"Kenapa kau selalu jahat padaku?"
Leoniel mengurut keningnya lelah. Gadis didepannya sudah mengoceh tidak jelas dari semenjak sepuluh menit lalu. Saat ini mereka berdua sedang berada di perpustakaan kecil yang berada di sebelah utara rumah Leoniel.
Mata Leoniel menatap Nirle bosan. "Aku tidak jahat padamu, Nirle. Kau yang mengangguku saat aku tidak ingin diganggu."
Nirle mengerucutkan bibirnya kedepan. Tangannya bersidekap di dada lalu gadis itu mendengus kesal, "Harusnya kau lebih sering memperhatikanku. Aku kan tunanganmu."
Mata Nirle melihat Leoniel yang masih sibuk mengutak-atik laptopnya. Pria itu tidak bereaksi atas ucapan Nirle tadi, namun dia tahu bahwa Leoniel masih bisa mendengar semuanya.
Sikap dingin dan tak acuh Leoniel membuat Nirle semakin berdecak kesal. Dengan kaki yang dia silangkan, Nirle berkata lagi, "Mau sampai kapan si Jetamine itu berada disini?" Kata Nirle sambil melihat reaksi Leoniel.
Sedangkan Leoniel yang mendengar nama Jetamine disebut menghentikan ketikannya dan menghela nafas, jawabnya, "Nirle, apa kau tidak lelah?" Leoniel tersenyum, "Kau selalu menyebut Jetamine saat berada di dekatku seolah-olah kau tahu bahwa hanya Jetamine lah yang mampu mengalihkan perhatianku? Seolah-olah hanya dia yang bisa membuatku berbicara padamu?"
Alis Nirle mengkerut saat mendengar ucapan Leoniel yang secara tidak langsung merendahkannya, "Harusnya kau malu kan? Aku tunanganmu namun kau lebih tertarik terhadap wanita lain selain aku?"
"Tidak. Aku tidak malu." Leoniel menatap Nirle dengan sorot mata yang iba, "Justru aku kasihan padamu. Kau seperti tidak punya rasa percaya diri atas dirimu sendiri. Jetamine saja tidak pernah mengatakan hal buruk tentangmu padaku untuk mengambil hatiku."
Nirle menahan malu. Sontak dia teringat akan kejadian tadi pagi di ruang makan saat Jetamine seolah 'membelanya' saat gadis berambut coklat keunguan itu malah membujuk Leoniel untuk mau menemui keluarga Nirle.
Tapi Nirle tahu bahwa Jetamine gadis yang licik.
Mungkin Jetamine tadi terlihat sangat tenang dan tidak mengatakan apapun pada pesta pertemuan keluarga Nirle dan Leoniel. Tapi entah kenapa firasat Nirle mengatakan dia tidak akan tinggal diam dan mengaku kalah.
Tapi mendengar Leoniel yang tampak bangga dengan Jetamine membuat darah Nirle menggebu sehingga suara Nirle meninggi. Pipinya merona marah lalu menunjuk Leoniel dengan jari telunjuknya, "Itu karna kau brengsek! Harusnya kau sadar, Leoniel. Kita sudah bertunangan. Sekeras apapun usahamu untuk membatalkan pertunangan kita, kau tidak akan bisa. Mau sebagai manapun kau pertahankan gadis itu disisimu, aku yang akan menjadi istrimu pada akhirnya."
"Hoo... percaya diri sekali." Jawab Leoniel sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lalu untuk apa kau disini? Sedang dalam misi mengambil hatiku atau bagaimana?"
Pipi Nirle semakin merona malu. Gadis itu menatap Leoniel tajam sambil mengretakkan bibirnya. Lalu sedetik kemudian, Nirle menarik nafas dan berdecak.
"Temani aku ke toko olahraga. Aku ingin membeli sesuatu untuk pertemuan keluarga kita nanti."
Kali ini, Nirle mendapatkan atensi Leoniel. Pria itu mengalihkan pandangannya dari laptop kearah Nirle dengan tatapan penasaran.
"Memangnya pertemuan itu akan diadakan dimana?" Tanya Leoniel tenang.
Nirle mengangkat bahunya sebentar lalu menjawab, "Antara lapangan golf dan lapangan kuda. Keluargaku yang akan menentukannya."
Leoniel mengangguk lalu menghela nafas keras, "Kapan kau berencana pergi ke toko olahraga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...