Umniyatul Ula (47)

1.6K 154 25
                                    

Assalamualaikum Warohmatulloh Wabarokatuh.

Ramadan Karim

Semoga Istiqomah Jamaah
Istiqomah tilawah
Istiqomah
Sholawat Burdah

Alhmdulillah, semoga puasanya full, kecuali yg ada udzur syar'i. Semangat ya...

Happy Reading

¤¤¤¤

Rihlah Pengurus

"

Pengurus menjalankan peraturan tegas kepada santri. Namun , juga mengayomi sepenuh hati."

Hari berganti tak terasa perpulangan santri berlangsung tertib. Pondok sepi. Hanya pengurus yang masih berkemas untuk acara rihlah ilmiah. Bagaimana dengan Dek Dina? Kemarin Ayah dan Ibu menjemput langsung. Semua kado dibawa pulang ke Jepara. Ayah membawa mobil pribadi. Ceritanya Ibu mobilnya baru beli sebulan yang lalu. Rizqi dari Allah memang tidak bisa disangka. Alhamdulillah, semua barangku dan dan Dek Dina sudah dibawa pulang.

"Dek, mulai hari ini pakaian wajib laundry ya, " Ketua Kebersihan sudah wanti-wanti kepada pengurus lain.

"Siap, Mbak, " jawab Mbak -Mbak yang lain.

"Dek, kamu udah siap belum? udah makan kan? " kata Mbak Lail,

"Udah kok Mbak, " jawabku polos. Pengurus lain senyum-senyum sambil melihat ke arah lain. Aku melihat Gus Zayyan lewat dengan siapa aku tidak kenal.
Deg-degan langsung aku. Ternyata benar, Gus Zayyan ikut. Aku menunduk sambil tersenyum.

"Ayo, Mbak-Mbak semuanya masuk ke mobil, " Mbak Lail memberi intruksi. Aku dan yang lainnya segera memasukkan koper ke dalam bagasi bis. Kami berbaris memasuki bis khusus perempuan. Aku masih mengingat baju yang dikenakan Gus Zayyan. Bukankah itu baju yang kemarin kucuci. Aku juga memakainnya. Ah.....rasanya perutku dipenuhi kupu-kupu yang bertebangan.
Dug... Au ..

"Dek, jalannya hati-hati, " kata seseorang sambil mengusap keningku. Sebentar kenapa suaranya laki-laki. Aku memberanikan mengangkat wajah. Ternyata bisku pintunya tertutup. Sesuatu yang mengejutkan, disampingku ada...Gus Zayyan. Aku langsung menunduk malu lagi. Jantungku berdetak sangat cepat. Wajahku memanas. Aku menahan napas.

"Dek, ini untuk bekal di perjalanan. Ada obat juga." katanya sambil memberiku paper bag berwarna... pink. Aku hanya terdiam malu untuk merespon. Sampai beliau memindahkan paper bag itu ke tanganku, mengusap kepalaku. Lalu pergi. Suara batuk-batuk dan deheman dari dalam bis perempuan, membuatku langsung menarik napas panjang dan masuk ke dalam bis. Berusaha tidak tersenyum dan pura-pura tidak mendengar gurauan pengurus lain. Akhirnya aku duduk dengan Mbak Lail. Memang siapalagi pengurus yang paling dekat denganku atau siapa pengurus yang berani duduk bersama Mbak Lail. Hehe, bercanda, Mbak Lail.

###

Bis melaju dengan kecepatan sedang. Perjalanan diisi oleh murotal dan kadang diselingi oleh sholawat hadroh. Semua pengurus tampak sangat bahagia. Mengingat keseharian kami mungkin penuh dengan tanggung jawab, yang terkadang tak jarang aku melihat teman pengurus cenderung wajahnya terlalu serius di semua acara pondok. Yah, memang seorang Pengurus dituntut memiliki kharisma, yang membuat santri lain merasa segan. Hal itu berdampak untuk berjalannya peraturan pondok pesantren.

Aku tidak mengkotak-kotak jabatan pengurus atau santri biasa. Namun, setidaknya, sebagai seorang pengurus memang harus membatasi interaksi yang tidak perlu kepada anak -anak santri, tetapi tetap mengayomi sepenuh hati. Perkara santri tidak mau piket contohnya, pengurus harus tegas bertindak. Atau masalah santri tidak jamaah, pengurus pendidikan langsung memberikan sanksi. Jika dipikir ulang, dalam kitab Taqrib dijelaskan bahwa jamaah itu hukumnya sunah muakkad yang artinya sunnah yang dikuatkan. Sedangkan di pondok jamaah itu wajib. Pernah juga suatu ketika ada mba pengurus melakukan puasa sunah senin dan kamis. Nah, mereka meninggalkan jamaah yang wajib di pondok. Mbak Lail tidak segan lagi memberikan ta'ziran. Aku hanya bisa diam dan mengambil pelajaran. Begitulah, menjadi pengurus ternyata tidak semudah itu.

Sampean Gus?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang