52. Apology

35.3K 5.3K 628
                                    

Sudah satu minggu Liora tidak mengunjungi Archeron

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah satu minggu Liora tidak mengunjungi Archeron. Bukannya tidak mau, tetapi dia terlalu marah pada laki-laki yang tidak memegang janjinya. Meski tidak bertemu secara langsung, tetap saja seringkali Liora tanpa sadar datang ke rumah sakit, meski tidak sampai di bangsal milik Archeron.

Besok sekolah akan berlangsung. Tidak terasa beberapa bulan lagi dia akan lulus dari sekolah tersebut. Membaringkan kepala di meja, Liora tenggelam dalam pikirannya sendiri sebelum tersentak merasakan getaran di ponselnya.

Saat ini dia sedang berada di apartemen Archeron. Entah kenapa dia suka berada di sini belakangan ini. Lagi pula, Archeron masih di rumah sakit. Kemungkinan besar dia baru bisa meninggalkan rumah sakit sebulan lagi. Daripada membiarkan apartemen ini kosong, lebih baik Liora menghabiskan waktu di sini. Serasa milik sendiri.

Rara, gue bawa oleh-oleh buat lo buanyakk!!!” Suara Devia dari ponsel Liora terdengar jelas.

Liora terkekeh. “Tas yang gue titip ada, kan?”

Mana mungkin gue lupa! Oh ya, Sherin ngeselin habis njir. Tahu gak, pagi tadi dia pamer mesra-mesraan sama bule! Sombong amat.” Devia berkata dengan menggebu-gebu.

“Sherin mah biasa. Terus lo dapet jodoh gak di sana?” tanya Liora dengan senyum main-main di bibirnya.

Ra, gue masih 18 tahun, cuy! Buat apa mikirin cowok di usia segini?

Kata-kata Devia membuat Liora terbahak. Saking asyiknya berbicara dengan sahabatnya, Liora tidak menyadari bahwa seseorang sedang membuka pintu dan masuk ke dalam apartemen itu.

Liora meraih gelas di samping, ingin meminum air namun menyimpannya kembali begitu sadar bahwa gelas tersebut kosong. Mengabaikannya, gadis itu terus berbicara riang kepada Devia sampai sebuah gelas berisi air diletakkan di hadapannya.

“Ini.”

Thanks!” Liora meneguk air hingga setengah sebelum menyahuti Devia. “Tapi gak mungkin banget dia—” Kata-katanya terhenti begitu kembali melihat gelas berisi air tersebut. Tubuhnya menegang, perlahan mengedarkan pandangan, matanya jatuh pada sosok yang duduk di sofa ujung, menatapnya sambil tersenyum samar.

Sosok itu bersedekap dengan punggung menyandar pada punggung sofa sambil berpangku kaki. Tatapannya lembut dengan sudut bibir sedikit terangkat. Rambut hitamnya sedikit berantakan, jatuh menutupi keningnya namun entah kenapa memberi efek yang menyenangkan untuk dilihat. Kaos hitam melekat sempurna menutupi tubuhnya yang bidang. Meski wajahnya sedikit pucat, itu tidak bisa menutupi ketampanannya.

“A-archeron?”

Tenggorokan Liora tercekat. Matanya melebar dengan detak jantung yang berpacu cepat. Untuk memulihkan keterkejutannya, dia diam-diam mencubit pahanya. Merasa lebih sadar, gadis itu bangkit, membawa dua gelas menuju dapur, mencucinya hingga bersih sebelum menggapai tas selempangnya di atas sofa dan bergegas keluar. Wajahnya memerah samar. Itu bukan Archeron yang asli, kan?

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang