Kehidupan Nana hanya seputar dengan voli. Lalu bagaimana jika dihadapkan dengan kehidupan pesantren yang serba antri? Begitu pun dengan bermacam kegiatan mengaji yang padat di bulan Ramadan. Juga harus hafal juz 30 selama 30 hari. Apakah seorang Na...
"Kadang kita harus merelakan sesuatu yang berharga Walau berat pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik"
♡♡♡
Datang membawa keajaiban dan keberkahan. Mensucikan jiwa-jiwa yang berkabut dosa. Menyediakan ladang pahala yang berlipat ganda. Walau hanya sebentar kehadiranmu sungguh membawa cahaya. Tak ingin rasanya berpisah dari kesucianmu, namun sungguh serakah jika mengharap terlalu dalam. Hanya untaian doa yang bisa dipanjadkan, semoga esok lagi dapat berjumpa dan bercengkrama dalam indahnya nuansa cinta. Terimakasih, hadirmu adalah nikmat yang tak terhingga, wahai bulan suci.
"Gak terasa ya, puasa udah hampir selesai."
"Iya. Tinggal beberapa hari lagi."
"Itu berarti kita akan segera penutupan Pondok Ramadan kan? Wah pasti meriah sekali."
"Biasanya santri kilatan akan menampilkan hafalannya dipanggung. Wahhh senengnya."
"Katanya juga akan ada penghargaan untuk santri kilatan yang terbaik lo. Aduhh ... kira-kira siapa ya?"
Beberapa santri sibuk membicarakan kegiatan penutupan pondok Ramadan yang akan di laksanakan seminggu lagi. Tetapi gadis tinggi berjilbab abu-abu yang duduk bersender di tembok kamarnya, terlihat lesu dan membuka tutup Alquran yang di pegangnya. Tanpa ada niatan untuk membaca atau menutupnya sekalian.
"Kalau cuma buka tutup dan tidak ada niatan untuk hafalan juga gak akan nongol sendiri tulisannya pas setoran!" sarkas seseorang yang duduk di kasur lantai miliknya.
"Hah ... capek aku. Udah lembur beberapa hari tapi hafalan gak masuk otak," dengusnya dengan wajah tertekuk.
"Jangan orangnya yang dibayangin tapi tulisannya," jawabnya menimpali.
"Suami kamu aneh tau gak? Akhir-akhir ini kayaknya dia ngehindar dari aku. Emang aku ada salah apa?"
"Suami siapa sih, Na?" tanya sang lawan bicara dengan nada malas.
"Ya itu si Ustaz Althaf. Sekarang privat ngajinya di kasih sama Gus Kafi, trus setorannya dia milih yang udah setoran ulang doang. Yang masih setor hafalan ke Gus Kafi juga. Padahal yang belum selesai hafalan kan cuma aku, Fir. Segitu gak maunya ya, berhadapan sama aku sekarang?" ucapnya merana.
"Hmmm ... kamu kenapa kesal? Jangan-jangan ..." selidik Fira dengan mata memicing melirik Nana.
Mereka berada di kamar karena kegiatan sudah selesai semua atau sudah jadwalnya untuk melakukan kegiatan pribadi.
"Gak usah suuzan ... aku tuh cuma bingung aja. Kenapa rasanya aku seperti dikucilkan," ucap Nana yang menutup Mushafnya dan meletakkannya di atas meja kecil di sampingnya.
"Kamu akan mengerti nanti, dia sedang berjuang," gumam Fira.
"Haaa ... kamu bilang apa, Fir?"
Nana yang hanya samar-samar mendengar ucapan Fira mencoba bertanya lagi. Namun sepertinya Fira tidak ingin memberi tahu.
"Gak bilang apa-apa tuh!"
***
"Assalamualaikum." Seorang pemuda masuk ke rumah joglo klasik namun memiliki desain yang modern di dalamnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.