Bab 3 - Pesta Malam

12.2K 389 7
                                    

Jetamine terkikik geli pada film yang ditontonnya. Setelah mengantar Jeremiah sampai bandara, Jetamine memutuskan untuk membeli, lebih tepatnya memborong satu keranjang kaset film dan setroli cemilan berupa es krim, krupuk dan popcorn. Gadis itu berencana untuk marathon film fantasy-action-komedi dan menikmati kehidupan sendirinya.

"Aaah, hidup single memang mengasikkan" desah Jetamine sambil merenggangkan tubuhnya.

Tangan Jetamine bergerak untuk mengambil es krim diatas meja sebelum telinganya menangkap getaran yang berada didekat bokongnya. Ada yang menelpon. Jetamine mengambil ponsel yang bergetar itu lalu menekan tombol hijau dilayar smartphone-nya.

"Halo?" Tanya Jetamine.

Suara kresek tanda sinyal agak kurang baik terdengar lalu disambut oleh suara seorang pria yang kemayu, "Hello,creampie"

Jetamine mengerutkan alisnya sejenak lalu tiba-tiba teringat akan suara lelaki kemayu yang sedang menelponnya.

"Johnny woony lonely?" Tanya Jetamine memastikan.

"Yaps. Ingat aku kan?"

"Tentu saja, bodoh." Kata Jetamine lalu tertawa terbahak-bahak.

Johnny Anderson adalah teman Jetamine saat kemah musim panas tahun lalu. Saat itu, Jetamine sedang berurusan dengan gadis asal Austria yang jadi jalang dengan menumpahkan saos kejeans Jetamine. Suasana semakin ricuh saat Jetamine dan mulut yang sudah terlatihnya sedikit menghina si gadis asal Austria lalu mereka berdua saling menjambak.

Johnny datang ketengah kerumunan lalu menumpahkan satu mangkok saos sambal ke kepala si gadis Austria dan berkata bahwa dia gadis yang buruk. Semenjak saat itu Johnny menjadi teman karibnya saat Jetamine berkunjung ke Paris.

"Aku tahu kau sedang di Paris saat ini" Kata Johnny dari seberang.

"Sialan. Apa kau cenayang?"

"Tidak, bodoh. Aku melacakmu dari aplikasi kencan di hapeku." Suara Johnny mengecil sedikit karna sinyal yang tak bagus membuat Jetamine mengernyitkan dahinya.

"Sebenarnya ada dimana kau sekarang? Sinyalmu seperti kau sedang berada ditengah hutan" Sahut Jetamine.

"Memang kok"

"Hah?!" Jetamine menegakkan tubuhnya lalu melihat ponselnya sekilas. "Bagaimana kau bisa berada didalam hutan? Hei, kau tidak sedang diculik kan?"

Johnny yang mendengar itu melontarkan tawa sok manis yang membuat Jetamine mengerutkan alisnya jijik, "Kalau diculik yang kau maksud adalah sebuah pesta keren rahasia dengan botol wiski dan pria seksi. Aku rela diculik selamanya"

"Kau sedang berpesta?" Tanya Jetamine tertarik sambil melirik kecil kearah jam dinding didekat dapur. Jam setengah satu pagi. Masih terlalu awal untuk berada dirumah.

"Ya, kau mau datang?" Tanya Johnny.

"Apa boleh? Maksudku, aku tidak terlalu kenal dengan orang yang ada disana. Ini pesta perkumpulan kan?"

"Kalau begitu aku akan mengenalkanmu pada semuanya. Ayolah, kau berhutang cerita padaku kenapa kau bisa ada di Paris tanpa memberitahuku."

Jetamine tersenyum senang lalu membalas, "Oke. Kirim saja lokasinya."

"Oksi doksi, sweetheart" Kata Johnny sambil menutup teleponnya. Tak lama kemudian, sebuah lokasi dikirim oleh Johnny.

Senyuman Jetamine semakin lebar lalu melirik ke televisi yang masih menyala, "Maafkan aku, Lucifer. Ada janji yang harus ditepati" Katanya sambil mematikan televisi.

-000-

Jetamine keluar dari dalam taksi dan melihat jalan setapak kecil menuju hutan buatan yang barusan diberitahu oleh Johnny. Ternyata ada hutan seperti ini dikota besar seperti Paris. Jetamine sempat terkejut sesaat lalu mendengar langkah kaki dari orang yang berada dibelakangnya.

Siaga, Jetamine melihat kebelakang dan mendapati tiga orang pemuda yang memakai hoodie dan menenteng sekardus botol wiski memandang heran kearah Jetamine.

"Sedang apa kau disini, nona? Tersesat?" Tanya seorang diantara mereka yang memakai pierching sambil menyeringai.

"Umm. Aku sedang mencari temanku. Johnny Strick. Kalian tahu?" Tanya Jetamine.

"Oh si peanut. Yah, kami mengenalnya. Pacarnya salah satu anggpta geng kami. Ayo ikut kami." Kata seorang lain yang memakai kupluk dan membawa rokok.

Jetamine hanya tersenyum lalu mengikuti ketiga pemuda itu dari belakang. Hening sebentar lalu pemuda yang berpierching membuka suaranya.

"Jadi, siapa namamu?" Tanyanya.

"Jetamine. Kalian?"

"Aku Eric." Kata Si pemuda berpierching sambil tersenyum kecil lalu menepuk dada pemuda yang dari tadi diam saja, "Ini Chlo dan yang sana David."

David membalas dengan melambaikan tangannya kearah Jetamine. Gadis itu tersenyum lebar lalu mengangguk. Pria-pria didepannya ternyata ramah juga.

"Apa kau baru disini, Jets?" Tanya Chlo –pemuda yang sedari tadi diam- dengan aksen Aukland yang kental sekali.

"Yaps. Baru sehari yang lalu."

Chlo hanya menganggukkan kepalanya mengerti lalu mereka tak berkata apapun lagi. Suasana hening sampai telinga Jetamine mendengar suara musik keras yang diikuti oleh teriakan orang ramai. Senyum Jetamine terkembang lagi.

"Itu Johnny" tunjuk David kearah seorang pria yang sedang bersandar ke bahu pria lain disekat api unggun.

Jetamine mengangguk lalu tersenyum kearah mereka bertiga, "Thanks, guys" katanya yang dibalas dengan anggukan dari ketiga kepala beda warna itu. Jetamine melangkahkan kakinya kearah Johnny dan menendang pelan sepatu mahalnya.

"Ah, hei, princess." Kata Johnny yang langsung mencium dan memeluk Jetamine. "Kenalkan pacarku, Dean. Dean, Jetamine."

"Hey" sapa Dean kecil lalu tak lama berjalan pergi setelah mengecup kening Johnny mesra.

"Jadi..." Johnny menepuk tempat duduk disampingnya; menginstruksikan Jetamine agar duduk yang diikuti oleh gadis itu dengan senang hati, "Bagaimana paris?".

"Hehehe, kecuali pria yang ada didepan kamarku, semua bagus-bagus saja kok" Jetamine duduk lalu memperhatikan Johnny membuka kaleng bir dan menyodorkannya kearah Jetamine.

"Ah tidak. Toleransi alkoholku rendah." Tolak Jetamine halus.

Johnny mengangkat alisnya tak mengerti, "Kau.. apa?" Johnny melihat Jetamine dan kaleng wiskinya bergantian, "Aku tak tahu kau tak pandai minum. Apa yang kau lakukan dalam hidupmu?"

"Bercinta."

Johnny memutar bola matanya bosan, "Ugh.. dasar menjijikkan."

Jetamine tertawa lalu mulai bercerita bagaimana dia bisa berada di Paris, atau lebih tepatnya dipindahkan ke Paris. Sampai akhirnya telinganya mendengar suara berisik dari dekat api unggun.

"Perhatian perhatian! Karna malam sudah semakin larut dan aku dengar ada anak baru yang masuk kedalam pesta, bagaimana jika kita memainkan sebuah games?"

Seorang pemuda dengan kaos putih dan celana jeans rebel berdiri diatas bangku plastik dan menggoyangkan botol minuman di tangan kanan dan kirinya. Idenya dihadiahi sambutan meriah oleh seluruh orang dan mereka mulai menyusun meja kecil dan beberapa gelas kertas.

"Untuk apa mereka melakukan itu?" Tanya Jetamine.

"Akan diadakan lomba minum, bodoh. Apa kau tidak melihat botol-botol bir yang disediakan. Ini 'tuh adat kami jika ada orang baru yang muncul ke pesta."

Johnny menghentikan bicaranya lalu melirik kearah Jetamine cepat, "Sial, Jets. Kau kan orang baru!"

Jetamine mengerutkan alisnya tak mengerti, "Memangnya kenapa?"

Johnny sedikit mencubit Jetamine gemas, "Apa kau tidak sadar. Yang akan ditandingkan itu kau dan kau tidak pandai minum! Astaga mampus".

Jetamine seketika membulatkan matanya setelah otaknya dapat mencerna dengan baik setiap kata yang dilontarkan Johnny.

Sementara pemuda cantik itu mengumpat-umpat tak jelas, yang bisa Jetamine lakukan hanyalah mematung dan berharap ada orang baru selain dia yang rela ditumbalkan.

***
Di republish karna salah pemakaian antara nama Dean dan Johnny.

RICH AND RICHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang