Leoniel mengerutkan dahinya mendengar pernyataan Jetamine. Gadis itu masih saja menatapnya lurus sambil menunggu dengan sabar. Membantu Jetamine terdengar menyenangkan. Itu artinya Leoniel akan menghasilkan waktu lebih lama didekat Jetamine.
Gadis ini cantik. Belum lagi sifatnya yang hampir tak tertebak, Leoniel yakin beribu persen, masalah gadis ini sama ribetnya dengan dirinya.
"Ceritakan padaku..." Leoniel mengambil rambut Jetamine yang terjuntai didekatnya. Memilin helaian lembut itu dengan kedua jarinya sembari memperhatikan tingkah Jetamine yang tersikap, "...ada apa dengan kakekmu?"
Jetamine menyeringai sinis lalu memperbaiki posisi duduknya hingga gadis itu sekarang tidak lagi berhadapan dengan Leoniel. Pelan, Jetamine menyenderkan kepalanya kebelakang, memberi akses luar biasa bebas pada mata Leoniel kearah lehernya yang bersih.
Ada jeda lama yang menyenangkan antara mereka berdua. Mata Leoniel masih saja menatap leher milik Jetamine, tetapi kali ini sambil menahan keinginan untuk mendaratkan satu dua kecupan disana.
"Aku..." Leoniel langsung memalingkan pandangannya, "...bisa dibilang pantas mendapatkan kemarahannya." Sambung Jetamine sambil menutup matanya.
Leoniel tetap diam. Membiarkan Jetamine melanjutkan perkataannya.
"Dulu aku hampir saja menghancurkan hidup seseorang. Kupikir itu tindakan yang bagus untuk sedikit mempengaruhi kakekku, kukira tidakanku akan membuatnya semakin menyayangiku. Tapi aku tak sadar, dengan berbuat seperti itu, aku mengacaukan semuanya."
Jetamine membuka matanya lalu menatap Leoniel dalam diam. Pemuda itu tak menjawab apapun. Dia juga tak tampak seperti ingin bertanya lebih lanjut.
"Kau tahu? Aku tak nyaman membicarakan kakekku di hari ulang tahunmu."
"Tidak apa. Toh hari ini juga tak terlalu penting bagiku." Leoniel mengangkat bahunya lalu menghela nafas kecil. "Temanmu tak jadi datang ya?"
Perkataan Leoniel membuat Jetamine teringat akan Johnny. Ini sudah larut tapi Johnny belum juga datang. Dengan sedikit emosi, Jetamine mengambil teleponnya dimeja lalu mencari nama Johnny dalam daftar kontaknya.
"Aku akan menelponnya." Jetamine mendekatkan teleponnya ketelinga, dan berhasil, pemuda itu mengangkat tak lebih dari dua detik kemudian.
"Hallo?"
"Sebenarnya kau ada dimana sih?" Tanya Jetamine kesal. Matanya melirik Leoniel yang berdiri dari sofa dan melangkah kedapur.
"Aku tidak jadi datang, babe. Pacarku mendadak punya pesta lebih seru. Sampaikan maafku pada temanmu ya!"
Jetamine menggertakkan giginya kesal, "Kau bajingan, Johnny" Lalu tanpa basa-basi Jetamine menutup teleponnya.
Bersamaan dengan itu Leoniel datang membawa dua botol minuman dan satu buah papan permainan yang dikepitnya di lengannya. Jetamine menatap itu bingung.
"Johnny tidak jadi datang." Jetamine tetap menatap Leoniel bersalah. Harusnya mereka sudah merayakan pesta Leoniel entah dimana jika tidak menunggu Johnny. Sekarang sudah hampir tengah dua belas malam, itu artinya hari ini akan hampir selesai dan Leoniel belum mendapatkan pesta yang pantas. "Maafkan aku."
Leoniel mengangkat sebelah alisnya lalu mendengus geli, "Tak perlu minta maaf. Aku juga sedang tak bersemangat untuk berpesta."
"Tetap saja." Jetamine menunduk sedih. Gadis itu bingung harus merayakan seperti apa lagi. Sudah tak sempat untuk memikirkannya.
Asik melamun, Jetamine dikejutkan oleh rasa dingin di pipi kirinya. Gadis itu melihat Leoniel menempelkan gelas bertangkai yg terlihat berembun kedirinya sembari tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...