25. Emosi

1.9K 102 7
                                    

Selamat membaca, jangan lupa vote & commentnya yaaa❤️❤️

****

25. EMOSI

Setelah kejadian itu Adara dan Dirga dilanda rasa canggung berpuluh-puluh menit lamanya. Jangan lupakan mulut seorang Arion Callisto yang kalian tahu tidak bisa berhenti itu membuat Adara tambah ingin menghilang saja dari bumi.

"Aku ke toilet dulu," izin Adara sambil beranjak pergi. Dirga mengangguk, memperhatikan cewek itu.

"Gila lo, Dir. Sumpah ya, kalo gue jadi Adara, udah pulang gue," ujar Randi.

"Gue diemin ampe tahun depan," tambah Arion memanas-manasi keadaan.

"Ck," decak Dirga malas. Bodo amat dengan yang lain. Sekarang ini dia harus meredam degupannya dulu.

Natalia dan Kirey masih dengan posisi awal, tertawa-tawa tidak jelas sambil memukul satu sama lain. "Sumpah, Nat, sumpah gue yang baper," ujar Kirey gregetan membuat Aksa meliriknya sekilas.

"APALAGI GUE! Diem lah Ki mau mati aja," ujar Natalia.

"Ini ciwi-ciwi kenapa begini? Teu ngartos," ujar Randi.

Aksa menempeleng kepalanya. "Sok sunda lu!"

"Namanya juga belajar, Sa," ucap Randi sambil mengusap kepalanya.

Dirga hanya bisa menghembuskan nafas berat berkali-kali. Tidak habis pikir dengan apa yang dilakukannya tadi. Dia juga bingung kenapa bisa lepas kendali seperti itu.

"Mana ngucap buat gila buat gila. Gue pengen ketawa aja rasanya," ujar Arion terkekeh.

"Diem lo!" tegas Dirga. Dia menyandarkan badannya lalu menutup mata namun sepersekian detik kemudian kembali terbuka karena panggilan dari seseorang.

"Kak Dirga!"

Alena mendekatinya. Dirga masih bingung kenapa cewek itu ada disini. Dirga mengangkat alisnya bertanya.

"Aku boleh gabung gak kak?" tanya Alena pada Dirga.

"Enggak enggak. Enak aja lo! Gak ada kursi lagi," ujar Arion sewot, tidak setuju. Alena menatapnya sinis.

"Bukan nanya lo!" ketusnya.

"Nyenyenye. Kalo setan lagi ngomong gue ngapain ya, Sa?" tanya Arion pada Aksa.

Aksa berpikir lalu tertawa keras. "Baca ayat kursi, Yon," ujarnya yang juga membuat Arion menyemburkan teh yang baru diminumnya lalu ikut tertawa.

"Gak jelas banget sih!" ujar Alena.

"Lo tuh punya temen kenapa harus disini?" tanya Dirga sambil melirik kedua teman Alena yang duduk tidak jauh dari meja mereka.

"Gue maunya disini. Gak mau disana," jawabnya. "Lagi pula itu ada satu kursi kosong bisa buat gue kan?"

Tanpa menunggu jawaban mereka, Alena dengan tidak tahu dirinya duduk di kursi yang Adara duduki tadi.

"Minggir," pintah Dirga. Alena tetap kukuh tidak beranjak dari sana. "Minggir," ujarnya sekali lagi tetapi Alena juga tetap tidak pergi membuat Dirga mengacak rambutnya frustasi.

"Apa susahnya lo duduk di sana bareng sama temen-temen lo? Harus banget disini?" tanya Randi namun Alena tidak menggubrisnya.

"Gak ada yang ngizinin lo gabung disini. Putus urat malu lo?" Natalia yang emosi pun ikut mengeluarkan suaranya. Padahal dia tidak ingin ikut campur tetapi Alena sedang duduk di sebelahnya, di tengah dia dan Dirga, padahal kursi itu seharusnya menjadi tempat duduk Adara.

DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang