29. Tersesat

37K 6.1K 412
                                    

“Pantes aja gue ngerasa gak bener waktu Zia mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Pantes aja gue ngerasa gak bener waktu Zia mendekat. Ternyata drama queen asli.” gumam Liora sambil memijat pinggir telapak tangannya untuk mengurangi rasa sakit.

Beberapa saat kemudian Liora berusaha bangkit. Dia membersihkan pakaian serta celananya. Saat melangkah, keningnya mengernyit menahan sakit. Ternyata kakinya juga keseleo saat tersandung.

Memaksa jalan, Liora mengikuti tanda arahan yang sudah disediakan sambil menahan sakit pada kaki dan telapak tangannya.

“Bego banget gue. Seharusnya langsung menghindar aja pas Zia mendekat.” Rutuk Liora sepanjang jalan.

Seolah memikirkan sesuatu, dia akhirnya mencoba membuat kesimpulan. “Apa jangan-jangan sebelum amnesia, gue udah tau sifatnya yang kayak dajjal jadi gue jahatin dia?”

Karena Liora merasa sangat aneh. Dia hanya menepis tangan Zia, tidak memakai tenaga ekstra. Tapi mengapa dia tiba-tiba jatuh?

Dan juga, Zia tidak berusaha menjelaskan bahwa dia jatuh sendiri! Dia malah menatapnya dengan mata menyedihkan itu. Jelas semua orang akan berspekulasi bahwa dialah yang mendorongnya jatuh. Apa lagi tidak ada yang melihatnya.

Liora mendengkus. Ketika sampai di jalan yang terbagi menjadi sisi kiri, lurus dan kanan, keningnya mengerut samar. Begitu menoleh, arah petunjuk jalan menunjuk jalan kanan. Mengedikkan pundak, dia langsung berjalan tertatih-tatih menuju jalan tersebut.

Tak berselang lama kemudian, seseorang datang dan mengubah arah petunjuk tersebut.

Sepanjang jalan Liora tidak lagi melihat arah petunjuk jalan. Dia menoleh kiri dan kanan dengan bingung. Jalan ini seperti tidak pernah dilewati sebelumnya.

Mendongak, Liora melihat matahari yang sebelumnya berada di atas kepala kini sudah turun ke arah barat. Gadis itu melirik jam tangannya. Pukul 16.42. Jika dia tidak segera kembali, dia akan terjebak di hutan menyeramkan ini malam-malam.

Liora kembali menyeret kakinya yang sakit untuk berjalan. Namun semakin berjalan, dia merasa bahwa jalan yang dia tempuh tidaklah benar.

Jantungnya berdegup. Jangan bilang dia tersesat?!

Tapi bagaimana mungkin! Dia telah mengikuti arahan dengan benar.

Liora berjongkok, mengusap pergelangan kakinya yang semakin sakit. Dengan keheningan sekitar, telinganya lebih peka terhadap suara. Mendengar gerisik dedaunan kering dengan langkah kaki samar, bulu kuduknya berdiri.

Berusaha berdiri kembali, Liora hampir terjatuh saat merasa kakinya kesemutan. Namun sepasang tangan tiba-tiba terulur dan memeluknya.

“AHHH! J-JANGAN MAKAN GUE! DAGING GUE GAK ENAK TAU! HUHUHU...” Pekik Liora segera dengan suara bergetar. Kesedihan tiba-tiba tumbuh dalam hatinya sehingga air matanya keluar.

Kekehan pelan terdengar di belakangnya. Liora seketika berhenti terisak saat merasa suara berat itu tidaklah asing. Dengan air mata dangkal di ujung matanya, dia menoleh.

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang