BAB XIV

95 13 2
                                    

"Sahabat yang baik adalah sahabat yang berani berterus terang dan membenarkan kesalahan kita agar tidak terus hanyut dalam dosa"

(Nana & Fira)

♡♡♡

Disaat Nana sedang sibuk beradu mulut dengan Ustaz Althaf dan Gus Kafi di gang sempit belakang ndalem, Fira yang sudah selesai jamaah salat Zuhur kebingungan mencari Nana.

Saat antri berwudu Nana menyuruh Fira berangkat duluan dan mencari tempat. Mukena Nana pun sudah Fira bawa duluan ke masjid. Tetapi sampai salat dimulai Nana tak kunjung datang, sajadah Nana yang sudah Fira gelar akhirnya dia lipat kembali.

Tidak sampai menunggu berdoa bakda salat, Fira segera pergi kembali ke kamar untuk mengecek keadaan Fira. Dalam benaknya bertanya-tanya, apa yang terjadi dan mengapa Nana tidak menyusulnya ke masjid.

Fira khawatir karena sejak semalam Nana terlihat murung. Nana juga tidak bilang apa-apa padanya, apakah hafalannya lancar atau tidak. Biasanya Nana selalu bercerita setelah undur dari hadapan Gus Althaf.

Brak!

Hosh! Host!

"Assalamualaikum!" ucap Fira dengan napas memburu setelah membuka pintu dengan kasar.

Kamar begitu sepi, Nana tidak ada di kamar. Fira langsung melepas mukena dan melemparnya kesembarang arah, begitu pula dengan mukena Nana yang Fira bawa.

Fira berjalan ke arah lemari Nana. Dibukanya lemari itu dengan tergesa.

"Baju dan kitabnya masih di sini. Berarti dugaanku salah, lalu kemana Nana? Isshh ... bikin bingung aja! Awas aja kalau balik bakal aku plintir tuh kepala," ucap Fira kesal.

Fira mengedarkan pandangannya, semuanya terlihat biasa saja tidak ada yang berkurang. Saat Fira akan beranjak keluar dari kamar, tanpa sengaja matanya menatap ke arah belakang pintu. Didekatinya pintu itu dan ternyata tote bag Nana tidak ada di sana.

Fira kembali membuka lemari Nana dan mencari sesuatu yang biasanya selalu ada di lemari Nana tetapi saat ini tidak ada.

"Dompet dan tasnya gak ada. Berarti Kunyuk itu sudah merencanakan ini semua. Dan dengan bodohnya aku gak curiga sedikit pun!"

Fira berlari keluar dari kamar, biasanya jika ada santri yang kabur akan melapor ke pengurus, tetapi Fira berlari ketempat-tempat yang sekiranya dilalui Nana. Fira yakin Nana belum jauh karena butuh persiapan dan suasana sepi untuk Nana bisa pergi diam-diam tanpa ada yang mengetahuinya.

Pandangan Fira jatuh pada gang sempit belakang ndalem. Tanpa menunggu lama Fira berjalan menuju gang tersebut. Fira berjalan agak cepat, tetapi karena memakai rok yang lebar, langkahnya tersendat-sendat menginjak ujung roknya.

Samar-samar Fira mendengar suara laki-laki dan perempuan di ujung gang itu. Fira mempercepat langkahnya, setelah sampai pada belokan kecil, Fira dapat melihat dengan jelas Nana yang saat ini sedang perang mulut dengan Ustaz Althaf dan Gus Kafi, atau lebih tepatnya hanya dengan Ustaz Althaf karena Gus Kafi hanya diam melihat keduanya.

"Assalamu'alaikum," ujar Fira setelah lebih dekat dengan ketiganya.

"Waalaikumsalam."

Nana menghentikan ocehannya dan menengok kebelakang. Fira yang sekarang lagi mode garang menatap Nana dingin dan tajam dengan mata bulatnya. Walaupun Nana lebih tinggi dari Fira tetapi aura Fira mampu membuat Nana terdiam dan nyalinya ciut.

"Fi-Fira ... ak-"

"Maaf Ustaz, Gus ... saya permisi dulu, mau bawa anak kelinci yang kabur dari kandangnya. Maaf kalau tadi ada kata-kata atau tingkah yang kurang berkenan. Karena anak kelincinya lagi dalam masa pelatihan akhlak. Permisi, assalamualaikum."

Sempena 30 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang