Peristiwa Ian dan Leoniel minggu lalu tak berhenti disitu saja. Ian memang tak lagi muncul dihadapannya setelah dia tahu jika mereka tinggal berdekatan. Jetamine juga tak mengatakan apa-apa, gadis itu menutup mulutnya rapat, tak pernah membahas tentang Ian lagi, seakan Ian memang tak pernah bertegur sapa dengannya.
Seperti saat ini, Leoniel melirik kekirinya. Sekarang, dia dan Jetamine sedang makan siang di sebuah restoran Jepang didekat kantor gadis itu. Tadi pagi, Leoniel memang sudah berkata ingin berjumpa, membahas sesuatu katanya.
"Aku baru tahu Onigiri disini enak." Kata Leoniel berbasa-basi setelah hampir dua puluh menit berdiam diri, sedangkan Jetamine yang mendengar perkataan pemuda itu hanya menggerakkan bahu tak perduli.
"Kau tahu apalagi yang enak disini?" Balas Jetamine sambil mengigit Onigirinya. Netra gadis itu berkilat jenaka. "Apa?" Leoniel menjawab pelan.
Kekehan kecil terbit dibibir Jetamine, lalu kemudian dia menunjuk Leoniel menggunakan sumpitnya, "Kau." Balasnya singkat membuat desiran aneh muncul didiri Leoniel. Digoda seperti itu oleh Jetamine membuatnya merasakan perasaan campur antara jijik dan malu.
Leoniel menggelengkan kepalanya lalu pemuda itu tak menjawab lagi. Dia sibuk melihat-lihat restoran kecil yang sedang mereka datangi itu dengan seksama. Bingung mau bilang apa lagi. Sampai akhirnya, Jetamine meletakkan garpunya.
"Tumben sekali kau ingin bertemu tadi. Mau bahas apa?" Jetamine menumpukan tangannya ke pipi kirinya sambil menatap Leoniel bosan. Suda berapa lama mereka berteman -kenal- sampai Jetamine tak menyadari ada gelagat aneh dari Leoniel.
Pemuda ini sedang ingin bertanya sesuatu, tapi sepert biasa dia sok misterius.
"Besok hari ulangtahunku..." Mata Jetamine langsung membulat lucu dibarengi dengan nada tersikap yang sangat dramatis, membuat Leoniel langsung memutar bola matanya, "...Jadi rencananya aku ingin buat pesta. Kecil-kecilan saja."
Mood Jetamine yang sudah naik mendengar katapesta tadi mendadak surut kembali setelah Leoniel mengeluarkan kata haram: kecil-kecilan saja. Satu lagi hal beda dari sudut pandang Leoniel dan dirinya. Menurut Jetamine, yang namanya pesta -apalagi sebagai pesta ulang tahun- harusnya diadakan meriah.
"Kenapa reaksimu langsung lemas begitu?" Tanya Leoniel heran. Pemuda itu mengulurkan tangannya kegelas minumannya dan menyereput teh manis dingin didalamnya kencang.
Jetamine mengerucutkan bibirnya, "Kenapa harus kecil-kecilan. Dasar miskin." Katanya sambil menyeringai kecil membuat Leoniel yang memandang hanya memutar bola matanya.
"Mau datang apa tidak?"
Suara Leoniel terdengar malas dan sedikit memaksa, membuat Jetamine langsung menyimpan baik-baik hinaan yang mungkin saja akan dikeluarkannya. Sepertinya, Leoniel tidak dalam mood yang baik. Pemuda itu memang terlihat letih, lesu dan tak bertenaga akhir-akhir ini.
"Oke. Dimana?" Tanya Jetamine langsung.
Leoniel hanya melihatnya lama alu mengangkat bahunya tak perduli, "Diapartemenku?" Ucapnya pelan. Jetamine yang mendengar itu langsung memandang Leoniel seperti hantu. Hilang sudah ekspektasi 'pesta kecil-kecilan' yang sudah diimajinasikannya dalam benaknya.
"Itu bukan pesta namanya, itu artinya kau mau buat acara menginap dirumahmu!" Jetamine tertawa sambil memukul bahu bidang Leoniel agak keras. Gadis itu menggelengkan kepalanya tak percaya, karna sekali lagi, pemuda itu tak menjawab apa-apa.
Benar-benar seperti mayat hidup!
Jetamine berdeham kecil lalu menjawab, "Boleh tidak aku bawa teman?" Tanyanya penuh harap, Leoniel hampir saja menolak jika tidak melihat wajah Jetamine.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...