"Semesta yang tau betapa dingin dan hampanya hatiku karena merindumu
Rindu yang menggebu yang tak kunjung bertemu"(......)
♡♡♡
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Sudah beberapa tahun sejak kejadian Nana mengetahui sebuah fakta yang cukup membuatnya kecewa pada orang-orang disekitarnya.
Tahun ini adalah tahun terakhir Nana menyelesaikan kuliahnya. Nana berharap dapat lulus tepat waktu, meski sulit bagi seorang atlet sepertinya. Banyak mata kuliah yang tertinggal akibat seringnya bertabrakan antara jadwal kuliah dan pertandingan voli.
Namun itu semua tak menyurutkan semangatnya. Dengan sekuat yang Nana bisa, Nana mengejar ketertinggalannya itu. Bahkan Nana sering meminta tugas atau materi sebelum waktunya kepada dosennya ketika bersamaan dengan jadwal pertandingan.
Pihak kampus pun tidak keberatan karena sudah mengerti, dan tim Nana juga sudah membawa banyak kesuksesan yang mengharumkan nama kampusnya.
Kecuali beberapa dosen yang memang memiliki aturan khusus yang sulit untuk memberi izin. Jika seperti itu, maka Nana akan menggantinya setelah jadwal pertandingan.
Memang lelah, tetapi Nana bahagia. Langkah demi langkah Nana lewati, hingga puncaknya Nana terpilih menjadi salah satu anggota klub tim Nasional.
Hal ini sangat berat dan sulit untuk Nana lalui, hingga pernah berpikir untuk cuti kuliah. Tetapi mengingat beasiswanya hanya sampai di semester delapan saja, Nana mencoba bernegosiasi dengan pihak kampus. Akhirnya Nana tetap bisa kuliah dengan kelas jauh. Dan materi maupun tugas disampaikan secara online.
Usaha keras Nana tidak sia-sia, tim Nana mendapatkan kesuksesan dan mengharumkan nama bangsanya. Tidak hanya bangsanya tetapi untuk orang-orang terdekat, teman, klub, dan juga kampusnya, semua orang turut bahagia atas keberhasilannya.
Dua semester Nana menjalani kelas jauh secara online, kini Nana sudah bisa kembali meraup udara segar di kampusnya. Bertemu kembali dengan teman-temannya. Banyak spanduk yang terpasang menampilkan wajah cantik Nana, mulai dari suport dan ucapan selamat atas keberhasilannya.
Nana bahagia dengan pencapaiannya, tetapi dilubuk hatinya yang paling dalam ada hati yang tengah hampa. Kosong akan sesuatu yang Nana coba singkirkan. Mencoba untuk tidak pernah memikirkan dan bergelut dengan kesibukan kuliah dan volinya. Namun, disaat-saat tertentu perasaan itu sering muncul mengetuk pintu hati dan pikirannya.
Meski tak ingin, namun siapa yang bisa menolak datangnya sebuah perasaan yang tiba-tiba muncul tanpa permisi itu. Seiring bertambahnya waktu bukannya semakin hilang perasaan itu, tetapi semakin berkobar layaknya api yang tersiram minyak.
Semenjak Nana mengikuti pesantren kilatan, setiap tahunnya Nana selalu mengikutinya. Di tempat yang sama, di pesantren yang sama. Tetapi tidak pernah bertemu dengan orang-orang yang sama kecuali Kyai Hasan dan istrinya.
Banyak perubahan yang Nana alami, tidak hanya tampilan tetapi juga pengetahuan agamanya yang semakin luas. Bahkan Nita, teman volinya yang tomboy. Kini sudah menjadi seorang muslimah cantik. Rambut pendeknya tertutup hijab, setelan kaos oblong dan celana sobeknya berganti gamis. Bahkan Nita, sudah lebih dulu meninggalkan dunia volinya. Nana hanya tau kalau Nita berubah karena ada sesuatu dibaliknya.
"Woy ...!!! Nglamun aja nih perawan!" Seseorang mangagetkan Nana yang sedang duduk di bangku taman kampus.
"Masyaallah ... bikin kaget aja, ih. Gimana? Udah selesai kelas?" tanya Nana sambil melempar pulpen yang dia pegang kepada orang yang mengagetkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sempena 30 (END)
Fiksi RemajaKehidupan Nana hanya seputar dengan voli. Lalu bagaimana jika dihadapkan dengan kehidupan pesantren yang serba antri? Begitu pun dengan bermacam kegiatan mengaji yang padat di bulan Ramadan. Juga harus hafal juz 30 selama 30 hari. Apakah seorang Na...