BAB III

112 12 4
                                        

"Setidaknya sudah pernah berusaha dan mencoba, bagaimana hasilnya.

Ya, kita tunggu aja. Masa depan kan gak ada yang tau"
(Nana)

♡♡♡

Pritttt!

"Time out."

Terdengar suara wasit mengintrupsi permainan.

"Hah ... berat juga ternyata lawan kita," ucap Nita dengan nafas yang tidak beraturan serta keringat yang mengalir di wajahnya.

"Tidak papa, kalah menang kita tetap sama-sama. Tetap jaga kekompakan jangan sampai oleng. Utamakan kerjasama. Kalian perhatikan tim lawan, sebenarnya mereka punya potensi yang bagus, tapi sayang kekompakannya kurang. Babak pertama mereka unggul karena kekompakan masih terjaga. Tapi dibabak kedua si kapten dan tosser menguasai bolanya sendiri, itu artinya kekompakan mereka mulai oleng. Nah, dibabak kedua ini kita unggul, kita pertahankan posisi kita sampai babak ketiga, aku yakin pasti kita bisa menang. Tetap gunakan strategi dari Kak Rendi. Siap!" Sebagai seorang kapten Nana harus bisa memimpin timnya dengan baik dan tetap menjaga timnya agar tetap kompak.

"SIAP!"

"Duh, anak didikku udah pinter aja nih, mengkoordinir timnya. Sampai-sampai pelatihnya di sini dianggurin," sindir Kak Rendi. Sebenarnya dia juga senang karena Nana bisa berfikir cerdas dan cekatan serta mampu memimpin timya dengan baik.

"Ahaha ... Kak Rendi. Jadi malu," ucap Nana sok malu-malu.

"Udah, pendapat Kak Rendi sama dengan kapten kalian. Pertahankan sampai babak ketiga  dan gunakan kemampuan kalian sebaik mungkin! Istirahat sudah hampir selesai. Go! Spirit!" titah Kak Rendi dengan wajah lebih serius layaknya seorang pelatih.

Kak Rendi memang pelatih, tetapi pembawaannya yang santai dan suka membuat lelucon membuat timnya nyaman dan serasa teman sendiri. Lebih suka dipanggil kakak supaya tidak kelihatan tua, padahal anaknya sudah hampir dua.

***

Priit!

"Double hit! Point tim Cakrawala, 20-15." Suara wasit mengintrupsi dan mengumumkan point masuk ke tim Nana.

"Yess! ... 5 point lagi kita bakalan menang pertahankan, Guys ..." ucap Nana disela-sela pertandingan.

"Aye, captain!" sahut timnya.

Diseberang, kapten dari tim lawan memandang Nana dengan tatapan sengit. Beberapa kali orang itu melakukan smash tetapi berhasil diblock oleh tim Nana.

Pertandingan kembali dimulai, namun tim lawan mulai tidak peduli dengan skornya dan bermain dengan kasar. Bahkan sudah dua pemain tim Nana digantikan pemain cadangan. Tinggal satu poin lagi tim Nana bisa memenangkan pertandingan ini.

"Bismillah! Nana yakin jimat dari Ayah ini bisa membantu dan melindungi Nana. Allahu akbar!" teriak Nana dalam hati di detik-detik dia melakukan smash.

Tim lawan sudah bersiap-siap untuk memblocknya dengan posisi lutut agak masuk ke daerah tim Nana. Nana memprediksi pasti mereka akan kembali menjegal seperti sebelum-sebelumnya.

Nana tidak sebodoh itu untuk masuk keperangkap tim lawan. Nana membalikkan strategi dengan melakukan ancang-ancang dengan berlari dan melompat tinggi seakan-akan melakukan smash dengan kuat, namun ternyata Nana melakukan dum play atau  tipuan smash, sebuah gerakan tipuan melakukan smash dan ternyata bola malah di pukul pelan.

Sempena 30 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang