Hari sudah beranjak malam namun suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai masih terdengar di seluruh lorong gedung ini.
Tangan lelaki yang masih memakai seragam putih tersebut tergerak keatas untuk mengusap rambutnya yang sudah dipangkas rapi.
Gurat-gurat kelelahan tercetak jelas di wajah tampan miliknya, niatnya dulu, ketika dia sudah mendapatkan ijazah kelulusannya, dia tidak akan pernah mengikuti drama Dimitri lagi.
Tapi disinilah dia sekarang.
Di sebuah gedung untuk menemui kakeknya yang entah apa maunya kali ini.
Ketika dia berjalan, ada seorang perenpuan menyapanya. Dengan jas coklat yang perempuan itu sampirkan ditangan kirinya, jelas sekali dia baru akan pulang.
Ya, harusnya di jam yang sudah malam seperti ini, tidak ada lagi manusia yang ada di kantor. Tentu saja kecuali kakeknya, Jeremiah yakin kalo gedung bisa dinikahi, kantor ini sudah jadi istri keduanya.
"Loh? Tuan Jeremiah? Kok anda ada disini-- eh maksud saya. Anda bukannya sedang ada tugas terbang ya?"
Pria yang dipanggil Jeremiah tadi berdecak, "Biasa... kakek memanggilku. Entah apa dramanya kali ini."
"Ohh Presdir Dimitri? Dia memang sejak kemarin terlihat cemas seperti sedang banyak pikiran."
Mendengar itu, Alis Jeremiah mengerut penasaran. Ini bukan sekali dua kali kakeknya itu banyak pikiran, tapi biasanya ketika dia sudah mengumpulkan cucunua seperti sekarang, hanya ada satu..
Dimitri sedang ikut campur drama keluarga.
"Rein, apa sedang ada masalah di kantor?" Jeremiah bertanya lagi, dirinya ingin memastikan kalau memang masalah ini adalah tentang keluarga mereka.
"Ah tidak kok. Saya rasa presdir sedang ada urusan pribadi, Tuan." Rein, gadis yang berbicara didepannya ini menyeringai kecil, seakan tahu 'urusan pribadi' yang dia maksud tak lain dan tak bukan adalah urusan keluarga.
Hobi Dimitri yang ikut campur masalah pribadi keluarganya memang bukanlah suatu hal yang rahasia. Jangankan keluarganya, masalah pribadi kolega bisnis nya saja sering dia ikut campuri.
Walaupun, para karyawan disini seolah tutup mata soal hobi tersebut, tapi yang namanya rahasia umum, tetap saja banyak yang tahu, seperti sekelompok semut, mereka mengrogoti mentah-mentah apa yang mereka dapat.
Jeremiah mengangguk sekilas, "Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu, Makasih ya, Rein" Katanya sambil melangkah pergi. Tak lupa tangannya dia kibaskan ke depan Rein.
Perempuan itu tersenyum ramah, lalu mengangguk sopan. Setelah itu mereka pun berpisah arah; Leoniel melangkah menuju pintu besar milik Dimitri, sedangkan Rein menuju lift.
Pria itu bertanya-tanya dalam hati, Siapa yang akan dimainkan Dimitri kali ini?
Javier sudah.
Robert? Dia bahkan lebih suka bermain dengan anaknya daripada perempuan.
Gilbert? Nope. Pria itu sibuk dengan karirnya.
Gabriel? Tidak. Dokter sombong yang bahkan tidak mau lagi pulang itu tidak mungkin tiba-tiba buat masalah.
Jetamine?
Tidak mungkin. Dia kan sudah dikerjai sehingga dipindahkan ke Paris.
Jeremiah?
Hah.
Tidak!
Aku tidak mau diatur-atur!
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...