Zayyan Zainul Muttaqin (11)

4.8K 400 5
                                    

Bismilillahirrohmanirrohim

Semoga Istiqomah dalam kebaikan
Apa kabar kalian?smoga sehat semuanya aamiin
Terimakasih yang sudah baca sampai part ini...boleh vote n comment gratis

Happy Reading

¤¤¤

Rapat

"Kita bisa berencana. Untuk mewujudkan rencana itu tetap butuh orang lain dalam aplikasinya. Berdiskusi tentu melahirkan pendapat yang berbeda. Namun, dari berdikusi juga mendapat mufakat bersama."

Siangnya di aula putra sudah berkumpul pengurus putra dan putri dengan memakai satir (pembatas) tentunya. Aku melihat ada dua orang mbak pondok yang baru datang. Salah satunya aku sedikit paham karena dia adalah ketua pondok putri, kalau tidak salah namanya Mbak Lail.

Ketika ekor mataku melirik sebelahnya Mbak Lail adalah gadis bercelak. Aku membuang muka sambil menahan napas. Ada desiran halus dalam dada. Aku segera menepis rasa asing yang menghinggapiku. Mereka dengan santun meminta maaf telat karena dari ndalem Bu Nyai.

"Ust, nanti soal akan dibuat oleh beberapa pengurus putra dan putri. Jadi Ustad Zayan tinggal memilih mana soal yang bisa digunakan. Mengenai lembar jawaban juga sudah kami persiapkan. Ustad kiranya bisa membimbing pengurus putra yang membuat soal." Fatah menerangkan tentang tugas yang harus kuemban. Aku hanya mengangguk di tempat.
Fatah selaku ketua panitia lomba tahun ini kembali menjelaskan hal-hal terkait berbagai lomba yang mau diadakan. Pengurus putri sesekali menjawab pertanyaannya. Ada juga sanggahan dari pengurus putra yang berbeda pemikiran dengan putri. Lomba membaca kitan tentu dibedakan. Kalau di putri hanya ada qiroattul kitab jurumiyah dan safinah. Lain halnya di putra memakai kitab seperti bulughul marom, alfiyah dll.
Begitu pula untuk lomba cerdas cermat yang melibatkan putra putri dalam satu lomba. Berbagai kitab digunakan yang sebagai rujukan soal cerdas cermat turut dibahas sedetail mungkin.

"Bagaimana Ust?" tiba-tiba suara Fatah membuatku kaget. Memangnya dia bertanya apa?Apa yang dipermasalahkan? Raut wajahku bingung sendiri. Semua pengurus putra putri memandangku dengan tatapan menunggu jawaban. Aku sedikit salah tingkah. Aku berusaha fokus dengan apa yang dibicarakan dalam rapat siang ini. Namun, sebagian pikiranku tak terkondisikan. Aku mengalihkan dengan membuka buku dan memegang pulpenku.

"Ini Ust, pengurus putri minta kalau sumver soal nahwu di cerdas cermat sampai imriti saja, bagaimana menurut Ustad?" tanya Fatah lagi mengulang pertanyaan masih dengan mimik serius.

"Boleh saja, tidak masalah. Lagipula di putra khusus lomba qiroatul kutub juga sudah ada pertanyaan tersendiri di lomba nadzom alfiyah. Saya kira untuk menyamaratakan materi nahwu antara putra dan putri materi nahwu bisa diambil dari jurumiyah dan imriti." Aku menjelaskan sambil membuka lembaran bukuku untuk mengurangi gugup yang mendera agar tidak ketara.

Lalu terdapat sahutan dari pengurus putra-putri. Akhirnya permasalahan yang diperdebatkan sejak setengah jam yang lalu selesai. Mereka kembali membahas bab tentang administrasi lomba yang berkaitan dengan dana pondok. Aku kembali terpesona mendengar suara mbak itu pertama kali.

Aku baru tahu bahwa gadis bercelak itu bernama Umniyatul Ula. Seorang ketua bendahara putri. Orangnya sangat menjaga sikap dan berkata seperlunya. Orangnya juga tegas dan cekatan dalam mengikuti pembahasan rapat. Hati kecilku bersyukur menghadiri rapat pondok. Biasanya, aku selalu sibuk sendiri entah mutolaah atau ikut Abah Afnan pergi silaturahmi. Tugasku nanti lebih banyak dibelakang layar membuat soal yang sesuai dan pastinya lebih ribet saat jadi juri di perlombaan. Rapat siang ini selesai sebelum azan asar dengan ditutup doa.

Jangan lupa tinggalkan jejak voment

Sampean Gus?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang