"Bertemunya dua hati yang saling mencintai belum tentu bisa bersatu jika Allah tidak menghendakinya"
(Althaf)
♡♡♡
Hari ke-30 Ramadan, atau hari terakhir puasa. Seorang gadis memandang ke arah luar jendela kamarnya. Ada perasaan rindu yang hinggap di hatinya.
Paginya terasa hampa, suasana ramai yang biasa dia rasakan kini tidak ada lagi. Hanya kesunyian yang menemaninya. Tidak ada canda tawa atau adu mulut yang biasa dia lakukan.
Tidak ada lagi pengajian yang membuatnya mengantuk. Tidak ada lagi hafalan yang harus dia hafalkan untuk disetorkan. Tidak ditemuinya lagi paras-paras rupawan dari guru-gurunya.
Suasana ini sekarang sangat asing baginya. Satu bulan berada di pesantren membuatnya terbiasa akan suasana ramai dan banyak aktivitas yang dilakukan. Sangat berbeda dengan suasana di rumah yang sudah bertahun-tahun dia tinggali.
Dulu baginya rumah adalah satu-satunya tempat ternyaman. Bahkan sangat sulit untuk ditinggalkan. Nyatanya sekarang ada tempat berbeda yang lebih menyenangkan. Baru beberapa jam di rumah sudah membuatnya rindu suasana pesantren.
"Huft! ... aku bosan. Main voli aja deh kayaknya. Lagian kaku lama gak main," gumamnya dan mulai beranjak dari duduknya.
"Ayah ... Nana mau kelapangan sebentar ya, main voli," teriaknya pada seseorang yang entah dimana.
"Ayah ...?" panggilnya lagi. Namun tidak ada jawaban.
"Mungkin Ayah ke pasar kali ya, buat belanja bahan bakso. Ya udah deh, buat notes aja."
Setelah selesai membuat catatan berupa pesan untuk ayahnya yang ditempel dikulkas. Nana pergi ke lapangan.
Satu jam lebih Nana bermain akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Sampai di rumah ayahnya sudah sibuk di dapur menata sayur dan bahan-bahan dapur lainnya di kulkas.
"Assalamualaikum, Ayah baru pulang dari pasar?" tanya Nana menghampiri ayahnya di dapur.
"Waalaikumsalam, iya. Nana sudah selesai mainnya? Tadi ayah lihat kamu di lapangan," jawab ayahnya.
"Sudah, Yah. Lama gak main, main bentar aja udah capek."
"Ya sudah. Kamu mandi dulu dan bantuin ayah, ya."
"Siappp boskuuhhhh!"
Dari pagi ayah Nana sudah terlihat sibuk sendiri, mulai dari berbelanja bahan-bahan masakan di pasar, bersih-bersih rumah dan hal lainnya.
Bahkan toko baksonya tutup. Nana yang membantu ayahnya sedikit heran, memang biasanya sebelum hari raya selalu bersih-bersih. Tetapi tidak masak banyak seperti ini, apa karena tamu yang dibicarakan tasi malam, seberapa pentingkah tamunya itu.
"Ayah, kok masaknya banyak banget? Emang tamunya sampai jam berapa?" tanya Nana yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Nanti buka bersama di sini. Jadi selesai bersih-bersih semuanya, Nana bantuin Ayah masak ya?"
"Owh ... iya, Yah. Ada berapa orang nanti?"
"Ada tiga orang. Eh, tambah satu lagi Pak RT."
"Berarti semua enam orang, ya."
"Iya."
"Itu saudara apa gimana, Yah? Kok kayaknya spesial banget?"
"Ya sebenarnya bukan saudara juga, nantilah pokoknya kamu akan tahu. Tapi jangan kaget."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sempena 30 (END)
Teen FictionKehidupan Nana hanya seputar dengan voli. Lalu bagaimana jika dihadapkan dengan kehidupan pesantren yang serba antri? Begitu pun dengan bermacam kegiatan mengaji yang padat di bulan Ramadan. Juga harus hafal juz 30 selama 30 hari. Apakah seorang Na...