Jetamine mendorong bahu Leoniel yang sekarang ada diatasnya. Setelah makan pagi, Leoniel memang berpura-pura untuk menghidupkan mobil dan berlagak ingin pergi. Pria itu bahkan sudah mengeluarkan mobilnya dari garasi dan berpura-pura berpamitan dengan Jetamine sedrama dan selama mungkin.
Dia mencium, memeluk, memegang tangan Jetamine dan mengacak-acak rambutnya seperti akan berpisah selamanya.
Sampai ketika mobil Nirle dan Ian pergi, barulah Leoniel mematikan mobil dan mengganti jasnya menjadi baju rumah kebesarannya.
Sebenarnya jika bisa dibilang, Jetamine senang-senang saja. Dia suka Leoniel meliburkan diri dengannya. Selama mereka disini, pria itu jadi seperti orang sibuk yang selalu datang ke kantor, berbeda saat dia di Paris yang cenderung di rumah terus seperti pengangguran.
Jetamine juga tak tahu apa rencana Leoniel sesungguhnya. Yang Jetamine tahu, dia harus ikut berakting dan mengikuti permainan Leoniel dan Ian saja.
Seperti sekarang.
Tangan Jetamine mengelus rambut Leoniel lembut saat pria itu memutuskan untuk menumpuk berat badannya kedada Jetamine dengan meniduri gadis itu.
Ya, meniduri dengan bahasa yang sebenar-benarnya. Leoniel bahkan tidak menahan berat tubuhnya sama sekali sampai dada Jetamine terasa sesak.
"Menurutmu... apa yang sedang dilakukan oleh Ian?" Tiba-tiba, Leoniel membuka mulutnya.
Pertanyaan itu membuat tangan Jetamine berhenti dari gerakannya mengelus rambut Leoniel. Gadis itu bergumam, "Mungkin saat ini mereka sedang mengukur baju?"
Hanya jawaban itulah yang paling realistis yang bisa dipikirkan Jetamine.
"Mungkin... saat ini mereka sedang berciuman di fitting room." Mata Jetamine terbelalak saat mendengar perkataan Leoniel. Sudah jadi rahasia umum kalau gadis itu adalah seorang visualisizer ulung.
Saat ini, Jetamine bahkan sudah membayangkan Ian dan Nirle yang berciuman.
"Jangan mengada-ada. Ian sepertinya bukan pria semesum dirimu... Apalagi, Nirle itu kan masih calon istrimu, apa kau tidak cemburu saat mengatakan itu?"
Pertanyaan Jetamine yang mendadak mengungkit-ungkit status pertunangan dirinya dengan Nirle membuat Leoniel menyeringai senang.
"Apa kau cemburu saat mengatakan itu, Jets?" Tanyanya sambil menampilkan senyum lebar yang sepertinya sengaja dibuat menyebalkan.
Jetamine merasakan pipinya memerah sampai-sampai gadis itu tak berani melihat mata Leoniel.
"Tidak! Aku serius... kau sebaiknya menghentikan itu!"
"Menghentikan apa?"
"Menghentikan pikiran mesummu. Aku yakin Ian dan Nirle tak mungkin berciuman di fitting room!"
Leoniel tergelak lalu beranjak dari posisinya yang tidur di dada Jetamine, dia meraih gadis itu kedalam pelukannya sambil mencium sekilas kening Jetamine.
"Tidak apa-apa kok kalau cemburu. Wajar sih.."
Jetamine mendecak keras lalu memutuskan untuk tak menjawab godaan Leoniel.
Lalu, pria itu bergumam lagi, "Bagaimana ya... jika rencana kami tidak berhasil?" Leoniel sekarang sudah mengelus sisi lengan kanan Jetamine menggunakan tangan kirinya.
Gadis itu pun hanya menghela nafas. Dia juga bingung. Lalu dia mendongak menatap Leoniel dan tersenyum kecil.
"Kalau kau... kau akan melakukan apa?"
Leoniel mengangkat kedua bahunya malas, "Aku sudah bilang padamu kalau kita pergi saja dari rumah ini... aku juga tidak memerlukan ayahku... menurutmu... bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...