Bismillah,
Bulan puasa alhamdulillah udah ada yang bolong belum?
Semoga yang bolong karena ada udzur ya, semangat melatih rajin ibadah salat atau baca quran di vulan ramadan ini.Maafkan saya yang baru bisa update,
Vote dan comment ya...
Happy reading
¤¤¤
"Sekedap enggih Bu," izinku sambil memanggil nama Dek Dina dari microphone pondok. Selang sepuluh menit tidak ada tanda-tanda kedatangannya."Pripun, Kak?" tanya Ibu yang membuatku fokus dengan ponsel pondok lagi.
"Kadose sampun bidal sekolah Bu, Dek Dina wingi cerios ajeng diajak rencange ningali MTs mriki," jawabku.
"Owalah enggih mpun, sing penting artone Kakak kaleh Adek tasek to?" tanya Ibu lagi.
"Enggih tasek Bu, alhamdulillah," kataku. Lalu hening, suara Ibu seperti hilang.
"Ibu?pripun?" tanyaku karena merasa ada sesuatu yang masih mau Ibu katakan lagi.
"Kak, Dek Dina sampun saget ditilar kan? Kakak benjing mantok riyen pripun?" tanya Ibu berhati-hati.
"Enggih, la kedah mantok sakniki tah Bu?boten ngentosi liburan sekedap maleh?" Aku tidak tahu mengapa rasanya berat untuk pulang. Lagipula waktunya juga mendekati liburan pondok.
"Boten Kak, minggu depan mawon geh," pinta Ibu. Aku tidak bisa membantahnya.
"Enggih, enggih mengke kulo cobi izin kaleh Ibu Nyai lan Mbak Lail," kataku sambil berpikir. Setelah menyampaikan hal itu ibu langsung mengakhiri panggilan dengan salam.
"Disuruh pulang ma Ibu ya dek?" tanya Mbak Lail yang baru masuk kantor.
"I..i..iya Mbak," jawabku sungkan.
"Ibumu sudah izin sama Mbak," katanya yang membuatlu terbelalak tak percaya."Kemarin ibumu sudah izin Mbak, Mbak juga dipanggil Bu Nyai. Katanya sampean disuruh pulang dulu," kata Mbak Lail santai tetapi membuatku semakin bingung. Aku terdiam masih berpikir. Kenapa aneh?
"Pulangnya besok aja ya Dek, jangan hari ini," kata Mbak Lail masih mendominasi percakapan kami.
Aku hanya mengangguk sambil terus memikirkan alasan sebenarnya kenapa aku harus pulang. Ini terlalu tiba-tiba. Lagipula baru kemarin Ibu dan Ayah menjengukku sembari mengantarkan Dek Dina."Dek, malah bengong sih. Mau pulang bukannya seneng malah mukanya ditekuk gitu," tegur Mbak Lail sudah berkutik dengan komputer milik pondok di kantor. Mbak Lail itu seperti tidak ada istirahatnya. Ada waktu luang sedikit pasti digunakan untuk menyibukkan hal baru.
"Hehe, ya begitulah Mbak, Mbak lagi ngerjain apa lagi ini?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Ini lihat rekapan dari perizinan pengurus keamanan. Banyak juga lo uang takziran karena keluar pondok tanpa izin. Susah memang anak seumuran remaja, dibilangin jangan suka keluar pondok , masih aja bandel," terang Mbak Lail seperti memarahiku. Duh, aku berada di waktu dan tempat yang kurang tepat. Sebaiknya aku pergi.
"Iya Mbak, saya mau ke musola dulu ya, ini Al-Qur'anku di sana," pamitku.
¤¤¤Saya update kalo notif rame...eh
Jangan lupa voment
![](https://img.wattpad.com/cover/230923041-288-k893982.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampean Gus?
SpiritualSemenjak membantu temanku mengkhitbah calonnya yaitu santri pamanku, aku sedikit memperhatikan gadis bercelak yang mengantarkan unjuan di ruang tamu ndalem itu. Zayyan Zainul Muttaqin Tahun keduaku mengabdi di ndalem ini sedikit berbeda karena sahab...