37. Save

37.9K 6K 135
                                    

Archeron masuk sekolah dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Archeron masuk sekolah dengan tenang. Orang-orang yang sekelas dengannya diam-diam melirik, namun tidak berani mendekat dan bertanya mengapa dia tidak hadir kemarin. Seperti biasa, aura keterasingan dari Archeron membuat mereka enggan mendekat.

Dengan begitu, Archeron mengikuti pelajaran hingga bel istirahat berbunyi. Tatkala guru yang mengajar keluar, dia bangkit dan berjalan menuju kelas Liora untuk mengajaknya pergi ke kantin.

Sesampainya di sana, kebetulan Liora juga keluar bersama sahabat-sahabatnya. Mata gadis itu langsung tertuju padanya sejenak. Sepertinya otaknya masih mencerna apa yang dia lihat. Kemudian Archeron melihat matanya melebar dan bibirnya terbuka, tercengang.

Segera Liora mendekat, dia melihat Archeron dari bawah sampai atas dengan kening mengernyit.

“Archeron?” tanyanya tidak percaya.

“Ke kantin sama gue.”

Sepertinya Liora tidak menghiraukan ajakannya. Dia menatap Archeron dengan tidak suka.

“Kenapa ke sekolah?”

“Gue udah sembuh.” Archeron berkata dengan jujur.

“Masa?” Liora memicingkan mata, curiga.

Gadis itu mendekat lagi selangkah hingga berada di depan Archeron beberapa senti, mendongak menatapnya karena perbedaan tinggi mereka yang jauh.

Archeron seakan tahu apa yang ingin dilakukan Liora. Jadi begitu gadis itu mengangkat tangannya, dia sedikit membungkuk dan menurunkan kepala hingga Liora dengan mudah menyentuh keningnya.

Alis Liora terangkat, cukup terkejut karena tindakan Archeron. Namun dia hampir tidak bisa menahan senyuman begitu merasa bahwa Archeron peka dengan kondisinya.

Merasa panas Archeron sudah turun normal, Liora mendesah lega. Dia menatap Archeron sedikit rumit.

“Uhuk,” Ada seseorang yang batuk dari belakang membuat Liora tersentak.

Begitu Liora berbalik, dia langsung menyengir menatap kedua sahabatnya. Saat melihat Archeron, dia lupa bahwa dia sedang bersama kedua sahabatnya.

Sorry, sorry.” Liora meringis menyesal.

Dia tidak ingin sahabatnya merasa dia melupakan mereka ketika dekat dengan seorang laki-laki. Tapi begitu melihat Archeron, dia sangat khawatir sehingga tidak lagi menyadari presensi Devia dan Sherin.

Devia mengulum bibirnya rapat lalu tertawa kecil. “Yaudin. Lo sama Archeron aja. Gue ke kantin bareng gebetan gue.”

Sherin segera menoleh kepadanya dengan shock. “Terus gue sama siapa?”

Dengan gemas dia menoyor kepala Sherin. “Sama hantu! Makanya nyari pacar, jangan suka gebukin cowok aja kerjaannya elo.”

“Yeee, lo gak tau sih mereka rese minta ditebas!” sahut Sherin tidak terima. Melirik Liora, dia tersenyum menggoda. “Rara sama Archeron udah pacaran ya?”

Wajah Liora memerah. Dia memunggungi Archeron lalu memelototi Sherin ganas, memperingatinya lewat tatapan.

Tapi mana mungkin Sherin takut dengannya. Dia malah semakin gencar berkata, “Kalo gitu gue sama Devia gak bakal ganggu kalian mengembangkan perasaan cinta satu sama lain. Silakan pergi lebih dahulu. Gue mau ngurus ni rubah.”

Dalam persahabatan mereka, tidak masalah ada yang menjalin hubungan dan mementingkan pacarnya. Terlebih Sherin dan Devia. Mereka tidak ingin Liora berubah seperti sebelumnya karena Rezi. Dalam lubuk hati mereka, kebencian terhadap Rezi sangat besar.

Liora tahu pemikiran keduanya. Dia cemberut dan sekali lagi memelototi mereka sebelum menarik Archeron pergi.

Archeron melirik Liora, sudut bibirnya sedikit terangkat. “Mereka baik sama lo.”

Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan.

Memikirkan sahabat-sahabatnya, wajah Liora yang murung sedikit melembut. Dia langsung mengangguk. “Mereka sahabat terbaik gue.”

Archeron mengangkat tangannya dan mengacak lembut rambut Liora tanpa merusak rambutnya yang tertata rapi.

Namun langkah mereka sedikit melambat melihat sosok yang berdiri di hadapan mereka.

“Ngapain lo di sini?” Liora berujar sinis. Pandangannya terhadap Zia benar-benar hancur saat mengetahui perbuatannya.

Zia tidak menatapnya. Dia hanya lurus memerhatikan Archeron dengan mata merah dan berair karena air mata.

“Ar... maaf....”

Archeron tidak menghiraukannya. Dia menarik tangan Liora dan berjalan melewati Zia.

Mata Zia melebar. Begitu dia hendak menggapai Archeron, dengan cepat Liora mencekal tangannya dengan sedikit kekuatan.

“Ah,” Desis Zia kesakitan.

Liora menghempaskan tangan Zia dengan kasar. Untung saja dia dengan cepat memblokir Zia, jika tidak dia akan melihat Archeron menderita lagi.

“Jangan sentuh dia sembarangan.”

Zia mengelus pergelangan tangannya. “T-tapi aku cuma mau minta maaf...”

“Archeron gak perlu permintaan maaf dari lo. Lo gak ganggu dia aja lebih dari cukup.” Cibir Liora kesal. Lalu dengan ragu melirik Archeron. Melihat bibir laki-laki itu sedikit melengkung, dia bernapas lega. Sepertinya Archeron tidak mempermasalahkan kata-katanya.

Tanpa berniat tinggal lebih lama di sana, Liora mengajak Archeron pergi. Zia menatap punggung mereka yang semakin jauh dengan mata penuh kecemburuan.

“Lo mesti menjauh dari dia.” Nasihat Liora.

“Kenapa?” tanya Archeron main-main. Sebenarnya tanpa Liora berkata pun dia pasti melakukannya. Tapi bukan dia yang harus menjauh, melainkan Zia.

Liora mengedikkan pundak. “Keliatannya dia terlalu ambisi.”

“Hm.” Archeron menyetujui pemikiran Liora. “Entar pulang sama gue?”

Liora tertawa hingga matanya melengkung. “Oke.”

Ketika pulang sekolah, karena hari ini piketnya membersihkan kelas, Liora mengirim chat kepada Archeron untuk menunggunya di mobil langsung.

Tugas Liora hanya membuang sampah. Jadi dengan tas di punggung, dia membuang sampah di belakang sekolah dan berjalan melalui samping gedung sekolah yang tembus ke depan.

Melihat Archeron menunggunya di depan pintu gedung sekolah, senyum Liora merekah.

“Archeron!” pekik Liora untuk memberitahu posisinya yang berjarak beberapa meter darinya.

Laki-laki itu menoleh. Begitu Liora hendak berbicara lagi, matanya melebar. Dengan langkah tergesah-gesah Liora lari dan mendorong tubuh Archeron hingga keduanya termundur beberapa langkah dan jatuh.

Lima detik kemudian terdengar pecahan.

Prang!

TBC

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang