Bab 28 : Dia masih ingat?

2.9K 168 9
                                    

Dari semua kemungkinan untuk bertemu dan berpapasan dengan keluarga Leoniel, Jetamine tak menyangka akan bertemu dengan biangnya masalah tadi siang. Seno masih setia melihatnya  tajam, sambil tetap memberikan jarak antara dirinya dan Jetamine, dia kira dia bisa semudah itu mengintimidasi Jetamine. Tatapannya yang tak secerah foto dibelakang Jetamine sekarang membuat Seno terlihat seram dikeremangan. Pria itu sepertinya sedang menimang-nimang bagaimana cara menskakmat Jetamine.

Atau bisa jadi dalam kediamannya sekarang, dia sedang membandingkan Jetamine dengan tunangan yang dipilihkannya untuk Leoniel, Si 'cantik' Nirle.

Yang mana saja antara dua itu tetap terdengar buruk untuk Jetamine.

"Apa kalian berpacaran?" Ulang Seno. Kali ini dia sedikit maju, menipis jarak antara mereka berdua dan berhenti tepat satu meter didepan Jetamine yang enggan mengalihkan pandangannya kearah lain selain netra jambrud milik Seno yang sama dengan Leoniel.

Dalam sebuah perang dingin, yang lebih dulu mengalihkan pandangan adalah pecundang dan Jetamine bukan pecundang.

Apa mereka berpacaran? Kata-kata itu memenuhi pikiran Jetamine. Hubungan mereka terlalu rumit sampai tidak bisa digantungkan dalam satu kata jawaban 'Iya' dan 'Tidak'. Tapi karna Seno sudah mulai menggerakkan kakinya tak sabar, akhirnya Jetamine membuka mulutnya.

"Tidak."

Mendengar jawaban Jetamine, alis mata Seno terangkat keatas. Pria itu terlihat menunjukkan seringaian kecil. "Oh, Ternyata kalian hanya berteman."

Mendengar itu, giliran Jetamine yang mengeluarkan seringai liciknya, "Tidak juga."

Bibir Seno tertekuk kebawah. Bingung akan jawaban ambigu yang dilontarkan Jetamine, "Maksudnya?"

"Kami tidak bisa dibilang berteman." Jetamine mengerakkan tangannya ke dada, kali ini dia sedikit tenang. Mengetahui Seno mungkin sudah memakinya dalam hati karna menyadari maksudnya apa bisa membuat Jetamine merasa diatas awan.

Ini seperti permainan dengan Dimitri. Kakeknya itu juga terlalu gampang tersulut jika mendengar suatu jawaban seperti sekarang.

"Oh. Jadi kau salah satu teman tidurnya?" Tukas Seno santai. Pria itu memperhatikan reaksi terkejut dari Jetamine yang tak menyangka akan mendengar hal yang seperti itu. "Kau tentu saja tidak mengharapkan apa-apa. Sudah jelas kan? Kau tidak mungkin jadi yang satu-satunya pernah naik ke kasurnya?"

Pembicaraan macam apa ini? Mulut Seno terdengar sama tajam dan licinnya seperti mulut para ibu-ibu komplek saat beli sayur. Mata Jetamine memicing tajam, mengumbar aura permusuhan kental antara dua insan itu.

"Iya, anda benar." Sambil menghirup nafas dalam dan mencoba untuk tenang, akhirnya Jetamine membuka mulut untuk menjawab. "Saya mungkin bukan satu-satunya yang pernah tidur dengan anak anda. Tapi daripada itu, anda tidak mungkin mengharapkan seorang perempuan yang bahkan namanya saja tidak disebut hangat untuk menjadi istri Leoniel kan?"

Seno terperangah. Jelas-jelas Jetamine menyinggung soal Leoniel yang bersikap acuh pada Nirle di paviliun tadi siang. Pria itu mencoba untuk diam, seolah tak terusik dengan sikap sarkasme yang dilakukan oleh Jetamine. Seno hanya menyunggingkan senyum dingin lalu mengangkat dagunya.

"Kau bilang kau tersesat kan? Ikuti saja lorong yang ada dibelakangku dan itu akan menghubungkanmu keruang tengah." Seno mengarahkan jari jempolnya kebelakang punggungnya. Sambil tetap tersenyum dia menambahkan, "Aku yakin kau tak perlu diantar." Katanya tanpa minat.

Jetamine bukan tak mengerti apa artinya. Dia sedang diusir secara halus. Dalam hati, Jetamine sedikit merasa diatas awan ketika wajah bangga dan sinis Seno hilang karna perkataan miliknya. Tapi tentu saja Jetamine tak akan membiarkan Seno 'kabur'. Tidak membuang waktu lagi, Jetamine mengangkat dua sudut bibirnya, menampilkan senyum halus, dia menjawab dengan penuh kesopanan,

RICH AND RICHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang