"Manusia hanya bisa berserah kepada Tuhannya
Entah apa yang diberikannya, maka itu yang terbaik baginya"(Gus Kafi)
♡♡♡
"Ayah!" teriak Nana ketika usai salat Maghrib.
Nana berlari menghampiri ayahnya, di belakangnya ada Fira yang mengikuti dengan langkah pendeknya.
"Assalamualaikum, anak Ayah," sahut ayah Nana tersenyum.
"Hehe ... waalaikumsalam, Ayah," jawab Nana dengan cengiran khasnya.
"Ayah," ucap Fira kalem kemudian sungkem kepada Ayah Nana. Seperti kata ayah Nana, dia lebih suka dipanggil Ayah dari pada Om.
"Fira ... apa kabar, Nak?" tanya ayah Nana, tangannya mengelus kepala Fira dengan sayang.
"Fira aja ditanya kabar ... giliran aku dicuekin," cibir Nana dengan mencebikkan bibirnya.
"Haha ... iya, dong. Ada yang baru, yang lama buang aja," ujar ayah Nana dengan nada mengejek.
"Owhhhh ... gitu. Ya udah, Nana cari ayah baru aja. Daddy-daddy gans ... uuwwiihhhh mantap," jawab Nana tak mau kalah dengan sang ayah.
"Itu mau dijadiin Daddy, apa suami? Hahhaha ..." ledek ayah Nana.
"Suami boleh, deh!"
Fira yang melihat perdebatan konyol ayah dan anak itu hanya menghela napas pelan. Keduanya sama saja, sama-sama bobrok, pikir Fira.
"Lohhhh ... Fira?" ucap Pak RT yang baru saja datang menyusul.
"Hehe ... iya, Pak De."
"Jadi kamu teman dekat Nana yang diceritakan sama Pak Haris?" tanya Pak RT.
"Iya, Pak De. Benar," jawab Fira membenarkan.
"Tunggu! Tunggu! ... kok kalian saling kenal?" tanya Nana bingung melihat interaksi keduanya.
"Iya to. Dia ini masih saudara Pak De, yang kasih brosur kemarin kakaknya si Fira ini," jelas Pak RT.
"Walahhhh ... dunia sempit banget ya," gumam Nana.
"Kamu pulang kapan, Nduk?" tanya Pak RT kepada Fira.
"Nanti bakda tarawih langsung pulang sama Mas, Pak De," jawab Fira.
"Owh, langsung ya. Titip salam sama Umi kamu ya."
"Nggih, Pak De. Insyaallah Fira sampaikan."
"Yah ... Fira pulang nanti lo, kita pulangnya nanti juga, ya?" rengek Nana sambil tangannya bergelayut manja ditangan ayahnya.
"Ya biarin to, orang Fira punya rumah sendiri. Nana di sini aja biar genap 30 hari mondoknya," balas ayah Nana dengan acuh.
"Ayah kok nyebelin banget sih!"
"Gak papa sesekali doang."
"Udah Pak Haris, jangan diusili mulu Nananya, kasian. Hhhhh ..." sela Pak RT terkekeh.
"Hahaha ... gemes aku sama sayangnya ayah satu-satunya ini ..." ucap ayah Nana kemudian memeluk putrinya gemas dengan sesekali mencubiti pipinya.
"Tau ah! Lagian Nana di sini kan udah pas 30 hari. Nana ngambek dulu. Jangan diganggu!"
"Yakin mau ngambek? Gak jadi pulang nanti loh."
Percakapan singkat itu menjadi suasana yang hangat layaknya keluarga utuh yang bahagia. Semuanya nampak bahagia meski tidak dalam ikatan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempena 30 (END)
Подростковая литератураKehidupan Nana hanya seputar dengan voli. Lalu bagaimana jika dihadapkan dengan kehidupan pesantren yang serba antri? Begitu pun dengan bermacam kegiatan mengaji yang padat di bulan Ramadan. Juga harus hafal juz 30 selama 30 hari. Apakah seorang Na...