"Yang terlihat sulit
Bukan berarti tidak bisa""Justru yang terlihat mudah mungkin akan menyulitkanmu"
(Althaf)
♡♡♡
"Udahlah, Jang. Jangan murung terus, nanti aku bantuin deh belajar ngajinya." Fira berusaha membujuk Nana yang dari tadi murung.
Setelah melihat papan pengumuman Nana langsung mengajak Fira menemui panitia santri kilatan, untuk membatalkan ikut progam hafalan juz 30. Tapi sayang, keputusan yang sudah dipilih tidak bisa dibatalkan atau diubah karena hasil rekapan sudah disetorkan kepada pimpinan pesantren. Dan jadwal setoran juga sudah dibuat jadi mau tidak mau Nana tetap harus setoran hafalan.
"Tapi Yul ... aku ngaji tuh cuma sampai jilid dua, itu pun tidak sampai selesai. Dan kamu tau? Aku belajar ngaji tuh pas kelas enam SD, gimana aku gak sedih coba?" ucap Nana merana.
"Bisa! Aku privat deh nanti. Denger-denger nanti setorannya ke keponakannya Pak Kyai loh," ujar Fira antusias berusaha mengiming-ngimingi Nana.
"Gak tertarik. Mending aku pulang aja, deh. Lagian itu panitia kok nyebelin sih! Kan itu hak aku buat hafalan atau nggak, dan aku juga gak sengaja buat gak nyoret yang hafalan itu. Kenapa aku mau batalin gak boleh?"
"Ya kan itu sudah tertera jelas dibawahnya. Di bawah formulir itu isinya sudah seperti pernyataaan yang sudah tidak bisa diganggu gugat. Lagian itu salah kamu juga, yang gak baca sampai selesai dan teliti."
"Ya kan, aku kira itu kayak formulir biasanya. Palingan di bawahnya cuma apa gitu gak penting."
"Nah, ini nih ... budaya anak zaman now. Gak baca tulisan dengan teliti dan asal isi aja, kalau ada apa-apanya baru deh protes gak trima!"
"Terus aja salahin aku!"
"Ya emang salah kok!"
"Tuyul jelek!"
"Bajang ingusan!"
"Heh!"
"Heh juga!"
"Aaaaa ... sebel! Pergi kamu dari sini!"
"Katanya aja udah mau kuliah, nyatanya kelakuan masih kayak bayi."
Perdebatan itu berakhir dengan Fira yang keluar dari kamar membawa tempat nasi. Karena ini memang sudah hampir waktunya makan sore. Lagi-lagi tanpa diberitahu Fira sudah hafal kemana dia akan pergi.
"Sebel sebel sebel! Huwaaa ... Ayah Nana udah gak kuat. Nana ingin pulang ... hiks ... hiks."
***
"Nih jadwal kegiatan kita. Abis salat Maghrib kita tadarus sebentar, menyimak Bu Nyai. Trus abis salat Tarawih pembukaan Pondok Ramadan dilanjut materi hafalan surat pendek sampai jam 10 malam. Besoknya-"
"Iya-iya! Aku bisa baca sendiri nanti! Gak usah bacain," ketus Nana masih jengkel.
"Kamu itu satu kamar cuma sama aku doang. Mau sampai kapan marah terus?"
"Gak tau. Aku mau pulang. Besok pagi setelah salat Subuh aku mau kabur!"
"Mau kabur kok bilang-bilang!"
"Kamu bisa nggak sih ... gak nyebelin bentaaarrr ... aja!
Suasana hening untuk beberapa menit, hanya terdengar suara jarum jam yang bergerak memutar mengelilingi angka 1 sampai 12 itu.
"Nah ... udah. Aku udah diam sebentar. Sekarang ayo makan trus salat Maghrib," ajak Fira yang mulai menata nasi yang dia ambil tadi.
"Taulah! Capek ladenin kamu tuh!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sempena 30 (END)
Ficção AdolescenteKehidupan Nana hanya seputar dengan voli. Lalu bagaimana jika dihadapkan dengan kehidupan pesantren yang serba antri? Begitu pun dengan bermacam kegiatan mengaji yang padat di bulan Ramadan. Juga harus hafal juz 30 selama 30 hari. Apakah seorang Na...