"Allah tahu apa yang terbaik untuk kita dan selalu memberikan waktu yang tepat untuk menerima"
(Althaf_Nana)
♡♡♡
"Masyaallah ... indah sekali, ini tempat apa Mas?" tanya Nana dengan pandangan takjubnya.
Orang itu hanya tersenyum. Setelah mengutarakan perasaannya tadi, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Hanya senyuman yang dia berikan.
" ... aaa?"
"... Naaa?"
" ... Nanaa?"
Samar-samar Nana seperti mendengar ada seseorang yang memanggil namanya.
"Nana, ayo bangun. Udah waktunya sahur, Nduk. Ayo bangun!" Suara itu semakin jelas terdengar.
Perlahan Nana membuka matanya. Ayahnya sudah duduk disampingnya. Nana mendudukan dirinya dan menatap sekitar kamarnya dengan tatapan bingung.
"Kamu kenapa kok bingung gitu? Dari tadi Ayah bangunin gak bangun-bangun. Nana malah senyum-senyum sendiri," ucap ayah Nana menerangkan.
"Jadi tadi itu mimpi?" lirih Nana yang masih bisa didengar ayahnya.
"Oh ... jadi kamu mimpi. Mimpiin apa sampai senyum-senyum seperti itu, hm?" selidik ayah Nana.
"Mimpi dila- eh, mimpi indah Yah, hehe ..." jawab Nana.
"Kamu ini. Ya udah ayok makan, keburu dingin nanti makanannya," ajak ayah Nana kemudian beranjak keluar dari kamar Nana.
"Iya, Ayah."
Nana masih duduk di tempat tidurnya. Pikirannya masih melayang memikirkan mimpinya tadi.
"Hissshhh ... mimpi macam apa sih, Na. Bisa-bisanya kamu mimpi kayak gitu," ucap Nana menyadarkan dirinya, kemudian beranjak menyusul ayahnya ke tempat makan.
***
Nana dan ayahnya bersiap untuk pergi ke rumah Fira bersama Pak RT juga. Hari ini adalah puasa ke-24 atau malam ke-25, itu artinya sesuai dengan undangan Nana tempo hari untuk menghadiri acara tujuh bulan kehamilan Fira. Mereka berangkat setelah jamaah salat Maghrib dan salat Tarawih di tempat Fira.
"Nana ... Pak RT sudah datang ini, kamu masih lama dandannya?" panggil ayah Nana dari depan rumah.
"Iya, Ayah. Ini bentar lagi," jawab Nana dari dalam.
"Memang anak perempuan kalau mau pergi dandannya lama, ya. Hhhh ..." ucap ayah Nana kepada Pak RT sambil terkekeh pelan.
"Ya wajar Pak Haris. Banyak yang perlu disiapkan. Beda dengan laki-laki," jawab Pak RT.
"Hayooo ... lagi puasa gak boleh ghibahin orang," ucap Nana keluar dari rumah.
"Ya gak ghibah namanya kalau orangnya denger," timpal ayah Nana.
"Udah ayo berangkat, kebiasaan kan kalian," sela Pak RT sebelum Nana dan ayahnya berdebat.
Akhirnya mereka berangkat ke rumah Fira dengan tenang. Pak RT sengaja memisahkan duduk Nana dan ayahnya. Ayah Nana duduk di samping Pak RT yang mengemudi, sedangkan Nana duduk di bangku penumpang bersama istri pak RT dan anaknya.
Perjalanan ke rumah Fira memakan waktu sekitar 45 menit. Jadi ketika sampai di sana tepat masuk waktu salat Isya. Di sepanjang perjalanan Nana bermain dengan ponselnya tetapi hanya menscrolnya naik turun saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempena 30 (END)
Teen FictionKehidupan Nana hanya seputar dengan voli. Lalu bagaimana jika dihadapkan dengan kehidupan pesantren yang serba antri? Begitu pun dengan bermacam kegiatan mengaji yang padat di bulan Ramadan. Juga harus hafal juz 30 selama 30 hari. Apakah seorang Na...