13. Terkabulnya Keinginan Aksa

2.4K 123 0
                                    

Aku sangat-sangat senang dan dalam mood ceria saat nulis part ini. Semoga perasaan ini sampai di kalian juga yaa!!

****

[Aksa Ray Alterio]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Aksa Ray Alterio]

****

13. Terkabulnya Keinginan Aksa

Sekarang Adara dan Kirey berada di rumah Natalia. Sedikit mempoles make-up karena Natalia lah yang paling bisa dalam hal ini.

"Kii, lo sahabatan sama Aksa udah berapa lama deh?" tanya Natalia. Ia sedang berdiri di depan Kirey yang duduk.

Sekarang waktu masih menunjukkan jam 18:25. Masih ada sekitar tiga puluh menitan bagi mereka untuk mempercantik diri.

"Dari awal SD mungkin? Lupa juga gue udah lama pokoknya." jawab Kirey atas pertanyaan Natalia.

"Berarti kamu udah biasa liat dia ya?"

Kirey mengangguk pelan. Tidak mau mempersulit Natalia yang sedang menambah entah apa di wajahnya. "Biasa banget lah, Dar. Tingkah dia juga udah gue hadepin semua." kekeh cewek itu.

"Euis gak ikut ya?" tanya Adara. Dia sempat dengar —sering bahkan— kalau Aksa suka sama yang namanya Euis. Nggak tahu itu nama aslinya atau bukan atau cuma nama panggilan.

"Gak bisa. Kemarin si Ion udah nanya katanya gak dikasih sama bokapnya." jelas Kirey. Dia juga heran kenapa Euis sangat susah diajak keluar jalan atau sekedar makan.

"Namanya Euis ya? Euis apa?"

Yang bilang Adara kepo, memang dia kepo, banget. Tapi kalau menurutnya hal itu tidak perlu dipertanyakan atau bahkan tidak bermanfaat untuk dirinya, Adara nggak bakal kepo. Kalau ini dia harus tahu bukan? Teman dari teman-temannya yang mungkin bakal jadi temannya juga satu saat. Iya kan?

"Eylanna Margareth. Keren kan? Nama gue insekyur dengernya." ujar Natalia. "Tapi nama gue juga estetik sih." lanjutnya sambil terkekeh. Adara manggut-manggut saja.

"Kalau lo, Dar? Sejak kapan deket sama pak bos?" tanya Kirey penasaran.

"Dirga? Gak deket kok." jawab Adara membuat Natalia dan Kirey saling berpandangan.

"Gak deket apanya hampir tiap hari pulang bareng, di kantin juga pasti disamperin. Udah kaya orang pacaran Ki. Asli deh!" jelas Natalia pada Kirey membuat pipi Adara sedikit merona.

"Lo tertarik gak sih?" tanya Kirey lagi.

Adara menggeleng. "Enggak."

"Labil banget tai," cibir Natalia membuat Kirey tertawa. Masalahnya ekspresi Adara sangat mudah ditebak.

"Sini Ra giliran lo." ucap Natalia.

DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang