar itu, semua siswi langsung misuh-misuh tidak terima.

“Yodah, cepetin dong. Panas nih!” celetuk salah satu siswi.

Liora berdiri di tengah baris bersama Sherin, sedangkan Devia berdiri di belakang mereka. Sama seperti lainnya, Devia juga sibuk merutuki.

“Ish, gimana dong gue lupa pake sunblock!” desis gadis itu sambil mengelap keringatnya dengan tisu.

Sherin yang rada tomboy dibanding mereka mencebikkan bibir. “Rempong banget lo pada. Item dikit gak masalah kali!”

“Pinter main fisik doang, tapi otak gak ada. Sinar matahari mengandung ultraviolet yang bisa menyebabkan kanker kulit, tau!” balas Devia galak.

“Lo—”

Prok prok

“DIAM!!!” Teriak ketua kelas sambil menepuk tangan untuk mengambil atensi saat melihat kelasnya berisik. Dia segera memutar lagu senam dan kembali bersuara dengan nada lantang. “WAKTUNYA PEMANASAN. IKUTIN GERAKAN GUE!”

“Ah elah Vin, pemanasan ya pemanasan. Kenapa jadi senam!”

“Iya nih. Ketua kelas gak kompeten.”

“Buat petisi Vinero turun dari jabatannya gak?”

“Turunkan Vinero dari jabatannya!”

“Gue ikut vote! Turunkan Vinero!”

“BERISIK NYET! CEPET IKUT GERAKAN GUA!” Vinero memunggungi mereka semua dan memulai senamnya. “SATU, DUA, TIGA, EMPAT, LIMA, ENAM, TUJUH, DELAPAN. ULANGI LAGI,”

Walau masih tidak menerimanya, dengan ogah-ogahan semua mengikuti. Beberapa lelaki yang malas mengikuti segera membubarkan diri dari barisan dan menuju pinggir lapangan untuk berteduh.

“EH, EH LO PADA BALIK KE BARISAN!” Vinero semakin stress mengurus kelasnya.

“Tunggu pak guru datang ajalah. Gak usah pemanasan.” seru salah satu laki-laki yang langsung disetujui semuanya.

Barisan yang tadinya setengah seketika berpencar semua. Vinero terpaku ditempatnya, semakin frustrasi mengatur kelas ini. Seandainya dia tidak mencalonkan diri menjadi ketua kelas, dia pasti tidak akan repot-repot mengurus mereka! Apalagi kelas XII-IPS 1 terkenal dengan anak-anak pemalas nan menyebalkan.

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang