Jetamine meletakkan balon terakhir didekat kusen jendela. Sudah lebih beberapa menit dirinya meninggalkan Ian dan Leoniel. Setelah Jetamine pergi, Leoniel mengajak Ian berbicara di balkon dan menutup pintunya rapat-rapat, hingga tak ada suara ataupun percakapan yang dapat didengar Jetamine.
Awalnya gadis itu memang ingin menguping pembicaraan mereka berdua, tapi mengingat Johnny sudah mengabari bahwa pemuda itu akan segera berangkat menuju apartemen ini, Jetamine akhirnya menyerah mencari tahu.
Jetamine melirik dekorasi yang sudah dibuatnya dengan teliti; melihat apakah ada yang masih jelek tetapi akhirnya matanya selalu terpaku ke arah pintu balkon yang memisahkannya dengan Ian dan Leoniel.
Lama sekali, mudah-mudahan mereka tidak saling membunuh.
Jetamine terlalu tenggelam dengan pikiran-pikirannya tentang Ian dan Leoniel hingga akhirnya terdengar suara deritan pintu yang terbuka. Dengan penasaran, mata Jetamine langsung melirik liar kearah pintu yang masih terbuka seperempat.
Leoniel keluar dengan wajah yang biasa saja, tapi Jetamine tahu bahwa pemuda itu sedang memikirkan banyak hal. Begitupula dengan Ian, mereka berdua sama-sama tenang, seakan tak pernah ada konflik diantara mereka. Ian tersenyum kecil kearah Jetamine dan sedikit mengganguk.
"Aku pulang, ya" Katanya akrab. Setelah itu dia berlalu dan meninggalkan Jetamine berdua dengan Leoniel setelah Ian menyeringai nakal kearah Jetamine dan menatap Leoniel aneh.
Jejak kaki menapak dari arah Ian sudah tak terdengar lagi setelah pintu ditutup, membuat Jetamine merasa sepi. Dia tak ingin menjadi canggung seperti ini, apalagi sebentar lagi dia akan merayakan pesta.
Gadis itu melirik kearah Leoniel dan tersenyum miris, "Jadi... apa yang akan kita lakukan sekarang?" Tanyanya pelan. Bodoh sekali. Karna Leoniel menatapnya kosong lalu kemudian tanpa kata melangkah kearah lemari didekat televisi dan berjongkok didepannya.
"Temanmu masih lama datangnya?" Tanya Leoniel sambil mengeluarkan setumpuk DVD dan memilah-milahnya agak lama. Jetamine yang ditanya seperti itu mengambil teleponnya cepat.
"Terakhir kali, dia bilang dia sudah otw. Mungkin Johnny sudah dekat." Jetamine melangkah hati-hati dan mengikuti arah langkah Leoniel yang sudah memilih satu diantara banyak DVD miliknya. Pemuda itu memutar DVD itu dan berjalan kearah sofa sambil membawa dua remot ditangannya.
Suasana rumah ini benar-benar tak enak. Apapun yang dikatakan Ian tadi pasti sangat memengaruhi Leoniel. Jetamine menghela nafas lalu duduk disamping Leoniel yang sekarang sedang menyilangkan kakinya dan menekan tombol play.
Home Alone. Kening Jetamine berkerut membaca judul film yang terputar didepannya. Gadis itu melihat Leoniel dan memperhatikan ekspresinya. Netra hijau pemuda itu meredup. Entah kenapa membuat Jetamine mengiba, hingga akhirnya gadis itu meletakkan tangannya diatas paha Leoniel, membuat pemuda itu tersikap lalu memandang Jetamine.
"Kau bisa cerita," Alis Leoniel sedikit menaik mendengar perkataan Jetamine, pemuda itu menyeringai kecil membuat Jetamine langsung salah tingkah, "Kalau kau mau, sih."
Leoniel tak menjawab, pemuda itu hanya mengalihkan pandangannya ke televisinya lagi sambil tetap mempertahankan seringaiannya. Jetamine bisa merasakan pipinya memerah malu. Sialan, sekarang dia menyesal berhalus-halus ria dengan Leoniel. Pemuda itu memang tak bisa dihadapi secara emosional begini.
Tapi, Akhirnya Leoniel membuka mulutnya setelah berkali-kali menghela nafas sungkan.
"Aku..." Leoniel berdecak sekali, seperti masih ragu untuk membuka mulutnya, tetapi kemudian pemuda itu mantap melanjutkan perkataannya, "...Dia kakak angkatku."
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...