Umniyatul Ula (43)

2.3K 230 21
                                    

Assalamualaikum

Bismillah alhamdulillah
Qodarulloh malam ini update...

Semoga my readers
Istiqomah jamaah sholat 5 waktu
Istiqomah tilawah quran
Istiqomah sholaeat nabi, burdah, dziba atau barzanji..atau sholawat apapun semuanya boleh...

Happy Reading

###

Laundry ala istri

"Pakaian bisa menjadi kebutuhan ataupun hiasan. Pasangan kita bisa dijadikan teman beribadah kepada Tuhan atau hanya ajang pamer dihadapan teman."

Hari mulai sore. Rasanya hari ini terasa lama, berkeliling ke tiga tempat bersama Gus Zayyan adalah pengalaman baru. Sedari tadi aku masih malu untuk sekadar mengungkap rindu. Lidahku kelu. Keheningan sering menghampiri waktu kebersamaanku yang singkat dengan Gus Zayyan. Waktu mobil melaju untuk arah pulang, aku memberanikan diri  bertanya mencari topik bahasan.

"Mas, jenengan sampun izin?" tanyaku kepada Mas Zayan saat kami berada di mobil dalam perjalanan pulang.

"Sudah la, Dek, la ini mobilnya Abah Yai Afnan to?" jawabnya menengokku sebentar , lalu mengelus kepalaku. Astaghfirulloh aku ini salah bertanya. Seharusnya aku yang dipertanyakan. Aku tidak izin Bu Nyai. Aku hanya izin Mbak Lail, Bu Nyai dari bakda dzuhur sudah ada di desa sebelah mengisi pengajian fatayat. Aku saja tadi berlarian dari gerbang putri menuju gedung tempat biasanya Ayah dan Ibu menjengukku.

Ceritanya aku terlalu lama memilih pakaian di lemari. Akhirnya aku mengenakan setelan baju dan sarung berwarna pink dan memakai masker. Pasalnya aku izin juga dengan Mbak Lail untuk sedikit berhias diri. Ini peralatan make up adalah pemberian  dari Gus Zayyan sepulangnya belanja oleh-oleh bersama Ayah.
Entah bagaimana ceritanya, Seorang Guz Zayyan bisa memilihkanku alat make up dan skincare.  Aku sampai heran. Beruntungnya beliau membelikanku alat make up yang simpel seperti bedak, foundation, lipstik, parfume, lotion, dan celak.

"Dek, sampean cantik kalau maskernya di buka," kata Gus Zayyan sambil menyentuh jemariku. Beliau tetap fokus melihat ke depan. Aku hanya diam, tidak berani merespon apa, wajahku sudah memerah menahan malu. Aku memang membuka masker saat berduaan dengan beliau.

"Mas,"

"Dalem, Dek,"

"Kulo bade izin, dinten ahad, kulo ajeng nderek rihlah pengurus." tanyaku pelan.

"Boleh, nanti Mas juga ikut. Biasanya Mas ditawarin juga ikut atau enggak. Berhubung istriku ikut ya Mas pasti ikut." jawaban Gus Zayyan membuat bahuku turun. Aku senang, tetapi aku juga malu saat beliau ikut karena ada aku.

"Enggih, Mas," jawabku lirih. Wajahku memanas. Kedua tanganku menangkup pipiku yang mulai memerah.

"Dek, di belakang ada keresek, isinya bajuku, tolong di laundry ya," pintanya halus. Aku sedikit melengok ke belakang. Beliau selalu menggunakan kata "tolong". Perintahnya lembut tidak merendahkan.

"Enggih, Mas," lagi itu jawabanku.

"Dek, sebentar lagi liburan pondok, setelah rihlah pengurus, sampean pulang ke Lampung, ya?" tanya Gus Zayyan yang membuatku deg-deg an. Secepat itukah?

"...."

"Dek, kok diem lagi," Gus Zayyan sampai berhenti menepi di salah satu Mini Market Santri milik kooperasi santri.

Sampean Gus?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang