Setelah beristirahat sejenak, Liora berjalan mendekati jendela dan menatap hamparan pepohonan yang nampak tidak ada akhir. Saat ini jam menujukkan pukul 16.15 dan mereka telah menghabiskan waktu setengah hari menuju tempat ini.
Begitu gadis itu menatap beberapa orang di bawah, dia mengernyit. “Cowok-cowok ngapain?”
“Siapa?” Sherin mendekat dan berdiri di samping Liora, mengikuti arah pandang sahabatnya. “Oh, mereka mau meriksa hutan. Katanya besok kita bakal main game gitu.”
“Game apa?”
Sherin mengedikkan pundak. “Sejenis eksplor hutan gitu. Nanti ada pembagian kelompoknya.”
Devia keluar dari kamar mandi sambil memakai masker wajah. “Kenapa?”
“Astaga, pake masker segala. Masih sore Dev.”
“Kulit gue kering banget. Gue kan bukan lo yang gak ngerawat diri.”
“Sokkk!”
Liora mengambil keripik singkong dari tasnya dan mulai mengunyah. “Kita di sini empat hari tiga malem?”
“Hooh. Agendanya sih hari ini istirahat dulu, besok kita main game eksplor hutan seharian, hari ketiga kita pesta BBQ bareng, terus Minggu kita pulang deh.” Devia menjelaskan sambil menepuk-nepuk pelan masker di wajahnya.
Liora memikirkan sesuatu sejenak dan menggeleng pelan. Yah, dia berharap besok berjalan lancar.
***
Ketika jam menujukkan pukul 10.00 pagi, mereka semua keluar dan berdiri di halaman belakang villa. Sepertinya liburan ini sudah diperhitungkan dengan baik sebab semua hal yang menyangkut kegiatan hari ini sudah dipersiapkan.
Masing-masing dari mereka harus mengambil kartu yang berisi nomor. Orang-orang yang memiliki nomor yang sama harus satu kelompok dan tidak boleh ada perubahan yang disengaja.
Hal ini juga yang menjadi kesialan bagi Liora karena dia...
“Ah? Liora satu kelompok sama kita?” Kata gadis di hadapannya dengan lembut. Sedangkan di sebelahnya, seorang laki-laki menatapnya lekat dan gadis lain menatapnya tidak suka.
Yah, itu orang yang dari awal selalu Liora hindari. Zia dan Rezi. Ditambah teman sekelasnya Zia, lengkap sudah kesengsaraannya.
“Nasib buruk macam apa ini?”
Rezi mengerutkan kening mendengar gumaman Liora. Tapi Zia sebaliknya, senyumnya tetap manis.
“Aku senang bisa sekelompok sama Liora. Kita kayaknya ditakdirkan jadi temen baik.”
Liora mendengkus. “Gak, makasih.”
“Lo apaan sih? Zia udah ngomong baik-baik.”
Mulai lagi. Selalu Liora yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHERON ✓
Teen Fiction[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] Shaquilla Lioraca Naraya mengalami amnesia retrograde yang menyebabkannya melupakan 2 tahun belakangan. Dia tidak mengerti mengapa sahabatnya Rezi membencinya, mengapa nilainya anjlok di bangku SMA, dan mengapa dia sebe...