BAB XXIX

85 10 8
                                    

"Menunggu bukanlah hal mudah
Namun meyakini kedatanganmu membuatku tetap bertahan"



♡♡♡


"Siapa? Mas Althaf atau Mas Kafi?"

"Gus Kafi."

Mendengar jawaban Nana, Fira tersenyum simpul. Bagaimana pun juga Fira adalah adik dari keduanya.

"Setelah dari rumahmu waktu itu, Mas Kafi kembali ke pesantrennya lagi untuk fokus menyelesaikan hafalannya yang kurang beberapa juz lagi. Dia berangkat tepat di malam hari raya kedua. Kamu tidak usah khawatir, dia baik-baik saja. Cara berpikir Mas Kafi itu sederhana, jika belum di terima berarti Allah berkehendak demikian. Walau aku yakin hatinya tidak baik-baik saja. Tetapi Mas Kafi orang yang kuat. Dia bisa mengatasinya dengan caranya sendiri," ucap Fira menceritakan keadaan Gus Kafi.

"Lalu di mana Gus Kafi sekarang?" tanya Nana.

"Mas Kafi saat ini menjadi guru para tahfiz. Kalau kamu bertanya di mana, yang jelas tidak di pesantrennya sendiri. Mas Kafi menjadi guru di tempatnya menyantri dulu. Tetapi beberapa jadwalnya ada yang di luar."

"Pantesan beberapa kali aku kilatan di sana Gus Kafi tidak ada," batin Nana.

"Gus Kafi belum menikah?" lanjut Nana.

"Hahhaha ... kenapa? Kamu mau menerima lamarannya sekarang?" tanya Fira terkekeh.

"Haisshhhh apaan sih. Nggaklah, cuma penasaran aja."

"Oke ... Mas Kafi belum menikah alias masih jomblo. Beberapa kali Kyai Hasan menjodohkannya, tetapi sampai saat ini belum ada yang diterimanya. Tetapi akhir-akhir ini yang aku tahu, Mas Kafi sedang dikejar-kejar seseorang sih, memang lucu juga ada cewek yang ngejar cowok sampai segitunya. Tapi Mas Kafi juga cuek-cuek aja, gak tau nanti luluh pa nggak."

Nana mengernyitkan keningnya.
"Sepertinya ada yang cerita sama aku deh, Fir. Dia sedang ngejar-ngejar cowok gitu, tapi siapa ya? Aku lupa," ucap Nana mencoba mengingat.

"Alahhhh ... mungkin hanya kebetulan aja. Jaman sekarang lagi marak yang kayak gitu. Apalagi teman kamu kan banyak yang dari kalangan umum."

"Hehe ... iya juga ya," ujar Nana cengengesan.

"Udah berapa bulan usia kandunganmu? Trus siapa ayahnya?" lanjut Nana.

"Enam bulan. Ayahnya laki-laki," jawab Fira sekenanya.

"Ya udah tau pasti laki-laki. Mana bisa cewek tek dung sama cewek. Maksud aku, suamimu siapa? Aku kenal apa nggak?"

"Nggak kenal. Dan gak usah kenal, entar naksir lagi. Suami aku itu ganteng, jadi rebutan dikalangan para santri di pesantrenku. Dan jadi artis di kalangan ibu-ibu komplek rumahku, dia jug-"

"Stooppppp!!!! Oke-oke! Aku gak kenal, udah. Gak usah dilanjutin," teriak Nana karena kesal mendengar jawaban Fira yang sangat posesif pada suaminya.

"Nah gitu dong!"

Beberapa saat keduanya diam menikmati kue dan secangkir kopi yang mereka pesan. Fira terlihat sangat menikmati kuenya. Sedangkan Nana, fikirannya melayang entah kemana.

"Mas Althaf!" ucap Fira tiba-tiba yang membuat Nana sedikit terperanjat.

"Mana?" Dengan spontan Nana bertanya seperti orang linglung.

"Pfftt ... hahaha ... ciyeee ... yang ngarep kakak aku di sini," ledek Fira menertawakan tingkah Nana.

"Dasar tukang usil," gerutu Nana.

Sempena 30 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang