22. Ajakan

41.1K 6.2K 175
                                    

“Rara, hari ini akhir pekan loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Rara, hari ini akhir pekan loh. Kamu mau ke mana?”

Liora mendongak. Kedua pipinya mengembung karena penuh dengan makanan. Dia mengunyah sesaat dan menelannya sebelum menjawab, “Di rumah aja mungkin. Bentar lagi UTS.”

“Kamu gak usah banyak belajar, Ra. Nanti mimisan lagi.” Nasihat Venia membuat Liora cengengesan.

Memang sudah beberapa kali dalam sebulan ini dia mimisan karena belajar terlalu giat. Sampai-sampai Venia memarahinya dan mengancam jika sekali lagi dia mimisan, dia akan dibawa ke dokter untuk diperiksa secara menyeluruh.

Jelas Liora tidak mau. Dia benci aroma disinfektan dan obat-obatan di rumah sakit. Ditambah suasana yang cukup creepy pada malam hari, Liora bertekad untuk tidak akan kembali ke sana.

“Kemarin Rara pulang malem. Ke mana aja?” tanya Davin yang tidak sempat mengintrogasi adiknya tadi malam.

Venia meletakkan beberapa roti di piring Davin. Sebelum Liora menjawab, wanita itu mendahuluinya. “Belajar bareng Archeron. Tau, kan?”

Davin mengernyit. “Archeron Dirgantara?”

“Iya, yang ganteng itu loh cucunya Pak Michio.” Sahut Venia senang.

“Kok Mama bahagia banget sih bicarain tentang Archeron?” timpal Liora segera.

“Seneng dong. Anaknya ganteng, pinter, sopan. Kurang apa? Beda sama anak laki-laki jaman sekarang yang nakalnya minta ampun.”

Liora mencebikkan bibir dan mulai mengadu pada Danu. “Pa, liat Mama tuh. Demen brondong.”

Danu yang sedaritadi membaca tabletnya berhenti dan menyeruput kopi. Dia melirik Liora dan tersenyum. “Papa juga suka Archeron.”

Liora segera bergidik dan melayangkan pandangan ke kakaknya. Mendapati sorot mata aneh Liora, dengan segera Davin berkata membela diri, “Kakak enggak ya, Ra.”

“Anak itu sangat menyedihkan.” Danu berkomentar sambil menggelengkan kepala.

Alis Liora terangkat, cukup penasaran. “Kenapa, Pa?”

“Papa denger-denger sewaktu keluarga Dirgantara liburan, mereka mengalami kecelakaan. Saat ditemukan, orang tuanya tewas mengenaskan sedangkan Archeron menghilang.”

Nafsu makan Liora hilang mendengar cerita Danu tentang Archeron. Dia meletakkan roti yang dia pegang dan mulai fokus menyimak. “Terus, Pa?”

“Pak Michio berusaha mencari cucunya itu tapi tidak ada jejak. Setahun lebih kemudian baru ditemukan di panti asuhan kecil yang berada di provinsi lain.”

“Yang Mama tau juga gitu. Udah jadi rahasia umum tragedi keluarga Dirgantara.” sahut Venia sedih.

Davin yang sedaritadi diam berpendapat, “Tapi ada yang aneh. Gimana bisa Archeron berada di panti asuhan provinsi lain?”

“Nah, Rara juga penasaran sama bagian itu.” Liora mengangguk setuju.

Danu menggeleng. “Udah, udah. Itu gak ada hubungan sama keluarga kita. Jangan ngungkit hal itu. Rara mengerti kan?”

Mungkin karena tahu dirinya dekat dengan Archeron, Danu tidak mau anaknya berbicara aneh-aneh kepadanya. Jadi dengan patuh Liora mengangguk. “Oke, Pa.”

Venia mengelus kepala Liora lembut. “Kalo kamu mau, berteman sama Archeron. Waktu Mama ketemu dia, anak itu baik banget.”

Tanpa Venia minta pun Liora akan berteman— tidak, dia akan menjadikan dewa tampan miliknya. Melihat pandangan keluarganya tentang Archeron, gadis itu diam-diam tersenyum puas. Sepertinya jika dia menjalin hubungan dengan Archeron di masa depan, keluarganya akan dengan mudah memberikan restu bukan?

Hm, Liora jadi tidak sabar menghadapi masa depan. Masa-masa di mana Archeron jadi pacarnya. Betapa hebatnya itu.

***

Di rumah Dirgantara, Archeron berdiri di samping kasur Kakek Michio yang terbaring lemah. Setelah dokter memeriksanya tadi, dokter mengatakan bahwa Kakek Michio hanya mengalami kelelahan karena diusianya yang sudah tua, dia masih memaksakan diri untuk bekerja.

Archeron tahu betul pikiran kakeknya. Dia menunggu dirinya tumbuh dewasa sebelum menyerahkan semua tanggung jawab bisnis keluarga ke tangannya. Kakek Michio hanya tidak ingin cucu tersayangnya terbebani di usia muda dan ingin Archeron menikmati masa mudanya seperti kebanyakan remaja.

Tapi sayangnya Archeron tidak bisa melakukan apa yang diinginkan kakeknya. Sifatnya yang suka menyendiri, gangguan obsesif-kompulsif serta hanya memiliki dunianya sendiri membuatnya tidak bisa menikmati masa remaja yang normal.

Archeron melangkah ke sofa terdekat, duduk di sana dan mengambil map yang berisi hasil investigasi pelaku yang merusak rem mobil seminggu lalu.

Pria itu berusia 35 tahun, dulu bekerja di sebuah bengkel dan tidak memiliki keluarga. Kebetulan dia juga sang pengirim paket kucing mati itu. Sayangnya saat ditemukan malam tadi, dia telah meninggal di sebuah sawah. Padahal tinggal selangkah lagi mereka menangkapnya.

Tidak ada catatan lain mengenai pria ini, seperti siapa yang ditemuinya terakhir kali, rekan terdekatnya, dan transaksi rekening banknya. Semuanya bersih.

Laki-laki itu menatap foto yang terlampir dengan tatapan dingin. Jelas seseorang yang memanipulasi pria ini begitu hati-hati dan pintar.

“Ar... cheron...”

Kesadaran Archeron kembali. Dia menoleh, mendapati kakeknya bangun dan segera mendekat. Dia mengernyit sedikit begitu membantu Kakek Michio bangun untuk bersandar di punggung kasur. Mengambil gelas berisi air hangat di nakas samping kasur, Archeron membantu Kakek Michio meminumnya.

“Kakek nggak apa-apa?” tanya Archeron begitu napas Kakek Michio lebih teratur.

“Ya.” Jawab Kakek Michio dengan suara tercekat. Dia berusaha mendongak, menatap cucu satu-satunya dengan senyuman tipis. “Kenapa kau masih di sini? Pergilah bersenang-senang.”

“Kakek—”

Kakek Michio menggapai tangan Archeron dan menepuknya pelan. “Tidak apa-apa, ada pengasuh yang menjaga Kakek. Ini akhir pekan, pergi ajak Rara jalan-jalan.”

Archeron terdiam sesaat sebelum mengangguk dan menarik tangannya untuk pergi. Kakek Michio yang melihat dia pergi lalu mengambil telepon dan segera menghubungi Venia di sisi lain.

Begitu keluar dari kamar kakeknya, Archeron tidak segera pergi. Dia terlebih dulu menuju kamar mandi dan mencuci tangannya berulang kali. Setelah itu dia mengeluarkan ponsel.

Archeron : Kakek nyuruh gue ngajak lo jalan. Entar sore gue jemput.

TBC

ARCHERON ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang