Bab 12 - Bad days, Bad Mood (2)

6.1K 242 10
                                    

Jetamine memakan gulali dikedua tangannya rakus. Malam ini, pria gila disampingnya bersedia mentraktirnya entah kenapa. Tak membuang kesempatan, Jetamine berhasil membujuk Leoniel membeli dua buah gulali dan sepuluh bungkus roti kacang untuk di apartemen nanti. Lumayan, kan.

"Kau mau bawa aku kemana sih?" Jetamine membuang tangkai gulalinya sebarangan, Leoniel hanya mendecak melihat itu lalu membuang muka.

"Ke menara eiffel."

Mata Jetamine membulat, menara effel? Pria ini ternyata beneran gila. Dia mengajak Jetamine jalan kaki sepanjang dua kilometer? Jetamine mendelik kesal lalu memukul lengan Leoniel keras.

"Agh. Apasih?!" Leoniel mengusap tangannya cepat. Pemuda bermata hijau terang itu mendelik kearah Jetamine yang dibalas pelototan oleh sang gadis Joarch.

"Kau mau membawaku kesana jalan kaki?"

Leoniel tampak berpikir lalu menganggukkan kepalanya pelan dan menyeringai, "Kenapa? Kau tiba-tiba manja?"

"Bukan manja bodoh. Kau mau buat kakiku patah?"

Leoniel melihat kebawah kearah kaki Jetamine yang telanjang dibalik kemeja kebesarannya lalu tersenyum kecil dan mengalihkan perhatian ke kiri, berusaha tak memelototi kaki jenjang milik gadis didepannya.

"Jadi kau mau pulang saja?" Leoniel memasukkan tangannya kedalam kantong sedangkan Jetamine mengerucutkan bibirnya berpikir.

"Memangnya kau kesana buat apa?" Tanya Jetamine kesal. Leoniel tampak berdecak lagi lalu menarik tangan Jetamine.

"Sudahlah, ayo."

Jetamine menarik lengannya kasar dari tangan Leoniel, "Ah, capek. Ayo pulang."

Jetamine hendak membalikkan tubuh sebelum Leoniel menarik tangannya lagi, "Oke-oke. Kalau aku kasih tahu mau ngapain, kau mau ikut kan?

Kening Jetamine berkerut lagi lalu melihat Leoniel dari atas kebawah. Sontak prasangka buruk nya tentang Leoniel yang bekerja menjadi pembunuh bayaran melintas kekepalanya sampai membuat Jetamine mundur dua langkah.

Leoniel menatap aneh Jetamine, "Apa? Kenapa?"

"Kau... bukan pembunuh bayaran kan?"

Leoniel menyeringai menatap Jetamine yang masih melihat aneh dirinya lalu tanpa basa-basi melangkah kedepan Jetamine sampai gadis itu terkejut, "Iya, memang kenapa?"

"Sinting. Oke. Kita kesana."

"Kenapa tiba-tiba mau?" Tanya Leoniel lagi. Aneh sekali, kenapa Jetamine mau ketika Leoniel bilang dia pembunuh bayaran?

Jetamine mendecak kebelakang, "Aku mau tahu kau kerja apa sampai bisa mengatakan kau lebih kaya dariku."

Leoniel terkekeh geli lalu merangkul pundak Jetamine dan sedikit menariknya dekat, "Jangan begitu dong. Perusahaanmu itu tidak ada apa-apanya  dengan pemasok uangku."

Lirikan Jetamine berubah setajam silet. Tidak ada apa-apanya katanya? Jetamine bahkan setuju dipindahkan ke Paris hanya gara-gara perusahaan sialan ini, dan dia bilang ini tak seberapa. Memangnya pemuda ini kerja apa deh?

"Gausah sombong. Ayo cepat jalan." Jawab Jetamine dingin sambil menarik tangan Leoniel lebih kencang lagi.

****
Jetamine berhenti dan mengurut punggungnya. Dia capek sekali. Sudah lebih dari sepuluh menit, menurut perkiraannya, mereka berjalan. Bahkan jemarinya yang sedang memegang bungkusan jajanannya saja sudah sakit.

Melirik Leoniel yang berjalan dua langkah didepannya tanpa memerhatikan Jetamine yang sudah mengeluh, gadis itu mengangkat belanjaan ditangan kanannya dan memukulkan plastik itu ke bahu Leoniel pelan.

"Apa sih?" Leoniel menatap Jetamine kesal. Sudah sedaritadi gadis didekatnya ini memukulnya. Tak sakit memang, tapikan kesal juga. "Kau mau apa?"

Jetamine meletakkan plastik belanjaannya sembarangan lalu mengibas-ngibaskan tangannya, "Aku capek."

"Kita baru berjalan seratus meter dari tempat yang tadi."

"Pokoknya aku capek."

Leoniel menghela napas lelah lalu memunggungi Jetamine sambil menggoyangkan tangannya dibelakang punggung, "Ayo cepat naik."

Jetamine hampir saja meloncat keatas punggung Leoniel sebelum mengurungkan niatnya, "Ah tidak deh."

"Kenapa?" Leoniel menolehkan kepalanya kebelakang.

Berdecak sebal, Jetamine menatap Leoniel aneh, "Aku tak mau baju mahalku kotor."

Mata hijau Leoniel membulat sesaat laly berdecak kesal, "Kau juga pakai gaun tidur murahan kok."

Memang sih. Sekarang Jetamine hanya memakai gaun tidurnya saja karna tak sempat mengganti baju karna Leoniel yang langsung menariknya keluar dari apartemen. Sebenarnya, Jetamine juga ingin digendong oleh Leoniel mengingat kakinya yang hampir bengkak. Tapi, gengsi dong.

"Mau naik atau engga?" Tanya Leoniel cepat sambil menggoyangkan tangannya lebih kencang lagi.

Jetamine tampak berpikir lalu langsung mengalungkan tangannya keleher Leoniel, "Jangan modus, ya"

Mendenguskan nafasnya kesal, Leoniel menggelengkan kepalanya pelan, "Dasar manja."

****

Sesampainya di halaman menara eifell, Jetamine langsung ternganga melihat mobil sedan yang berkilat cantik menandakan masih baru didepannya. Matanya langsung melihat Leoniel menerima kunci dari seorang bell boy, lalu tersenyum sinis kearah Jetamine, walaupun pria itu masih ngos-ngosan karna menggendong Jetamine sejak tadi.

"Kau suka mobilku?" Kata Leoniel dengan nada sombong yang tidak dibuat-buat.

Jetamine bersiul menggoda lalu menggesekkan kedua jarinya kearah kaca depan mobil lalu berdecak kagum, "Ini mobilmu?"

Leoniel mengangguk cepat, "Yaps. Keren kan?"

Jetamine mendengus iri saat mendengar nada kebanggaan yang kental dari suara beraksen skotlandia Leoniel. Pemuda itu benar-benar sombong. Mungkin karna ini dia senang, makanya sedari tadi Leoniel sampai bermurah hati membelikan banyak roti kacang.

Mengangkat roti kacangnya keudara, Jetamine menahan senyumannya. "Kau membeli mobil semahal ini, tapi hanya memberiku roti kacang?"

Senyum Leoniel memudar dan berdecak kesal, "Dasar matre. Emang kau mau apalagi?"

Jetamine mengetuk kepalanya cepat lalu melirik kearah toko minuman yang ada diseberang jalan. Matanya melirik Leoniel semangat dan menunjuk toko minuman itu.

"Kita harus merayakannya!" Setelah berteriak seperti itu, Jetamine mendudukkan dirinya dengan nyaman di sofa mobil baru Leoniel lalu menarik kaos pemuda itu agak kasar.

"Tapi kan dirumahmu banyak minuman juga." Leoniel bertanya sambil tetap memutar kunci mobilnya, dan mulai berjalan pelan.

"Wine dirumahku murahan."

Leoniek mengangguk pelan lalu teringat akan sesuatu, "Bukannya kau gabisa minum?"

"Tenang saja. Aku akan minum jus saja nanti sebagai gantinya. Oke?" Jetamine tersenyum senang kearah Leoniel yang dibalas pemuda itu dengan kekehan kecil tanpa menjawab apapun. Kali ini, biar saja Jetamine yang mengatur semuanya, Leoniel hanya akan ikut saja.

RICH AND RICHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang