Bab 11 - Bad Days, Bad mood (1)

7.3K 268 9
                                    

Televisi langsing berwarna hitam itu menampilkan dua pasang manusia sedang berciuman panas. Sang lelaki dalam pemeran utamanya mendorong sang pemeran wanita keatas kasur dan mulai meraba-raba dada milik wanita itu saat suara dentingan bel bergema diseluruh ruang tengah.

Jetamine menolehkan kepalanya malas kearah pintu mahoni apartemennya lalu mendengus malas. Tangannya meletakkan ember berisi berondong jagung yang sedari tadi dimakannya keatas meja dan melangkah lunglai kearah pintu.

Pasti tamu tak penting lagi, pikirnya malas. Sudah dari tadi pagi, Jetamine kedatangan tamu tak penting, mulai dari tukang sampah, tukang surat, sampai tukang air yang datang mengatakan bahwa saluran air miliknya tersumbat dan menyebabkan kebocoran tingkat parah kepada apartemen dibawahnya.

Hari sabtunya hancur sudah.

Suara dentingan bel terdengar lagi lalu dengan tenaga yang hampir tak bersisa, Jetamine membukanya sedikit. Menolehkan kepalanya untuk mencari tahu, Jetamine berhadapan dengan wajah Leoniel yang sedang tersenyum lebar.

"Hi."

Jetamine mendecih kecil lalu hendak menutup pintu sebelum setengah tubuh Leoniel terselip diantara pintu seperti sandwich versi gore.

"Apa?" Tanya Jetamie sengit. Sungguh, Jetamine tak punya masalah dengan Leoniel, tapi pemuda itu selalu datang disaat moodnya berantakan sehingga membuat Jetamine menganggap Leoniel sebagai sebuah pertanda buruk.

"Aku bosan. Kau sedang apa?" Tanya Leoniel lagi. Pemuda itu mengintip dari celah pintu sebelum Jetamine semakin merapatkan pintunya. Tak mengizinkan Leoniel untuk melihat lebih jelas.

"Aku sedang nonton." Jetamine menatap Leoniel datar.

"Nonton apa?"

"Bukan urusanmu."

"Dasar pelit." Leoniel mendecih kecil lalu mengerutkan alis kepada Jetamine.

"Terserah."

Leoniel ingin membuka mulutnya untuk membalas lagi sebelum suara desahan keluar dari dalam apartemen Jetamine membuat pemuda bermata hijau itu membulatkan matanya.

"Kau menonton film porno?!" Tuduh Leoniel kencang. Pemuda itu masih mengangakan bibirnya tak percaya, sedangkan Jetamine menatapnya datar.

"Kalau iya, kenapa?"

Leoniel tampak berpikir dan menyahut lagi, "Kalau gitu kau tak boleh menonton sendiri. Aku ikut." Leoniel semakin mendorong badannya kedalam sementara Jetamine semakin menjepit pemuda itu ditengah pintunya.

"Ah!" Pemuda berdarah Skotlandia itu mengerang. Badannya sudah tak bisa bergerak akibat terjepit, "Kau mau membuatku mati?"

Jetamine menatap datar Leoniel, "Iya."

"Jahaaaat. Ayolah biarkan aku masuk. Apartemenku ada hantunya." Leoniel mengerutkan alisnya kearah Jetamine, mencoba menarik belas kasihan.

Memutar bola matanya, Jetamine menaruh kedua tangan dipinggang sambil menyipitkan bola matanya curiga, "Dulu kau menakut-nakuti ku masalah hantu, sekarang kau beralasan ada hantu diapartemenmu untuk masuk kedalam rumahku. Kau pikir aku percaya, huh?"

Leoniel terdiam sejenak lalu menatap Jetamine lagi, "Aku serius. Gedung apartemen kita ini angker. Apa kau tak tahu..."

Jetamine menyipitkan bola matanya lagi. Tak tahu apa?

"Kau tak tahu kan?"

Apa dia ingin menceritakan kisah bodoh lagi?

"Jangan bilang kau tak tahu ini, Jets!"

Oke, baiklah. Jetamine penasaran sekarang. Gadis itu melangkah mendekat kearah Leoniel yang masih terjepit ditengah pintu.

"Apa?"

"Sebenarnya... gedung apartemen kita ini..."

"Iya?"

"Bekas kuburan terus dihancurkan jadi rumah sakit."

Jetamine merasakan otaknya tersengat. Bukan karna terkejut, tapi karna merasa dibodohi. Sedangkan Leoniel, pemuda itu tertawa lepas seperti orang kerasukan melihat leluconnya yang berhasil. Dimata Jetamine, Leoniel yang terjepit diantara pintu dan sedang tertawa keras saat ini lebih seperti cicak yang sekarat karna tertimpa batu.

Miris.

"Hentikan itu. Kau pikir gedung ini sekolah sd?"

Jetamine membuka rantai sanggahan pintu miliknya dan membiarkan Leoniel terbebas karna... kasihan. Pemuda itu memijat-mijat pinggulnya dan menoleh kearah televisi Jetamine yang menampilkan latar sekolahan.

"Loh? Mana? Kau bilang kau menonton film porno? Aku padahal sudah siap melihat wanita telanjang tadi." Leoniel duduk dibangku sofa dan mengambil berondong jagung milik Jetamine dan memakannya tanpapermisi.

Gadis Noarch itu hanya memutar bola matanya bosan, "Aku menonton American Pie dan kau mengangguku." Jetamine duduk disamping Leoniel lalu mengambil remote televisinya dan mengeluarkan sebuah kaset.

"Loh? Kita tak jadi menonton American Pie?" Tanya Leoniel.

"Tidak. Aku mau menonton horror." Jetamine mengeluarkan kaset The Greatest Showman dari dalam tempat dvdnya.

"Ehm... Itu musikal."

"Semua genre film akan menjadi horror kalau aku tidak mood menonton."

Leoniel mengerutkan alis aneh. Matanya menatap wajah suntuk Jetamine dari samping lalu menghela napas dan berdiri. Jetamine menatapnya aneh sedangkan Leoniel hanya tersenyum kecil.

"Kalau gitu ngapain nonton." Leoniel memasukkan tangannya kedalam kantung jeans miliknya dan mengeluarkan sebuah kunci mobil lalu memutar-mutarnya diudara.

Jetamine yang melihat itu hanya terkekeh, "Kau ingin mengajakku jalan menggunakan mobilmu?"

"Tidak kok... Kenapa kau bilang begitu? Aku 'kan hanya ingin memutar-mutar kunci mobilku saja." Leoniel tersenyum lalu menaruh kunci mobilnya diatas meja.

Jetamine ternganga memandang Leoniel. Pemuda ini... apa memang dia yang tak bisa Jetamine baca atau karna Jetamine yang terlalu pede? Menggaruk kepalanya kasar, Jetamine bersandar kesofa belakangnya sembari memandang Leoniel dari bawah.

"Jadi kenapa kau berdiri terus? Ayo duduk filmnya akan kumulai."

Leoniel menggerakkan jari telunjuknya kekiri dan kekanan, "Apa aku bilang aku tak mau mengajakmu jalan-jalan?"

Jetamine menegakkan badannya sekali lagi, "Jadi kau mau mengajakku jalan kemana?"

"Tidak kemana-mana."

"Asshole." Maki Jetamine kecil cenderung berbisik.

Leoniel terkekeh lagi, "Aku bercanda. Ayo pergi."

"Kemana?" Tanya Jetamine lagi, berharap lebih.

"Pergi tidur maksudku, sudah malam." Leoniel terkekeh melihat wajah masam Jetamine yang semakin kecut bahkan pahit.

"Bajingan brengsek ini..." Kesal dipermainkan, Jetamine mematikan televisinya dan bangkit berdiri. Gadis itu berbalik ingin menuju kamar tapi tak sampai sejengkal dia bergerak, Leoniel bersuara lagi.

"Mau ngapain?" Tanya Leoniel.

"Tidur."

Leoniel terkekeh lalu mengambil siku tangan Jetamine dan menyeret gadis itu keluar kamar.

"Mau kemana?" Tanya Jetamine kasar.

Leoniel menghentikan langkahnya lalu melihat kebelakang dan tersenyum kecil, "Keluar. Cari angin."

****
A/n :
Iya aku tahu pendek, dah gitu banyak gulanya lagi, walopun gulanya masih pahit, awas diabetes loh XD

RICH AND RICHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang