23. Kambuh

1.9K 97 3
                                    

Heyy ketemuu lagii ihiiyy!! Selamat membacaa, jangan lupa vommentnyaa yaaa💖

****

[Demi apa aku suka bangettt foto inii ngegambarin Aksa Ray Alterio persis sama apa yang aku bayangin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Demi apa aku suka bangettt foto inii ngegambarin Aksa Ray Alterio persis sama apa yang aku bayangin. Mukanya nyebelin tapi ganteng bangeettttt]

****

23. KAMBUH

"Kalo urusan ini lo kalah, Ra. Sadar diri dong. Lo dimana gue dimana. Jangan malu-maluin. Hidup mewah karna bokap, eh pas bokapnya meninggal jadi apa? Jadi miskin!"

Kalimat itu keluar dari mulut Alena membuat Adara geram. Terlihat dari cengkraman tangannya yang menguat, membuat kuku-kukunya berubah warna lebih pucat.

"Terus kenapa kalo miskin?" tanya Adara mendekat. "Kaya tapi sifatnya seperti kamu? Mending aku miskin sampai mati," lanjutnya dengan mata nyalang tapi masih dengan nada lembut.

Alena berdecih. Lebih mendekat sampai jarak mereka tidak lebih jauh dari satu jengkal. Kedua temannya hanya berdiri dibelakang, tidak mau mendekat.

Tangan Alena terangkat mendorong bahu Adara beberapa kali sambil berkata. "Lo gak usah ganjen sama Dirga. Diliat dari segi mana juga gue lebih unggul,"

Adara yang mendengar itu hanya bisa meredam emosinya. Dia tidak mau terpancing. "Terus? Aku harus peduli?"

Kalimat itu membuat Alena semakin panas di tempatnya. Aneta dan Adyn langsung beranjak saat Alena memberi kode. Mereka berdua saling senggol-menyenggol, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.

"Dih? Lo emang selalu gak tau diri gini ya Ra?" tanya Aneta.

"Ew!! Men-ji-jik-kan! Gue tim pantau sampe putus!"

Mata Adara memanas. Dadanya berdegup kian kencang. Makin lama dia semakin susah bernafas. Seluruh tubuhnya gemetar. Adara berlari dari sana tidak memedulikan kata-kata sarkas dari mereka bertiga yang mampu menggores hatinya. "Dasar lonte!" umpatan terakhir dari Adyn yang didengarnya. Adara berlari menuju UKS sambil menghirup banyak-banyak udara agar keadaannya dapat pulih secepatnya seperti semula.

Tidak. Adara tidak mempunyai asma seperti yang mungkin kalian pikirkan. Tapi gangguan paniknya kembali kambuh, sudah sejak lama tidak menyerang Adara semenjak ayahnya meninggal tapi kejadian tadi cukup membuatnya kembali merasakan itu.

Entah apa yang diperbuatnya sampai-sampai dia mendapat kebencian sebesar itu dari mereka. Salah memangnya kalau dia menyukai Dirga?

DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang