Jetamine terbangun hanya untuk merasakan kepalanya yang sakit dan berdengung. Gadis itu mengerutkan alisnya dan meringis sembari menggerakkan kedua tangannya untuk menekan pangkal hidung mancung yang dia miliki. Netra coklatnya memindah seluruh ruangan dan menyadari bahwa sekarang dia sedang berada di apartemen miliknya.
Dia menaikkan alisnya bingung dan mulai memikirkan apa yang terjadi padanya semalam. Setelah rencana Johnny yang kacau balau, gadis itu dipaksa meminum alkohol yang entah apa rasanya dengan gadis lain. Setelah itu... gelap.
Jetamine tak mengingat apa lagi yang terjadi padanya hingga dia bangun. Bahkan dia tak ingat siapa yang mengangkatnya masuk kedalam apartemennya. Tentu saja Johnny. Tapi bagaimana pemuda itu mengetahui kode pengaman apartemennya? Apa Jetamine secara tak sengaja memberitahukannya ke Johnny?
Ah.. semua pertanyaan terasa berputar dan bercampur aduk dan karna Jetamine tak ingin membuat kepalanya semakin sakit, gadis itu memilih untuk membuat segelas teh dicampur jahe untuk menghilangkan 'bekas kenakalannya' semalam.
Tangan Jetamine dengan lugas mengambil gula, bubuk teh dan jahe seibu jari dan meraciknya dengan telaten. Gadis bermarga Noarch ini sesekali menguap dan merenggangkan tangannya sembari menyeduh tehnya.
"Hari ini ngapain ya?" Tanyanya kedirinya sendiri.
Besok dia sudah mulai bekerja dan Jetamine tak ingin menyia-nyiakan waktu liburnya sedikitpun. Gadis itu sebenarnya ingin bersenang-senang tetapi dia sadar, acara 'bersenang-senang'nya semalam sudah gagal dan Jetamine terlalu malas untuk keluar rumah.
Akhirnya, dengan pertimbangan dan jadwal yang matang yang sudah disiapkannya dalam kepala. Jetamine memutuskan untuk menghabiskan hari minggunya dengan membersihkan rumah. Ah-ha! Jika ibunya tahu akan hal ini, nyonya besar itu pasti akan langsung membuat pesta besar mengingat anak gadisnya yang malas sudah semakin mau menjadi 'wanita'.
Jetamine mengambil pakaian kotornya dari keranjang kamar mandi dan menenteng keranjang itu ditangan kanan nya. Gadis itu akan mencucinya ditempat fasilitas laundry khusus dilantai bawah.
Setelah memastikan pintu apartemen tertutup, Jetamine mengambil pemen karet dari kantong celana panjangnya dan mengigit permen itu perlahan. Sesudah beberapa kali mengumbar senyum kepada tetangganya yang berpapasan di lorong dan menyapa sekuriti yang bertugas di lift, Jetamine sampai diruang laundry dan melihat ruangan yang dipenuhi oleh mesin-mesin cuci berbagai pintu itu sedikit ramai tapi tak terlalu padat.
Mendengus pelan, Jetamine melangkah kearah mesin cuci yang masih kosong dan mulai memasukkan pakaian kotornya sampai seseorang mengagetkannya.
"Hei." Katanya.
Jetamine melirik kekiri dan mendapati Leoniel sedang tersenyum kecil sembari memasukkan pakaian kotornya sendiri kemesin cuci yang berada disamping mesin cuci Jetamine.
"Dari sekian banyak mesin cuci yang masih kosong,apa kau perlu memakai yang berada disampingku, Leon?" Tanya Jetamine dengan nada sinis yang kentara.
Leoniel terkekeh geli lalu menyeringai kearah Jetamine, "Emangnya tak boleh ya? Toh aku juga ingin dekat dengan tetanggaku yang manis ini." Jawab pemuda itu sembari menoel dagu Jetamine dan terkekeh geli melihat reaksi sang gadis.
Jetamine mendenguskan nafasnya dan menggelengkan kepalanya, "Dasar aneh."
Setelah menekan tombol dimesin cuci dan membuat mesin cucinya berjalan, Jetamine melangkahkan kakinya menuju vending machine dan mengeluarkan uang dari dalam kantongnya. Gadis itu menekan sebuah minuman diet dan mengambilnya lalu menatap Leoniel yang bersandar di kaca mesin sambil menatapnya.
"Sebenarnya ada apa denganmu?" Tanya Jetamine.
"Memangnya aku kenapa?" Leoniel balas bertanya; membuat Jetamine memutar bola matanya dan menunjuk Leoniel.
"Kau seperti ingin memakanku."
Leoniel berkedip beberapa kali lalu menyeringai kecil, "Kenapa kau berpikir seperti itu. Aah... kau ingin kumakan ya?"
"Sebenarnya ada apa dengamu, sih?" Tanya Jetamine kesal.
Tatapan Leoniel seperti menyembunyikan sesuatu dari Jetamine. Gadis berambut ombre ungu itu menyipitkan matanya dan menepuk bahu Leoniel keras.
"Jangan ikuti aku."
Jetamine melangkah kearah bangku panjang yang memang disediakan untuk pengunjung dan mengeluarkan ponselnya. Gadis itu lebih memilih memainkan permainan miliknya daripada harus menoleh keara Leoniel.
Sungguh. Sebenarnya ada apa dengan Leoniel? Walaupun pemuda itu ada dijarak yang jauh dari tempat Jetamine sekarang, gadis itu masih merasakan tatapan intens pemuda itu.
Jetamine menggerakkan pantatnya tak nyaman lalu menghembuskan nafasnya kesal.
Tak lama kemudian, suara berdenting tanda mesin cuci yang selesai terdengar diteliga Jetamine. Gadis itu berdiri dan melangkahkan kakinya kedepan mesin cuci sebelum seseorang menghalangi jalannya.
"Ada apa, Leoniel?" tanyaya.
"Apa besok kau ada acara?" Jetamine meletakkan tangannya dipinggang lalu mendongak untuk melihat Leoniel yang lebih tinggi darinya.
"Aku besok kerja." Kata Jetamine singkat sembari melewati Leoniel yang terpaku.
"Dimana?" Tanya Leoniel lagi.
Jetamine menghembuskan napasnya kesal lalu membuka tutup mesin cuci kasar, "Begini ya, Leoniel. Besok aku sudah mulai menggantikan posisi Jeremiah. Kau kira kenapa aku pindah ke Paris?"
Diam.
Sontak, Jetamine merasakan sekelilingnya mendadak hening sehingga mendengar suara sandal mahal Leoniel melangkah kearahnya.
"Kau disini karna itu ya?" Tanya Leoniel.
Jetamine hanya menganggukkan kepalanya.
Diam lagi. Tak ada yang bertanya aytau menjawab. Leoniel sibuk memasukkan pakaiannya yang sudah bersih dan kering kedalam keranjang bersih, sementara Jetamine menutup mesin cuci.
"Aku duluan ya." Kata Jetamine sambil melangkah pergi.
"Jadi kau benar-benar tak ada waktu minggu ini?" Tanya Leoniel pelan.
Jetamine berbalik dan menatap Leoniel lama. Pemuda itu tampak tak seceria tadi. Sebenarnya ada apa? Jetamine melangkah kearah Leoniel dan menatap wajah pemuda itu dari bawah.
Menghembuskan nafas geli, Jetamine memukul bahu Leoniel keras sampai pemuda itu mengaduh.
"Wajah pura-pura sedihmu lucu sekali tahu!" Kata Jetamine sambil tertawa geli yang diikuti oleh dengusan Leoniel.
"Ayolaaah. Kau mau jalan denganku kan?"
"Kemana?"
Leoniel meringis dan memaksakan senyumnya. "Yaah. Kau tahu. Hmm... gimana ya bilangnya?"
"Cepetan dong."
Leoniel menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu melihat Jetamine, "Keacara reuni teman sekolahku..." suara Leoniel mengecil di kata terakhir membuat kening Jetamine mengerut.
"Kenapa aku harus ikut?"
Leoniel menghela napas lagi lalu memegang bahu Jetamine dan sedikit mengguncang gadis itu pelan.
"Ayo ikut, ayo ikut, kau harus ikuuut." Leoniel semakin mengguncang bahu Jetamine dan berhenti setelah gadis itu melayangkan tinju pelannya kearah pelut Leoniel.
"Aku ada waktu kosong hari rabu asal kau bilang kenapa aku harus ikut."
Leoniel kembali memamerkan senyum tak berdosanya dan menepuk puncak kepala Jetamine pelan.
"Kau harus jadi pacar bohonganku."
Dan perkataan Leoniel membuat Jetamine menjatuhkan rahangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...