Lagi-lagi Jetamine dibuat terpukau akan kenyataan yang tak disangka-sangkanya. Leoniel, pemuda yang notabene diejeknya miskin dulu di lift, sekarang bisa membuatnya ternganga.
Belum lagi karna pesawat Jet yang dimiliki keluarganya -sebenarnya punya Ian, tapi Ian kan keluarganya, jadi anggap saja Leoniel memang kaya-, sekarang mereka sudah dijemput dengan lamborghini putih gading yang super mewah.
"Apa ini perasaanku saja atau kalian mulai pamer?" Tanya Jetamine kepada Ian saat mereka bertiga sudah dalam mobil.
Leoniel tertawa, pemuda itu menaikkan bahunya seperti menyiratkan sesuatu, "Mungkin. Tapi motif utama kami hanya agar kau semakin nyaman." Jawabnya sembari menyeringai.
"Omong kosong." Jetamine memutar bola matanya bosan. Jelas sekali Leoniel memang mau pamer. Buktinya dia masih saja memasang wajah bangga nya.
Ian melihat Jetamine sambil tersenyum, "Sudah tak ada lagi barangmu yang tertinggal kan?" Tanya pria itu.
Jetamine tak suka ini, mendadak Ian memperlalukanya seperti dia adalah tamu istimewa yang datang dari antah berantah. Jika ini masih di Paris, Ian tak akan perduli dengan barang-barangnya.
"Ada apa dengan tingkahmu?" Jawab Jetamine sambil merogoh tas tangannya, dia memastikan hadiah yang akan dibawanya memang sudah dibawa dan menghela nafas saat melihat karton pembungkus yang sangat dikenalinya.
Sementara itu, Ian tak menjawab pertanyaan Jetamine. Pemuda itu menghela nafas pelan, membuat Jetamine sekai lagi terheran.
"Apa kau gugup?" Tanya Ian tiba-tiba.
"Tidak." Jetamine melihat Leoniel yang menatapnya lurus lalu bertanya, "Apa kalian gugup?"
"Jelas tidak." Suara Ian terdengar keras tapi Jetamine semakin yakin jika pria itu gugup. Sedangkan Leoniel tak menjawab, pria itu hanya membuang muka kearah jalan, mencoba terlihat tak perduli.
Padahal Jetamine tahu dia sebenarnya juga gugup setengah mati.
Setelah itu, tak ada lagi dari mereka berdua yang mengucapkan apa-apa. Jetamine juga mendadak gugup karna hawa Ian dan Leoniel mendominasi ruangan.
Lalu, Jetamine membuka mulutnya lagi, "Kalian tahu... aku juga selalu gugup saat akan bertemu dengan kakekku."
Ian hampir saja membantah perkataan Jetamine, tapi Leoniel sudah duluan menatapnya menyuruh Ian diam.
Jetamine tersenyum kecut lalu melanjutkan, "Dia punya aura menyeramkan, dingin dan hampir tak pernah tersenyum. Dia juga pilih kasih-" Jetamine menggantungkan ceritanya untuk melihat ekspresi Ian dan Leoniel.
Dua pria itu menakjubkannya menatapnya penasaran, membuat Jetamine membuka mulutnya lagi, "Dari dulu, Kakekku hanya menyukai Jeremiah, setidaknya itu yang aku dan sepupu-sepupuku pikirkan. Hanya Jeremiah yang bisa dekat dengannya. Bahkan, sampai sekarang pun, hanya Jeremiah yang diberikan akses untuk berkerja sesuai passionnya."
Ian mengerutkan alisnya, mungkin ingin bertanya siapa itu Jeremiah, tapi lagi-lagi Leoniel menatapnya tajam, menyuruhnya untuk diam.
Jetamine tersenyum kecut, "Aku tak ingin berada di Paris. Apalagi memegang sebuah perusahaan besar. Aku... tak bunya bakat berbisnis. Aku bukannya tak punya pekerjaan sebelumnya, tapi aku tetap disuruh memegang perusahaan disana."
Memikirkan kehidupannya membuat Jetamine meringis. Dibanding sepupu-sepupunya yang lain, dia sebenarnya termasuk beruntung. Hanya dia dan Jeremiah yang diberikan hak untuk memilih perkuliahannya.
Jetamine yang saat itu memang gemar dengan fashion, menyelesaikan perkuliahannya diumurnya yang kedua puluh. Lalu gadis ini membuka butiknya sendiri. Butiknya juga tak kecil. Namanya sudah naik. Dia juga salah satu perempuan muda yang mampu membuat hampir sepuluh pergelaran busana besar dalam setahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...