25. Liburan bersama

38.6K 6.4K 505
                                    

Mata Liora sangat fokus menatap lembar jawabannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Liora sangat fokus menatap lembar jawabannya. Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir ujian. Setelah dia mengisi semuanya, dia segera maju untuk mengumpulkan. Tak lama setelahnya bel istirahat berbunyi dan guru pengawas segera keluar dengan kertas jawaban.

“Anjer! Harus banget matematika jadi ujian terakhir?!”

“Wehhh, jawaban nomer 15 apa?”

“A gak sih?”

“Lah iya? Gue E woiii!”

Kelas langsung ricuh. Mereka semua sibuk bertukar jawaban walau ujian sudah lewat. Sherin langsung membenturkan jidatnya ke atas meja dan bergumam, “Mati gue, remedial.”

Devia segera mengeluarkan cermin dan memerhatikan riasan wajahnya. “Dua minggu penuh ujian, muka gue jadi berkerut!”

“Tapi menurut gue ujian tadi gam—” Kata-kata Liora terhenti begitu kedua sahabatnya menatapnya tajam seolah ingin menelannya.

Segera Liora membuat gerakan mengancing mulutnya dan mengangguk penuh penyesalan.

Di pintu, Vinero melangkah masuk setelah keluar sepuluh menit dan berjalan penuh aura percaya diri. Dia berdiri di depan kelas. “Harap tenang, teman-teman.”

Tidak ada yang mendengarkan. Semua masih sibuk dengan urusan mereka.

Vinero mengernyit kesal. “GUE BILANG DIEM, SAT!”

Kelas langsung hening setelah dia berteriak kasar. Laki-laki itu mengedarkan pandangan, melihat semuanya diam seperti yang dia harapkan, dia mengangguk puas. “Gitu dong, jangan dikasarin baru nurut.”

Tidak ada yang menyahut. Vinero memperbaiki dasinya dengan elegan. “Hari ini hari apa kawan-kawan?”

Di suasana yang masih hening, tiba-tiba ada yang berceletuk, “Bacot.”

Mata Vinero menajam. “Siapa itu?!”

Tidak ada yang menyahut, akhirnya laki-laki itu memperbaiki letak kacamatanya dengan kesal dan berbicara datar. “Besok hari kamis dan ditetapkan libur. Sebenarnya gua dan semua ketua kelas di angkatan kita punya niat liburan bersama. Tapi karena kebanyakan siswa, kita mau gak mau harus bagi kelompok dan tempat liburan. Baru aja gua narik lotre. Tebak kita dapet tempat di mana?”

“Jogja!”

“Bali dong,”

“Gue mau di Lombok!”

“Gak perlu jauh-jauh. Korea Selatan cukup.” celetuk Devia dengan suara menggelegar.

“WUUUUU!” Sekelas dengan serempak meneriaki Devia membuat gadis itu berdecak tidak terima.

Vinero mengangkat tangannya. “Tenang dulu. Kita cuma punya waktu liburan empat hari terhitung besok. Senin balik masuk sekolah. Jadi kita cuma bisa nyari tempat yang deket doang.”

Tidak ingin kelasnya kecewa, dengan segera Vinero menambahkan. “Kita bakal ke puncak! Keren kan?”

“Gimana?” Semua saling berbisik dan berdiskusi.

Mata Liora berbinar. Dia segera bertepuk tangan. “Setuju!”

Semua orang menatapnya. Sherin dan Devia saling bertatapan lalu ikut bertepuk tangan.

“Lumayan. Udara pegunungan sejuk. Bagus buat kulit.” kata Devia.

Sherin segera menindaklanjuti. “Gue suka mengeksplor hutan. Menantang!”

Akhirnya satu persatu orang didalam kelas mengangguk ikut setuju.

“Bisa nyegerin otak juga sih.”

“Kira-kira kita mesti bawa obat nyamuk gak?”

Semua orang mulai berdiskusi tentang perjalanan mereka kali ini.

Vinero segera bernapas lega mendengarnya. “Jangan lupa sepulang sekolah minta izin ke orang tua dan kumpul biaya perjalanan.”

Liora tersenyum bahagia, segera mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu di sana.

Di kelas lain yang jauh lebih tenang dari kelas XII-IPS 1, Archeron duduk di kursinya sambil mendengarkan lagu. Begitu ponselnya bergetar, dia meliriknya dengan acuh tak acuh.

Liora : Archeron!!! Kelas gue bakal liburan bareng ke puncak loh!

Archeron menatap chat tersebut lamat.

“Archeron, besok lo ikut?” tanya Rino dengan skeptis. Archeron tidak pernah mengikuti hal semacam ini. Dia bertanya hanya untuk basa basi.

“Oke.” balas Archeron lalu jarinya menari di atas keyboard ponselnya, mengabaikan ketua kelasnya yang cengo.

Archeron : Hm. Hari ini lo pulang sama gue.

Archeron bangkit dan melangkah keluar dari kelas. Ketika hendak melewati pintu, langkahnya dihadang seseorang.

“Bisa ngomong bentar?”

Archeron menaikkan satu alisnya. Dia memasukkan tangannya ke saku dan menjawab acuh tak acuh. “Apa?”

“Kenapa tiba-tiba lo deket sama Rara?”

“Urusan lo?”

Rezi mengernyit. “Lo kerja sama dengan dia? Gue gak tau apa yang dia janjikan ke lo sampe lo setuju buat ngikutin rencana dia. Tapi satu yang perlu lo inget, Rara gak bakal tulus ke lo karena di hatinya selalu ada gue.”

“Emang gue keliatan peduli?” Respons Archeron seadanya dan melewati Rezi.

Memangnya dia peduli dengan sirkuit otak Rezi yang bermasalah? Jawabannya tidak.

***

Liora menatap punggung Archeron dengan senang. Selama ujian dia tidak begitu dekat dengan laki-laki ini. Begitu Archeron mengajaknya pulang tadi, dia segera menyetujui.

“Ar,” Liora memajukan kepalanya hingga hampir menyentuh pundak Archeron yang tengah mengendarai motor. “Berenti bentar di supermarket, ya. Gua mau beli kebutuhan buat besok!”

Archeron mengiyakan. Begitu sampai di supermarket terdekat, Liora segera berlari dengan semangat. Archeron mengekori gadis itu ke sana kemari, kadang menjawab pertanyaan yang dilayangkan Liora seputar produk.

“Btw kelas lo liburan di mana?” tanya Liora sambil memasukkan berbagai snack yang disukainya ke troli.

“Gue gak denger di mana.”

“Ish, gue berharap kita sama-sama ke puncak. Dari dulu gue pengen banget ke puncak, tapi keluarga gue sibuk terus.” Liora memasukkan yakult, cimory dan susu stroberi ke troli. “Jadi kali ini gue excited banget. Katanya bakalan seru banget. Jadi gak sabar.”

Archeron menoleh ke samping, melihat wajah semringah gadis itu, sudut bibirnya terangkat. Karena kebahagiaan Liora, dia jadi merasa tidak sabar untuk besok juga.

TBC

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang