Sudah tiga hari berlalu semenjak malam itu, namun Jetamine tak pernah mendapat kesempatan lagi untuk berbicara dengan Sero. Begitu juga dengan Nirle dan Ian.
Jetamine hanya pernah bertemu dengan mereka di meja makan, itupun hanya di pagi hari. Saat malam, biasanya hanya ada dia dan Caroline, walaupun terkadang, Leoniel ikut bergabung bersama mereka. Caroline juga tak pernah mau membuka pembicaraan.
Dia bosan!
Jetamine bukan orang yang pendiam seperti ini. Memang, biasanya di malam hari, Leoniel selalu menemaninya bicara sebelum tidur. Tapi Jetamine juga tahu, saat malam, Leoniel tak mendengarnya sepenuhnya. Pria itu bahkan selalu terkantuk-kantuk kalau arah pembicaraan Jetamine terlalu panjang.
Menghela nafas kesal, pikiran Jetamine kembali kemasa sekarang, seperti biasa, Caroline meletakkan sendoknya dan berniat mencuci piring yang ada, tentu saja tanpa berbicara apapun.
Jetamine yang memang sudah sejak tadi menyiapkan santapannya memutuskan untuk ikut bangkit.
"Saya bantu ya." Tawar Jetamine pelan.
Mata coklat Caroline mendongak, lalu melihat Jetamine yang sedang menyusun piring-piring kotor dalam diam. Dia terpaku pada kuku-kuku indah milih Jetamine lalu berseru,
"Sepertinya kau bukan tipe perempuan yang senang menyuci piring."
Jetamine terkesiap. Matanya melirik kearah tatapan Caroline lalu tersenyum kecil, "Ah tidak kok. Aku malahan senang jika membantu."
Caroline mendelik kearah Jetamine. Matanya berkilat tak suka. Mendengus pelan, dia akhirnya membiarkan Jetamine melakukan apapun yang dia mau.
"Aku saja yg sabuni. Kamu yang membilas." Kata Caroline pelan.
Dia sedikit mendorong pinggul Jetamine kesamping, membuat Jetamine mengernyit tak suka. Ternyata... teman ceritanya kali ini sudah jelas tak menunjukkan keinginan yang sama.
Tapi dia tak mau menyerah begitu saja kan?
Jadi, sambil menerima uluran piring yang sudah bersabun dari tangan Caroline, bibir seksi kesukaan Leoniel itu pun membuka,
"Saya dengar, anda punya butik?" Tanya Jetamine pelan.
Jetamine memang sempat bertanya kepada Leoniel kemarin tentang kesibukan dari Caroline. Wanita itu punya sebuah butik besar sebelum menikah dengan ayahnya. Tapi kata Leoniel, dia justru tak tahu menahu butik itu terdapat dimana.
Yang pemuda itu tau, butik tersebut sering menyelenggarakan sebuah acara pembukaan setiap dua bulan sekali untuk meluncurkan berbagai macam tipikal baju-baju baru.
Jetamine juga seperti itu dengan butiknya, bedanya, Leoniel lebih tau tentang butik Jetamine daripada ibu tirinya tersebut.
Caroline melirik lagi Jetamine tanpa minat lalu menghela nafas kecil, "Masih berusaha, heh?"
"Berusaha... apa?"
Jetamine benar-benar tak mengerti. Dia hanya bosan! Sudah tiga hari ponselnya sengaja dia matikan untuk mengurangi resiko pelacakan dirinya. Dia tahu sekarang ini, pasti keluarganya sudah mengetahui dia tak ada di Paris, dan mencarinya seperti orang gila.
Memang Jetamine sering menghilang tiba-tiba, tapi itupun pasti selalu dia beritahukan terlebih dahulu. Jadi, jika dia tidak minta izin, sudah tahu kan mereka akan segila apa?
Caroline melirik Jetamine lagi, "Berusaha untuk mengubah statusmu." Kata Caroline sadis, wanita itu sedikit tersenyum lalu melanjutkan, "Sero cerita, kalau kamu menceritakan pengalaman masa kecil Leoniel.... berusaha menarik hati ternyata?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...